Reoni Sesungguhnya

Tiba sudah waktunya reonian, Laura, Lidya, Sofia dan Agung suaminya bersama yang lainnya berangkat ke arah puncak, menggunakan bus yang sudah di sediakan pihak sekolah.

Acara reoni akbar pertama yang diadakan SMA Nusa Bangsa sebagai bentuk perayaan satu dekade (10 tahun) sekolah itu berdiri.

Sekolah yang masih sangat muda usianya.

Tidak semua ikut reoni meskipun semua diundang.

"Semuanya sudah siap? " tanya salah satu panitia cowok.

"Jangan sampai ada yang ketinggalan ya, kakak-kakak, ibu, bapak semua, " lanjutnya lagi.

Panitia acara kebanyakan dari pelajar yang masih belum lulus namun juga dibantu sama teman-teman alumni.

Dirasa semua sudah masuk bus, mereka pun berangkat dengan iring-iringan tujuh buah bus untuk para alumni dan panitia beserta tiga mobil pribadi untuk para guru.

Cukup banyak memang, membawa sekitar 250 orang. Entahlah dimana mereka akan tidur. Nyewa hotel berapa duit tu, banyak banget pastinya. Mungkin mereka akan menyewa penginapan.

Atau numpang tidur di rumah warga, ih gak etis banget masa reonian gak modal.

"Wah seru ya, ini pertama kalinya gue ke Bogor, " kata Lidya.

"Sama aku juga, pertama kali ke puncak Bogor, tapi kalau ke Jawa Baratnya pernah, " kata Laura, sembari mengingat kenangannya kala di Bandung.

"Kemana lo ? "

"Ke Bandung, "

"Oh katanya di puncak dingin, gue penasaran sedingin apa, "

"Gak tau juga aku, nanti tinggal kita rasakan aja disana, " Laura dan Lidya asyik mengobrol, membayangkan dinginnya puncak Bogor.

" Yang pasti sih dingin banget, saya yakin kalian gak akan tahan akan dinginnya, beda sama saya yang tak akan kedinginan disana, " Agung yang duduk di depan mereka tiba-tiba ikut bicara.

"Ah elah pengantin baru nimbrung aja, " Laura tau kemana arah pembicaraan bos nya itu.

Mereka terus melanjutkan obrolan dengan berbagai macam cerita yang kadang menerbitkan tawa.

Perjalanan berjam-jam dari Jakarta ke Bogor tak membuat Laura bosan, padahal dia tipikal orang yang bosanan jika lama di perjalanan. Mungkin karena suasana di dalam bus rame dan Lidya dan Sofia yang tak berhenti mengoceh.

"Tak lama lagi kita akan sampai, " ujar Agung yang memang sudah hafal jalanan daerah kota hujan ini. Itu karena ia sudah sering ke Bogor untuk urusan bisnis.

"Wah keren banget pemandangannya, terasa banget ademnya,banyak perkebunan juga" Sofia mengagumi keindahan kota itu.

"Bener banget, sangat memanjakan mata, " timpal Laura.

"Bisa juga mata lo dimanjain sama pemandangan beginian? gue kira mata lo itu cuman akan seger kalau liat cowok-cowok bening, " ujar Lidya, meledek.

"Eh... itu beda lagi, tentu saja aku juga bisa terpesona dengan alam indah ciptaan Allah SWT bukan hanya terpesona sama makhluknya doang, "

"Lagak lo Ra... Ra... sok-sok an bawa nama tuhan segala, insyaf lo? " gelak tawa akhirnya menggema, bukan hanya ketiga temannya itu tetapi juga seisi bus.

Ya Laura memang gadis berhijab yang juga insyaallah mampu menjaga sholatnya, tapi satu yang belum bisa ia jaga. Yaitu pandangan matanya pada cowok-cowok keren.

Bukankah muslimah sejati harusnya mampu menundukan pandangannya? Nah itu belum bisa Laura lakukan.

****

Kini mereka sudah tiba di tempat dimana nanti akam di adakan acara reoni yang sesungguhnya. Laura heran melihat tempatnya yang ternyata bukan di penginapan, melainkan ditengah hutan.

"Kenapa? Kaka semua pada bingung ya? " tanya Yura sala satu pantia.

"Iya, dikirain kita bakal nginap di villa atau hotel gitu," celetuk salah satu alumni.

