DECLAN
"Mommy...Daddy?! Kalian berdua tampak terlihat rapi. Mau pergi kemana?" kedua orang tuaku sama-sama kompak memakai busana formal seperti hendak menghadiri suatu acara.
Mommy yang tampak mempesona dengan balutan mint apron dress-nya, dan Daddy yang begitu gagah mengenakan setelan tuxedo plus dasi kupu-kupu yang melingkar sempurna di lehernya.
"Kami akan pergi ke acara pesta pernikahan dari anak teman bisnis Daddy."
"Siapa?" tanyaku penasaran.
"Karl Michael. Kamu pasti tahu beliau, karena Daddy pernah mengenalkanmu padanya beberapa bulan lalu."
"Ahh...Tuan Michael rupanya. Itu berarti, apakah Ajax yang menikah?" seingatku diantara anak-anak Tuan Michael, hanya Ajax yang belum melepas status lajangnya.
Daddy mengerutkan keningnya. "Benar sekali! Kamu kenal dengan mempelai prianya?"
"Kenal Dad, aku cukup sering bertemu dengannya di beberapa event businessman expo dan economic fair. Tapi kami berdua tidak terlalu dekat. Hanya bincang-bincang sekilas."
"Kalau begitu ikutlah dengan kami ke acara resepsi pernikahannya, Decs! Berhubung kamu tidak ada jadwal apa-apa hari ini, lebih baik ikut saja!" ajak Daddy.
"Aku kan tidak diundang, jadi buat apa? Lagipula tamu undangan yang hadir pasti harus RSVP terlebih dahulu seminggu sebelum acara."
"Daddy cukup dekat dengan Karl, sehingga tak masalah jika ingin membawa satu orang additional lagi. Ayolah Decs..ikut saja, barang kali kamu bisa sekalian mencari jodoh disana!" canda Daddy.
Aku memutar bola mataku malas. "No. Aku masih mengantuk. Lebih baik lanjut tidur saja. Tidak bisa diganggu gugat."
"Declan...please, untuk kali ini saja. Mommy ingin kamu ikut?" Mommy menatapku dengan wajah memelasnya dan memasang puppy-eyes supaya aku cepat luluh.
"Jangan menatapku seperti itu, Mom!" tukasku.
Mommy justru mengabaikan ucapanku dan malah semakin menjadi-jadi. Aku melemah. Paling tidak bisa melihat Mommy merengek dan memanyunkan bibirnya seperti ini.
Kuusap wajahku dengan kasar sebelum berkata, "Fine..aku ikut."
Raut wajah Mommy dan Daddy berubah sumringah. Aku bisa mengendus aroma konspirasi disini. Orangtuaku pasti sengaja membuat trik murahan ini untuk memaksaku ikut dengan harapan aku bisa menemukan pendamping hidupku di acara resepsi nanti.
Kesal sekali rasanya. Memang mereka pikir mencari pasangan semudah membalikkan telapak tangan apa? Bahkan nikah paksa bukanlah solusinya.
"Tapi walaupun aku ikut, aku tak akan datang satu mobil bersama kalian!" aku membuat persyaratan.
"Bagaimana bisa begitu?" Daddy menatapku keheranan.
"Daddy dan Mommy tahu kan kalau aku sedang dalam masa penyamaran? Tak mungkin aku datang ke acara itu sebagai Declan Joseph Parker. Aku ingin menjadi orang biasa saja. Jadi aku harap, saat di venue nanti, Daddy dan Mommy harus bersikap pura-pura tak kenal padaku."
Daddy menggeleng tak suka. "Kamu ini aneh sekali! Selalu punya pemikiran out of the box. Percuma saja kamu itu menyamar, beberapa dari mereka pasti mengenalimu. Kamu kan anak Daddy yang seringkali hadir dalam meeting penting mewakili Parker Group."
Aku berkilah, "Tidak semua, Dad. Tampilan anakmu ini sedikit berubah. Aku tidak sama dengan Declan empat tahun yang lalu. Aku tak seterkenal itu."
"Ishh..apanya yang berbeda? Paling hanya jambang dan brewok tipismu ini!" Mommy mencibir sambil mengelus-elus pipiku.
"Ya sudahlah terserah kamu saja! Yang terpenting kamu ikut dengan kami. Segera ganti pakaianmu! Tidak pakai lama. Kami akan tunggu 15 menit lagi sudah harus siap."
Tak paham bagaimana konsepnya. Mereka yang mengajak, mereka pula yang menyuruh aku untuk cepat-cepat.
"Baiklah..." jawabku santai.
Aku membalikkan badan kemudian berjalan meninggalkan kedua orang tuaku di ruang tamu, menaiki anak tangga satu persatu karena kamarku terletak di lantai atas.
***
DAPHNE
"Daph..kenapa sedari tadi kamu menghalangi wajahmu dengan clutch?" Kak Candice menurunkan tas kecil yang kupakai untuk menutupi diri dari Kakek dan Nenek.
"Aku sedang menghindari Kakek dan Nenek, Kak.." sahutku.
"Percuma saja Daphne, mereka pasti akan datang menghampiri. There's no escape."
Benar juga yang dikatakan kakak iparku. Cepat atau lambat, Kakek dan Nenek pasti akan menemukanku disini. Padahal saat pertama kali tiba, aku sudah mati-matian meminta kepada EO acara untuk mengatur table dan tempat dudukku di pojokan agar aku tak terlihat oleh saudara-saudara yang lain.
