DAPHNE
"Daph..apa kau sudah siap sayang? Mari berangkat, keluarga besar Harper sudah menanti kehadiran kita di venue acara!" Mami berjalan memasuki kamarku dengan menenteng Birkin Bag favoritnya yang merupakan hadiah ulang tahun dari Papi.
"Sebentar Mami, aku akan memakai anting terlebih dahulu!" ucapku santai seraya mengeluarkan sepasang anting berjenis teardrop dengan permata merah jambu pada bandulnya.
"Baiklah, Mami akan turun dulu ke bawah. Kamu segeralah menyusul, nanti Papi bisa marah kalau menunggu terlalu lama."
Aku terkekeh pelan. "C'mon Mam, Papi tak akan pernah marah padaku meski ia harus menungguiku berdandan hingga 5 jam sekalipun!"
"Ya..ya..ya..Mami tahu itu, Papi memang sayang sekali padamu sehingga ia tak bisa marah. Tapi ingat, masih ada kakakmu yang suka mengomel jika kita terlambat."
Aku memutar kursi riasku untuk menghadap Mami. "Okay Mam..just hold on for a minute. I'll be downstairs!"
Mami mengecup puncak kepalaku sekilas sebelum keluar dari ruang riasku yang berada didalam walk in closet.
Tak ingin berlama-lama lagi, aku segera mengaitkan anting yang kupilih tadi pada kedua lobulus telingaku. Tak lupa, aku juga memasang sebuah kalung dengan liontin bergambar bunga lavender untuk menambah aksen manis.
Jika kalian ingin tahu ada acara apa hari ini, maka jawabannya adalah pesta yang paling menakutkan dalam hidupku. Yang tidak lain tidak bukan, yaitu pesta pernikahan.
Sepupu perempuanku--Hadley Harper, akan melangsungkan acara resepsi pernikahan dengan suami barunya, Ajax Michael. Acara pemberkatan pernikahan mereka sebenarnya telah selesai kemarin. Jadi hari ini tinggal merayakan resepsinya saja.
"Halo semua...Princess Daphne datang!" aku menyapa keluargaku yang tengah berkumpul dibawah sambil menuruni anak tangga satu persatu.
"Finally! Yang ditunggu-tunggu turun juga akhirnya. My beautiful princess Daphne.." Papi menyambutku dengan tangan yang terbuka lebar.
"Bagaimana Pi? Aku terlihat cantik bukan?" aku sengaja memutar-mutar tubuhku untuk memperlihatkan one-shoulder dress yang kukenakan ini pada Papi.
"Cantik. Princess kesayangan Papi akan selalu terlihat cantik dan bersinar bagaikan berlian." Papi memelukku dari arah samping dan mendaratkan sebuah kecupan pada pelipisku.
Lain dengan Papi, Kakak laki-lakiku yang bernama Darius Mark Harper ini justru berkomentar sebaliknya.
"Astaga Daph...riasan make-up mu terlihat tebal sekali. Apakah kau sengaja berdandan menor seperti ini?"
Refleks aku meraba-raba bibirku. "Kakak bilang aku menor? Maksudnya berlebihan begitu??"
"Iya berlebihan. Lihat saja itu, lipstikmu warnanya begitu terang. Perona pipimu juga terlihat tebal seperti menumpuk." ungkap Kak Darius yang membuatku sebal bukan main.
Mood-ku berubah turun drastis mendengar perkataan Kak Darius. Tahu begini, lebih baik aku panggil jasa make-up artist saja untuk datang ke rumah. Padahal saat mengaca tadi aku sudah percaya diri kalau dandananku hari ini begitu mempesona. Tapi ternyata tidak.
"Darius...berani sekali kamu mengatai adikmu menor! Itu bohong!" Papi menatap mata Kak Darius tajam seperti hendak mengeluarkan taringnya. "Jangan percaya padanya Daph, dia hanya iseng. Tak ada istilah menor-menor itu. Make-up mu terlihat sempurna sayang."
"Ishh..Papi selalu saja membelanya." Darius memutar bola matanya malas.
"Tentu saja, dia kan putri kesayangan Papi!"
"Ya, putri kesayangan yang suka berdandan menor. Hahahaha..." Darius tertawa cekikikan sambil memegangi perutnya karena menahan gelak tawa.
"Hentikan omong kosong itu Darius! Stop menggoda adikmu. Lihat, kamu membuat wajah cantiknya jadi cemberut. Keterlaluan sekali!" kakak iparku--Candice, yang baru saja keluar dari toilet datang membela.