" Itu sudah biasa kak, reoni kita ini beda berbaur dengan alam, kita nginapnya di tenda aja, " ujar Rangga.

"Iya sih beneran kek mengenang masa-masa SMA sih, "

"Ini sih hoby gue, mantap bro konsepnya beda dari yang lain, "

Ucap beberapa alumni yang mengungkapkan isi hatinya.

"Kita hanya camping biasa kok, nanti kita akan melakukan kegiatan di perkampungan, perkebunan gitu, ini kan areanya masih di kampung gak di hutan belantara gitu, ada rundown acaranya kok kak, " Rangga menjelaskan sedikit.

"Ranti sama yang lainnya, tolong bagikan rundown acara selama kita disini," pinta Rangga pada temannya yang sesama panitia.

"Ok Ga, sip, " saut Ranti dan langsung berjalan membagikan print out yang berisi rundown acara.

Setelah semua mendapatkan rundown acara tersebut mereka nampak bersemangat.

"Wah seru nih ada perlombaan juga, berasa agustusan dah, " ujar Lidya.

"Iya nih seru, gak cuman makan-makan doang, ok kita satu tim, " Laura ikut berkomentar.

"Selalu," saut Lidya.

"Kok gue gak diajak? " sudah dipastikan wajah Sofia tertekuk kek baju kgak di setrika.

"Iya iya sama lo juga, kan cewek sama cewek, cowok sama cowok, " ujarnya.

"Yeyy," sorak Sofia.

Hari masih siang mereka saling bantu bangun tenda, yang perempuan satu tenda ada 3 sampai 4 orang begitupun laki-lakinya.

Tenda terpisah walaupun mereka yang ikut serta sudah pada menikah, tetap dipisahkan, biar lebih terasa reoninya.

Kasian juga yang gak bawa pasangan karena biar pun sudah menikah tidak semua dari mereka membawa pasangannya ada yang lagi sakit, lagi ngemong bayi, atau punya urusan yang lainnya yang lebih penting.

Tak ada jurit malam kek anak pramuka, yang ada hanya api unggun. Api unggun pun nanti akan terbagi tidak hanya satu titik mengingat banyaknya mereka.

Setiap malam akan ada api unggun, sedangkan untuk perlombaan besok, dan besoknya lagi akan keliling kebun ditutup makan malam lalu kembali pulang.

Mereka berbagi tugas, para lelaki mencari kayu bakar dan memasang tenda sedangkan para wanita menyiapkan makan yang berupa nasi kotak yang sudah disiapkan panitia.

Mereka sambil-sambil berbincang mengenang masa-masa remajanya dengan rekan sejawat. Banyak kisah yang mereka rasakan selama di SMA.

Mulai dari tentang guru killer, murid yang suka keluar masuk ruang BK, anak yang culun, si penguasa sekolah, si miskin, bullying dan masih banyak lagi.

Bahkan tak sedikit dari mereka yang menikah dengan sesama anak seangkatan, ada pula yang dulunya musuh bebuyutan malah menjadi suami istri. Pokoknya banyak sekali kisah masa remaja yang hanya bisa mereka kenang tanpa bisa mereka ulang kembali.

Sesekali mereka tertawa mengingat masa itu, mereka juga bercerita tentang keadaan sekarang yang sudah masing-masing memiliki keluarga, meski ada juga sih yang masih jomblo kek Laura.

Laura tersenyum mengingat kelakuannya kala SMA, dia gadis bar-bar yang hobinya manjat pohon.Sewaktu SMA Laura belum berhijab, ia mulai berhijab tiga tahun lalu hingga hari ini dan insyaallah selamanya.

Saat asyik sendiri mengenang masa lalu tiba tiba...

BRUKKK

Laura mundur kebelakang beberapa langkah, meskitak terjatuh karena baru saja bertabrakan dengan seseorang.

"Eh sory gak sengaja, makanya jangan berdiri di tengah jalan, " ucap orang itu bernada ketus.

Laura masih tertunduk belum melihat siapa yang bertabrakan dengannya, namun meski begitu hanya dengan mendengar suaranya saja Laura sudah mampu mengenali orang itu.

.

.

.

.

.

Huhhb akhirnya aku bisa up juga setelah beberapa hari, maaf ats keterlambatannya. Insyaallah aku akan lebih fokus lagi biar bisa up terus.

Terimakasih sudah mampir 🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!