Truth Or Dare

Saat asyik sendiri mengenang masa lalu tiba tiba...

BRUKKK

Laura mundur kebelakang beberapa langkah, meski tak terjatuh karena baru saja bertabrakan dengan seseorang.

"Ups sory gak sengaja, makanya jangan berdiri di tengah jalan, " ucap orang itu bernada ketus.

Padahal nyatanya Laura berdiri tepat di hadapan tendanya gak menghlanagi jalan sama sekali dan jalan juga masih lebar banget disisi kiri Laura.

"Lah gue berdiri disini di depan tenda gue sendiri, kenapa jadi ngalangin jalan lo? bukankah jalan ini masih luas bermeter-meter lebarnya, " Laura tak mau disalahkan karena memang dia tidak bersalah.

Laura masih tertunduk mrlembersihkan bajunya dari tumpahan jus yang tadi ia bawa ditangannya, ia belum melihat siapa yang bertabrakan dengannya, namun meski begitu hanya dengan mendengar suaranya saja Laura sudah mampu mengenali orang itu.

"Eh si ratu rusuh, masih hidup lo? " keluarlah sisi lainnya Laura, yang memang aslinya begini bukannya anggun, lemah lembut. Tapi dia bisa kok memposisikan diri dengan siapa ia bicara atau dimana ia berada.

Heny mengepalkan tangannya mendengar ucapan yang di lontarkan Laura padanya.

"Kenapa gak terima sama kata-kata gue? " tanya Laura seperti menantang.

"Ternyata lo gak pernah berubah ya, sudah dewasa juga ups salah, sudah tua maksudnya....masih saja suka cari masalah sama orang, " lanjut Laura.

"Hello gak nyadar diri lo, lo kan yang berdiri dian menghalangi jalan gue, " ujar Heny tak mau mengakui kesalahannya. Yang memang dia sengaja nabrak Laura.

"Makanya kalau jalan tu matanya dipakai juga, jangan cuman kaki, orang segede gini lo gak liat terus lo tabrak, oh iya lupa lo kannrabun ya, jalanan yang gede banget aja lo gak liat apalagi gue yang kecil ini, " pungkas Laura, tak ingin terus meladeni Heny yang memang suka cari gara-gara itu Laura pergi begitu saja meninggalkan Heny.

Sementara itu Heny semakin geram dengan sikap Laura.

"Sekarang makin ngelunjak aja tu anak, dan gue selalu kalah denganya tapi itu dulu, sekaranggue gak akan kalah lagi dari gadis urakan itu, " ujar Heny yang geramnya sudah ke ubun-ubun pada Laura.

Ketahuilah jika Heny dan Laura itu memang musuh bebuyutan sejak dulu. Heny sangat tidak terima jika peringkat satu yang sejak SD sampai SMP ia dapatkan tiba-tiba di rebut oleh Laura ketika masuk SMA.

Ia merasa dirinya lebih baik daripada Laura tapi mengapa Laura yang harus menjadi juara satu. Dari segi materi Heny jauh lebih baik, dari segi penampilan tentu saja selalu rapi, tak pernah telat apalagi sampai berurusan dengan guru BK.

Berbanding terbalik dengan Laura yang anak dari keluarga sederhana, sekolahnya pun ditanggung beasiswa, penampilannya urakan terkesan seperti anak laki-laki, hobinya keluar masuk ruang BK. Tapi prestasinya tak bisa diragukan baik dibidang akademis maupun non akademis.

*****

Malam hari.....

Api unggun sudah di nyalakan di beberapa titik, karena mereka terbagi jadi beberapa kelompok sesuai tahun angkatan, biar mereka bisa bernostalgia.

"Kita main apa nih? " tanya Putra, teman sekelas Laura dan Sofia.

"Truth Or Dare aja yuk, " ajak Sasa.

"Bisa tuh, " ujar Bimo.

"Gue juga setuju, " timpal Dion.

Sedangkan Laura dan Sofia nurut-nurut ajalah, oh iya Lidya pun ikut nimbrung disini bareng Laura dan Sofia.