"Daph..kamu terlihat cantik hari ini. Jangan dengarkan Darius ya! Awas saja dia, tak akan kuberi jatah untuk malam ini karena dia sudah mengejekmu." Kak Candice menangkup sisi wajahku dan mengelus pipiku dengan lembut.
"Terima kasih teruntuk kakak iparku yang baik sekali! Aku sayang Kakak.." dan kami pun berpelukan.
Aku dan Kak Candice memang cukup dekat karena kami berdua adalah saudara ipar yang begitu kompak, suportif, dan selalu rukun satu sama lain. Dia menikahi kakakku Darius sejak 5 tahun yang lalu dan sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Corrine.
Kebetulan keponakanku itu sedang berlibur bersama orang tua Kak Candice ke Roma, sehingga ia tak bisa ikut hadir bersama rombongan kami ke acara resepsi Hadley.
"Kenapa menggigiti bibirmu Daph? Apa kamu sedang merasa gugup?" tanya Mami saat pelukanku dengan Kak Candice sudah terlepas.
"Bagaimana aku tidak gugup Mam, di acara nanti aku pasti akan bertemu Kakek dan Nenek. Mami pasti tahu kan apa yang akan terjadi setelahnya.." ucapku lirih.
Wajah Mami dan Kak Candice tiba-tiba berubah murung. Mereka pasti paham betul dengan apa yang aku ucapkan.
"Sayang, abaikan saja ucapan Kakek dan Nenek. Tidak perlu merasa tertekan dengan kehadiran mereka." Papi mencoba menenangkan aku.
"Aku takut Mam, Pap...Hadley sudah menikah sekarang. Itu artinya, hanya tersisa aku saja cucu perempuan Kakek dan Nenek yang belum berkeluarga."
"Kata siapa? Masih ada Ashlyn dan juga Courtney yang belum menikah." sanggah Papi.
"Tapi mereka sudah memiliki kekasih Pap! Cepat atau lambat para kekasih mereka akan melamar dalam waktu dekat. Beda dengan aku yang masih single!" aku menunjuk diri sendiri dengan telunjukku.
"Memang kenapa kalau kamu masih sendiri? Tak ada masalah bukan? Kalau belum dapat jodohnya, jangan memaksakan diri Daph!" begitu tanggapan Kak Darius.
"Kakak ini sudah amnesia atau bagaimana? Ingat tidak, aku akan dijodohkan dengan pria pilihan Kakek jika aku tak kunjung memiliki pacar! Tamatlah riwayatku, Kak!" aku bergidik ngeri membayangkan perjodohan itu.
Sebab selama ini, Kakek dan Nenek kurang berhasil dalam hal memilih pasangan untuk para anak dan cucu-cucunya. Kebanyakan dari mereka selalu berakhir gagal. Entah itu selingkuh, cerai, berkhianat, pokoknya ada bermacam-macam.
Beruntung Papi dan Mamiku adalah pasutri yang bukan berasal dari hasil perjodohan. Mereka murni bertemu karena perasaan saling mencintai satu sama lain.
"Papi tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Daphne. Kamu tenang saja, biar Papi yang akan berbicara pada Kakekmu."
"Benarkah Pap?"
"Iya sayang..Papi akan coba bicara dengan Kakekmu."
Hahhh...
Setidaknya ada perasaan lega dalam hatiku karena Papi akan membujuk Kakek untuk hal ini.
"Ya sudah kalau begitu, semuanya sudah siap kan? Kita akan semakin terlambat jika ditunda-tunda terus," tukas Mami.
"Siap, Mam!" jawabku semangat.
Biasanya aku tak pernah merasa se-excited ini kala menghadiri acara pernikahan. Itu semua karena ulah Kakek dan Nenek yang selalu ribut dan mencecar diriku dengan berbagai paksaan untuk menikah.
Hal itulah yang membuat aku risih sehingga aku kerap merasa terbebani jika ada seseorang yang menikah.
"Nah begitu dong..itu baru adikku Daphne yang ceria! Aku suka melihat senyum manis dan parasmu yang elok itu!" ucap Kak Darius gombal.
"Hmm..tadi saja menghinaku karena aku menor. Nyatanya sekarang malah dipuji-puji. Aneh sekali kau Kak!" cibirku balik.
"Yang tadi itu hanya jokes, jangan dimasukkan ke hati yah! Kakak minta maaf, okay?"
Aku pun langsung mengangguk saja biar cepat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments