GM 5

Pagi-pagi sekali Claudia terbangun. Dia mendapat telepon kalau markas diserang. Sebagai seorang Queen dia tentu saja tak akan membiarkan markasnya di obrak-abrik oleh orang lain,walaupun sudah ada puluhan anak buah yang akan mengatasinya.

Dia berjalan mengendap keluar dari kamar agar tidak menimbulkan suara berisik yang dapat membangunkan Stevan dan istrinya yang masih terlelap dalam tidur mereka. Tapi saat menuruni anak tangga,dia berpapasan dengan seorang pelayan.

"nona Claudia,pagi-pagi begini mau pergi ?" tanyanya melihat Claudia yang menuruni anak tangga dengan langkah tergesa.

"iya bi,aku ada urusan. Nanti kalau kak Stevan tanya bilang aja gak tau biar gak makin panjang urusannya " pesan Claudia pada pelayan yang langsung direspon dengan mengangguk-anggukkan kepala.

Claudia lalu mengambil motor miliknya yang berada di garasi. Tanpa pikir panjang ia langsung saja menggeber motor tersebut dan melajukannya menuju gerbang utama. Dua orang penjaga dengan senang hati membuka gerbang untuk adik dari majikan mereka setelah menerima beberapa lembar uang pecahan 50 ribuan dari Claudia.

30 menit kemudian Claudia telah sampai di rumahnya. Penjaga langsung membukakan pintu untuk nona boss mereka. Claudia langsung saja mengarahkan motornya menuju bangunan lain di area pekarangan rumahnya yang menjadi basecamp para mafia didikannya.

Dari kejauhan,terdengar suara bergemuruh perkelahian yang sudah dipastikan bukan sekedar suara latihan. Claudia menghentikan motor tepat di depan pintu,dia kemudian masuk ke dalam bangunan tersebut dan melihat para mafianya yang sedang bertarung dengan para mafia lain.

Rendy dan Ken yang melihat Claudia sudah hadir di area pertarungan tersenyum lega,sambil bertarung menghadapi lawannya mereka saling mengkode untuk cepat menyelesaikan pertarungan mereka.

Rendy langsung menambah kekuatan pukulannya pada lawannya. Dia melakukan gerakan salto dan menendang dada lawannya yang membuat lawannya itu mundur hingga beberapa langkah ke belakang. Tak sampai disitu,belum sempat lawannya berdiri tegak Rendy menghadiahi pukulan bertubi di dada dan perut lawan.

Hal yang sama dilakukan oleh Ken,dia tak memberi sedikitpun kesempatan lawannya untuk memiliki celah membalas serangannya. Ken sangat agresif menghadapi lawannya yang bisa dibilang ketrampilan bertarungnya masih di level terendah para mafia didikan Claudia.

Lain halnya dengan yang dilakukan Claudia. Dengan santainya gadis bertubuh mungil ini berjalan diantara orang-orang yang sedang terlibat pertarungan. Sambil berjalan tangan kirinya menarik satu persatu anak buah lawan kemudian dengan gerakan cepat ia melumpuhkannya dengan menusukkan belati kecil di urat nadi yang ada di leher mereka.

1,2,3,4....... tubuh tubuh lawan tumbang dengan mudahnya. Dalam waktu kurang dari 5 menit ada lebih dari 10 orang yang meregang nyawa di tangan Claudia. Hal itu tentu saja membuat lawannya yang masih tersisa langsung menyerah dan bertekuk lutut memohon ampun pada Claudia.

"ampuni kami nona Queen,jangan bunuh kami !!" pintanya memelas mengharap belas kasihan dari seorang Claudia yang bertindak sadis dan sangat beringas pada lawannya padahal wajahnya sangat imut menenangkan.

Mereka sudah menyaksikan betapa Claudia tak kenal ampun menyingkirkan lawan-lawannya. Cukup dua gerakan kombinasi dia langsung melumpuhkan lawannya. Tak mau nyawanya melayang begitu saja kalau mereka masih melanjutkan penyerangan,akhirnya mereka menjatuhkan diri dan langsung meminta pengampunan pada Claudia.

"kami hanya disuruh untuk membuat kekacauan di markas ini oleh seseorang" aku nya tanpa diminta.