Dan benar saja, belum ada satu menit.. tiba-tiba ada yang memanggil namaku dari arah belakang.
"Daphne!!"
Huhhh...suara ini begitu familiar di gendang telingaku.
"Halo, Kakek!" aku melambai-lambaikan tanganku canggung sambil tersenyum masam.
"Daphne cucuku...akhirnya Kakek bertemu denganmu sayang! Kemana saja kamu? Mengapa tak langsung menemui Kakek dan Nenek ketika sudah sampai? Kami hanya bertemu dengan Darius tadi! Sekarang dia sedang berbincang-bincang dengan kolega bisnisnya."
Aku berdiri dari kursiku dan menyambut pelukan Kakek yang sudah terlanjur membuka tangannya secara lebar. Kak Candice juga melakukan hal yang sama denganku, bergantian memeluk Kakek.
"Hehe..iya Kek, Daphne minta maaf. Tadi Daphne sedikit kelaparan sehingga ingin menikmati hidangan yang telah disajikan terlebih dahulu. Setelahnya aku baru akan menemui Kakek. Lihat saja, aku baru selesai makan!" aku beralasan sambil mengangkat piring makanan didepanku.
"Ahhh...begitu rupanya." Kakek menghela nafasnya pelan. "Oh ya, Candice..bagaimana kabarmu?" tanya Kakek.
"Aku baik-baik saja Kek." jawab Kak Candice dengan senyum ramah.
Enak sekali kakak iparku itu bisa bersikap santai dan tenang dihadapan Kakek. Berbeda dengan aku yang akan selalu merasa tegang jika berada didekatnya. Dan ini semua gara-gara statusku yang masih single.
"Dimana cicitku Corrine? Apa dia tak ikut kemari?"
"Corinne sedang pergi berlibur bersama orang tuaku Kek, mereka ada di Italia saat ini."
"Wow..seru sekali! Pasti menyenangkan jika berlibur disaat musim panas begini. Cuacanya cukup hangat."
Sampai detik ini aku masih menyimak saja pembicaraan diantara Kakek dan Kak Candice, tinggal menunggu bom waktu saja yang bisa meledak kapanpun.
"Daph..kau sendirian kemari?" Kakek menatapku dengan lekat.
There we go. Sesi interograsi oleh Kakek telah dimulai. Jantungku rasanya berpacu dengan melodi yang begitu cepat.
"**--tidak..aku tidak sendiri. Ada Kak Candice bersamaku. Ada Kak Darius, Mami, dan Papi juga yang turut hadir kemari. Tapi kami sedang berpencar, jadi aku tak sendirian!" jawabku gugup.
Kak Candice yang berada disampingku hanya mengatupkan bibirnya menahan tawa.
"Bukan seperti itu sayang! Maksud Kakek, apakah kamu datang kesini tidak membawa pasangan kencan?"
Deghh...
Pertanyaan ini lagi. Siap-siap aku akan kena ultimatum oleh Kakek.
Kakek mendudukkan dirinya pada kursi sebelahku persis. "Daph, usiamu sudah 25 tahun. Ini adalah saat yang tepat untuk kamu berkeluarga. Lihatlah sepupumu Hadley, betapa bahagianya dia setelah menikah!"
Kakek menunjuk pada Hadley yang tengah melakukan dansa romantis dengan suaminya.
"Sebentar lagi Ashlyn dan Courtney juga menyusul. Beberapa hari yang lalu kedua calon mereka sudah menghadap Kakek," lanjutnya.
"Dan Kakek langsung merestui mereka begitu saja?" tanyaku penasaran.
"Tentu saja! Kakek mengenal baik keluarga dari calon suami mereka karena masih dalam circle rekan bisnis keluarga Harper." balas Kakek santai.
Tepat seperti dugaanku sebelumnya. Hanya tinggal menunggu waktu bagi Ashlyn dan Courtney untuk melangsungkan pernikahan. Lagi-lagi aku tersalip dan kalah dalam peperangan.
Padahal baik Ashlyn maupun Courtney belum lama berpacaran dengan kekasih mereka yang sekarang. Yang satu sudah tiga bulan, satunya lagi justru baru sebulan menjalin kasih.
Hidup ini tak adil. Mengapa hanya aku yang belum laku? Sejelek itukah rupaku? Seburuk itukah sifatku? Sehingga tak ada satupun pria yang mau melirik ke arahku. Setiap kali punya kekasih, ujung-ujungnya pasti aku selalu diselingkuhi. Aku jadi iri.
"Daph..are you okay?" Kak Candice meraih bahuku dan mengusap-usap lenganku pelan.
"I'm okay Kak, everything is fine..." aku memaksakan senyumanku.
"Jangan terlalu dipikirkan ucapan Kakek, abaikan saja seperti angin lalu." bisik Kak Candice di telingaku. Untung Kakek tak mendengar.
Kakek kembali membuka suara, "Daph..Kakek ingin mengenalkanmu pada seseorang pria. Namanya William Anthony. Dia adalah cucu dari sahabat lama Kakek. Kamu temui dia ya? Ajaklah dia kenalan. Barangkali dia cocok denganmu."
"Maksud Kakek?" rasa amarah mulai menjalari tubuhku.
"Kakek akan menjodohkanmu dengan William. Maka dari itu, mulai sekarang cobalah untuk mendekatkan diri padanya. Kakek harap kalian berdua cocok. Sehingga perjodohan ini akan kami percepat," ujar Kakek dengan entengnya.
Tamatlah riwayatku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Caitlin
Relate bgt sumpa! 😭
2022-11-22
1