Bab 1 • Hari pernikahan

"Sah!" seharusnya saat kata itu terdengar, ada pasangan yang bahagia karena resmi menjadi suami istri. Tapi kebahagiaan itu tidak terlihat di wajah mempelai pria -Abian Devan Sanjaya.

Abian menatap istri pertamanya setelah 'sah' menikahi wanita lain. Abian bisa melihat Zahra -istri pertamanya memalingkan wajah darinya dan melihat istrinya itu meneteskan air mata.

Zahra memakai cadar, hanya matanya yang terlihat, sehingga Abian bisa melihat dengan jelas bahwa istri kesayangannya menangis.

"Maaf, sayang." gumam Abian dalam hatinya.

Demi Allah, Abian tidak berniat melukai Zahra. Sedikitpun tidak pernah terpikir untuk melukai hati wanita yang sangat dicintainya itu. Abian sungguh menyesal membuat Zahra menangis.

Abian terpaksa menikah lagi, meskipun Abian mengaku mencintai istri keduanya. Terdengar tidak masuk akal, Abian terpaksa menikah tapi telah jatuh hati kepada Shakila -istri keduanya.

Sebelum memutuskan menikah, Abian sudah menyimpan perasaan terhadap Shakila yang merupakan rekan bisnisnya. Selama ini Abian sudah berusaha menghapus perasaannya itu karena tidak ingin menyakiti perasaan Zahra.

Tapi, disaat Abian berusaha untuk menghapus perasaannya, ibunya berniat menjodohkannya dengan wanita lain dan tanpa berpikir panjang lagi Abian mengatakan memiliki calon sendiri.

Menurut Abian, ini keputusan yang paling tepat daripada Abian harus menikah dengan wanita yang tidak jelas. Setidaknya Abian tahu Shakila wanita baik dan lumayan akrab dengan Zahra.

"Saya tidak akan ikhlas anak saya di poligami."

Nyai Aisyah -mertua Abian bicara tepat saat Shakila keluar dari sebuah ruangan di masjid. Setelah akad, pengantin wanita diminta untuk menghampiri pengantin pria dan Nyai Aisyah bicara tepat setelah madu anaknya itu keluar.

"Ummi..." Zahra menegur ibunya, merasa tidak enak kepada semua orang yang hadir disana.

Tidak banyak yang hadir di pernikahan Abian dan Shakila, hanya ada keluarga dari ketiga belah pihak, penghulu dan tetangga terdekat.

Tapi meskipun tidak banyak yang hadir, Zahra tidak enak karena ibunya membuat keributan di masjid, yang seharusnya dijadikan tempat beribadah. Dan Zahra tidak enak pada Shakila.

"Ibu mana yang ikhlas anak perempuannya di poligami hanya karena dia belum memberikan anak?" Nyai Aisyah tidak mampu menahan air matanya melihat nasib menyedihkan anaknya.

"Ummi, Ayolah. Kita sudah membicarakan ini. Aku mohon jangan membuat keributan disini."

Nyai Aisyah mengabaikan Zahra dan menatap menantunya. "apa kamu menikahi putri saya hanya untuk anak? kamu lupa dengan janjimu padaku? kamu tidak serius mencintai Zahra?!"

"Mas Abian tidak salah ummi, aku yang salah."

Zahra membela Abian, karena suaminya tidak salah. Abian tidak mungkin menikah lagi kalau Zahra bisa memberikan anak untuk suaminya.

"Apa belum memiliki anak itu kesalahanmu?! tidak, nak. Ini bukan kesalahanmu, suamimu yang salah tidak bersyukur memilikimu dan menikahi wanita yang tidak jelas seperti dia."

"Hey! singkirkan tangan anda dari putri saya!"

Suasana seketika berubah ketika Nyai Aisyah menunjuk wajah Shakila dan Bayu Arga Wijaya -papah Shakila tidak terima dan angkat bicara.

"Seperti dia seperti apa maksud anda, hah?!"

"Dia bukan ning seperti anak saya dan hanya seorang fakir ilmu agama." jawab Nyai Aisyah.

Bayu mendengus. "maksud anda bukan anak Kyai atau pemimpin pondok pesantren, huh?"

Tidak ada satupun yang berani bicara karena yang sedang berdebat keduanya bukan orang sembarangan. Apalagi, semua orang disana tahu siapa Bayu Arga Wijaya dan Nyai Aisyah.

"Memang bukan. Anak saya hanya CEO muda yang memiliki pondok pesantren dan meminta seorang Kyai untuk memimpin pesantren nya."

Semua orang terkejut, termasuk Abian. Tidak banyak yang tahu Shakila memiliki pesantren karena kehidupan pribadinya sangat tertutup.

Shakila tidak pernah menunjukkan kekayaan, tidak pernah memposting sesuatu di media sosial, yang orang lain kenal hanya namanya.

Shakila berusia 26 tahun, tapi asetnya sudah tidak terhitung. Shakila mendirikan sekolah, pesantren, tapi tidak diketahui banyak orang.

"Pengetahuan putri saya tentang agama tidak sebanding dengan putri anda, tapi putri saya pintar mengelola perusahaan dan ada banyak anak yatim yang berhasil dimuliakan olehnya."

Bayu seperti tidak memberi celah pada orang lain untuk menjelekkan putrinya. Karena bagi Bayu, Shakila adalah putrinya yang luar biasa.

"Anda pikir anda saja yang tidak setuju dengan pernikahan ini? saya juga tidak menyetujuinya."

Bayu menatap menantunya yang hanya diam dan tidak berusaha untuk membela putrinya.