Ken mendekati Claudia yang kini sedang membersihkan darah yang mengotori pisau belatinya dengan air di sebuah wastafel yang ia gunakan dalam setiap aksinya.

" bagaimana menurut anda nona ?" tanya Ken dengan nada lirihnya.

Claudia menghentikan gerakan tangannya mengusap mata pisau. Lalu mengelapnya dengan sebuah tisu hingga kering kemudian menyelipkannya kembali diantara aksesoris ikat pinggang yang ia pakai. Ia lalu berbalik badan dan berjalan melewati Ken yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya.

" kalian atasi dengan cara kalian,aku tak mau tau" ucap Claudia setelah melewati Ken.

"mereka hanya anak kutu yang belum tumbuh dewasa" tambah Claudia yang langsung di mengerti oleh Ken.

Tak terasa hari sudah siang,Elsa terbangun dari tidurnya yang nyaman. Ketika membuka mata ia sudah disuguhi pemandangan yang menyejukkan hati. Wajah seorang lelaki tampan ada di depan matanya. Elsa mengusap lembut pipi pria itu hingga membuatnya terusik.

"kau sudah bangun sayang ?" tanya Ramon dengan mata yang enggan terbuka.

Elsa melenguh pelan lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Ramon yang sedikit agak berbulu.

"aku baru saja bangun,tapi sepertinya aku akan kembali terlena dan terbuai mimpi karena aroma tubuhmu yang membuatku kepayang " ucap Elsa memainkan jari di atas bulu-bulu dada pria yang pernah menjalin kasih dengan Claudia.

Ramon merasakan geli dengan tindakan Elsa,tapi dia pasrah saja karena dia sangat suka dengan sikap manja yang ditunjukkan Elsa padanya yang sangat berbeda jauh ketika dulu saat masih pacaran dengan Claudia yang hanya sebatas jalan-jalan bersama,makan-makan,nonton yang menurutnya sangat membosankan.

Tak hanya memainkan jari di atas dada ,tangan Elsa yang lain mulai bergerak liar menjelajah kawasan terlarang

"eungh" satu de***an lolos dari mulut Ramon.

Elsa sudah membangunkan ular yang sedang tertidur nyenyak hanya dengan satu gerakan kecil tangannya. Dalam sekejap mata Ramon sudah mengungkung Elsa. Perempuan itu pun tak jadi memejamkan matanya untuk kembali tidur. Dia bersorak dalam hati karena sudah berhasil membuat Ramon bergairah.

Ramon memulai aksinya,menambah bara api yang sudah berkobar. Dalam waktu sekian detik darah dalam tubuh mereka pun langsung mendidih. Tangan Ramon asyik memainkan benda bulat kenyal , sedangkan tangan Elsa bergerak memainkan sesuatu yang sudah tegak menantang.

*****

*****

Ditempat lain,Albert baru saja terbangun dari tidurnya. Dia melihat mamanya tertidur lelap sambil memegangi tangannya yang terinfus. Dia tak melihat ada Robinson di ruangan itu.

"aaah,papa pasti sibuk dengan mafia kecilnya"

"selama aku dirawat disini aku sama sekali tak pernah melihat papa datang untuk melihat keadaanku"

Bianca terbangun mendengar putranya berceloteh sendiri. Dia sedikit melakukan gerakan peregangan pada tubuhnya karena sejak beberapa jam lalu tidur dengan posisi yang sama. Sebenarnya ada sofa yang empuk dan nyaman untuknya tidur,tapi Bianca lebih memilih tidur di dekat putranya agar ketika Albert butuh sesuatu ia bisa dengan segera mengabulkannya.

"nak,kamu sudah bangun ? kamu mau apa ? minum ?" tanya Bianca penuh perhatian.

Albert hanya menggelengkan kepala.

"apa ada bagian tubuhmu yang terasa sakit ?" tanya Bianca lagi.

Albert menarik pelan tangan Bianca. Dia menatap lurus manik indah milik wanita itu. Dia tahu saat ini mamanya itu sedang dalam fase kelelahan karena kurang mendapat perhatian dari suaminya.

"apa mama masih berhubungan dengan lelaki itu ?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!