"Oke gue siapkan dulu, " Mita segera mengambil botol air mineral yang ada di samping tenda miliknya. Tak lupa kertas dan pulpen untuk menulis tantangan yang akan mereka lakukan jika memilih dare.

"Semua sudah siap? " tanyanya.

"Siap... " saut beberapa dari mereka.

Mita orang pertama yang akan bermain dalam game keberanian atau kejujuran ini.

Mita pun mulai bermain, dan ujung botol alias dibagian tutup botol itu mengarah pada Reni, gadis pendiam seangkatan mereka dulu.

"Truth or dare...? " tanya Mita. Sedangkan yang lain fokus menatap dan memasang telinga siap melihat dan mendengar apa yang akan dipilih oleh Reni.

"Gue pilih truth, " jawabnya yakin.

"Wowww.. " sorak teman-temannya dan mereka pun bertepuk tangan.

Begitulah terus berlanjut mendapatkan gilirannya hingga orang terakhir.

Tepat sekali kini giliran Laura yang akan bermain, namun Sofia yang bersikeras ingin tau siapa lelaki pujaan sahabatnya itu, memaksa Laura untuk memilih truth dan memintanya jujur pada semua orang siapa yang saat ini laki-laki yang namanya bersemayam dihati Laura saat mereka SMA dulu.

Dengan maksud, siapa tau tu laki-laki masih jomblo dan ada disini, biar bisa Sofia jodohkan dengan Laura.

"Soryyyy banget ya, meski lo sahabat gue, gue tetap gaakan bilang siapa lelaki yang pernah ada di hati gue dulu, karena bagi gue itu juga sudah masa lalu gak penting lagi, cuman cinta monyet pula, " Laura masih tetap pada pendiriannya diam tanpa mau bicara siapa orang yang mencuri hatinya.

"Justru gak penting lagi sekarang, harusnya lo santai-santai aja dan mengatakannnya sekarang, bilang aja lo takut, " ujar Sofia sengaja mengejek sahabatnya itu.

"Gak takut kok, cuman malas aja bahas itu lagi, gue pilih dare aja deh ya, " pintanya pada Sofia.

"Gini deh ganti pertanyaan aja kalian mau gue jujur soal apa, tapi bukan soal asmara, " pinta Laura.

"Oke, gue mau lo jujur soal kejadian waktu itu di gudang, " pinta seseorang yang duduk tepat hadapan Laura, namun karena ia pakai topi maka laura tak melihat wajahnya dengan jelas, namun Laura merasa mengenal suara dan postur tubuh lelaki itu.

Deg

Jantung Laura berdegup kencang, tetapi bukan berdebar karena cinta melainkan sebuah rasa benci.

Setelah beberapa detik, orang itu melepas topinya. Dan benar saja dugaan Laura orang yang ingin ia hindari nyatanya juga ikut di acara ini. Laura tak berfikir ssjauh itu, ia lupa akan sosok pemuda ini, seandainyaia ingat atau menyangka jia pemuda ini akan ikut maka ia akan memutuskan untuk tidak ikut acara reoni ini.

"Kenapa diam? " pemuda itu kembali bertanya. Sedangkan yang lain fokus melihat Laura dan Reno, menantikan sebuah drama yang mungkin akan mengasyikan di malam ini.

"Kalau gue jujur apa kalian semua akan percaya? " tanya Laura, karena ia mengingat betul bagaimana mereka kala itu memperlakukan ia atas sebuah kesalahan yang tak pernah ia perbuat sama sekali.

Hening....

Semua diam dan Laura mengartikan jika mereka semua siap mendengar hal yang sebenarnya. Seperti dirinya yang sudah mempersiapkan diri dengan baik ingin mengatakan hal yang sebenarnya.

Laura pun memulai ceritanya, jika sebenarnya hari itu ia diminta pak Ringgo guru olahraga, untuk mengambil bola basket di gudang bersama Jihan. Namun setelah bola di dapatkan Jihan pun meminta Laura untuk jalan duluan ke lapangan, Jihan beralasan ingin ke toilet dan akan menyusul nanti.

.

.

.

.

Bersambung dulu ya🤭

Yang nungguin part Laura ketemu jodohnya sabar dulu ya, nikmatin aja dulu alurnya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!