"Lantas kenapa anda membiarkan pernikahan ini kalau memang anda tidak menyetujuinya?! kenapa anda datang kesini menjadi walinya?!"

Nyai Aisyah tidak peduli siapa Shakila dan apa yang sudah Shakila lakukan untuk anak yatim. Persetan dengan semua itu. Baginya, Shakila hanya orang ketiga di dalam pernikahan Zahra.

"Karena setelah bertahun-tahun akhirnya putri saya meminta sesuatu dari saya," jawab Bayu, kembali menatap Nyai Aisyah. "itu alasannya."

"Putri saya tidak pernah meminta apapun dari saya setelah dewasa, bagaimana bisa saya menolak saat dia meminta saya menjadi wali nikahnya?" mata Bayu nampak berkaca-kaca.

"Tapi tidak harus menikahi suami orang kan?"

"Putri saya membenci semua pria, termasuk saya. Dia mungkin tidak akan pernah menikah kalau saya sampai menolak permintaannya."

Bayu menatap kearah Shakila, melihat putri kesayangannya tidak berkutik sama sekali.

"Shakila pernah mengatakan, dia tidak butuh pasangan, yang dia butuhkan hanya seorang anak yang mampu mengurus pemakamannya saat meninggal nanti dan dia bisa mengambil anak itu dari panti asuhan, tanpa perlu hamil."

Tatapan Bayu sekarang beralih pada Abian, ingin melihat bagaimana reaksi menantunya.

"Tapi demi membantu pasangan yang belum memiliki anak, dia akhirnya bersedia menikah. Hanya untuk memberikan pasangan itu anak."

Bayu kembali menatap Nyai Aisyah. Tetangga yang hadir sudah tidak ada di masjid, mereka sudah diminta pergi baik-baik oleh supir Bayu.

"Apa anda pikir hanya putri anda yang tersakiti disini? Shakila juga sama! dia menikah hanya untuk melahirkan anak mereka!" tambah Bayu menunjuk kepada Zahra dan juga menantunya.

Nyai Aisyah bungkam, menatap wanita yang memakai gaun pengantin. Karena rasa benci yang begitu besar dalam hatinya, Nyai Aisyah sampai lupa untuk menjaga perasaan orang.

"Di poligami karena belum memberikan anak atau menikah hanya untuk melahirkan anak, menurut anda mana yang lebih menyakitkan?"

"Saya tidak menikahi putri anda hanya untuk melahirkan anak." Abian akhirnya ikut bicara, "saya sudah lama mencintainya." tambahnya.

Dalam hati, Abian meminta maaf pada Zahra karena mengatakan itu di depan mertuanya. Abian tahu itu akan melukai perasaan Zahra dan mertuanya, tapi Abian harus meluruskan hal ini. Abian tidak ingin papah Shakila salah paham, karena papah Shakila juga mertuanya.

"Dasar bodoh!" umpat Shakila menatap Abian, "kamu mengatakan itu di depan istrimu, hoh?!"

Inilah alasan Abian menikahi Shakila. Karena Shakila menghormati dan menghargai Zahra, bahkan sebelum kedua istrinya dipertemukan.

Abian pernah digoda oleh wanita yang tidak dikenal, kebetulan saat itu Shakila berada di tempat yang sama dan mengatakan dengan tegas kalau Abian sudah memiliki istri cantik.

Shakila belum bertemu Zahra, tapi membantu Zahra supaya Abian tidak digoda wanita lain dengan mengatakan bahwa istri Abian cantik.

"Kamu juga istriku, Kila!" jawab Abian tenang.

Nyai Aisyah meradang mendengarnya, Abian dengan tidak tahu malu mengakui mencintai wanita yang baru dinikahinya di hadapannya.

"Jangan bilang kalau selama ini kalian berdua bermain dibelakang Zahra?" ucap Nyai Aisyah.

"Saya tidak keberatan jika anda berpikir buruk tentang saya, tapi jauhkan pikiran buruk anda dari Mas Abian. Suami saya tidak seburuk itu."

Abian diam-diam tersenyum mendengarnya, karena Shakila mengakuinya sebagai suami. Abian menyesal menikahi Shakila, sehingga membuat Zahra menangis, tapi hatinya juga bahagia karena kini Shakila menjadi istrinya.

Nyai Aisyah mendengus kesal. "lihatlah?! apa kamu tidak diajarkan sopan santun berbicara dengan yang lebih tua darimu hah?" tanyanya.

"Apa mba Zahra benar-benar putri anda, huh?"

Shakila membalikan pertanyaan Nyai Aisyah.

"Apa maksudmu?!" Nyai Aisyah semakin kesal.

"Bagaimana bisa seorang bidadari surga lahir dari wanita seperti anda?" tanya Shakila sinis.

Shakila bukan tipe orang yang mudah ditindas, hanya orang yang malas meladeni orang lain. Shakila bisa saja menghajar wanita setengah baya yang sudah banyak bicara itu kalau mau.

"Maaf..." ucap Nyai Annisa -ibu Abian menyela Nyai Aisyah yang hendak menanggapi Shakila.

"Saya yang salah, saya yang meminta Abian menikah lagi. Saya benar-benar minta maaf."

Nyai Aisyah ingin bicara, membenarkan kalau besannya salah, tapi lagi-lagi ada orang yang menyelanya dan tidak membiarkannya bicara.

"Kita bisa bicarakan di rumah, masjid bukan tempat untuk membicarakan hal seperti ini."

Nyai Aisyah terdiam. Nyai Aisyah seorang ibu yang tidak terima anaknya di poligami, namun selebihnya dia adalah istri yang sangat patuh.

...~Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!