Undangan Reoni

Ting

Sebuah pesan singkat masuk ke HP Laura sesaat setelah ia keluar dari area kantin.

Sofia : "Beb, ketemuan yuk sore ini di cafe, "

Laura senang membaca pesan yang ia dapatkan dari Sofia, sahabat yang ia rindukan. Karena selama satu minggu ini tak ada komunikasi apapun diantara keduanya.

Bukan tak bisa menghubungi namun lebih kepada sungkan bagi Laura jika ia menghubungi Sofia takut mengganggu quality time si pengantin baru.

Laura : "Hay beb, kirain sudah punya suami lupa sama aku ☹️, ok cus lah, "

Sofia : " Inget lah masa engga, emang seminggu ini lagi sibuk aja beb, maafin ya 🙏. Ok aku tunggu di cafe Ceria, "

Laura : " 🤗🤗🤗, sip dah. Aku sama Lidya ya, "

Sofia : " Oke, sampai ketemu 🤗, "

"Lid, pulang kerja kita ke cafe Ceria, di ajakin ketemu sama pengantin baru, " Laura mengajak Lidya sebelum mereka berpisah di lift.

"Oke siap, "

Keduanya pun berpisah menuju ruangan masing-masing.

*****

Cafe Ceria

Sekitar pukul lima kurang lima belas menit, Sofia tiba di cafe Ceria bersama sang suami Agung.

Dan ternyata kedua sahabatnya itu belum nongol.

Cukup lama menunggu, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.

"Hay, sory telat, biasalah macet, " sapa Laura ketika tiba di cafe Ceria.

"Its ok, btw kalian pesen aja dulu kita sudah pesen tadi, " pinta Sofia.

"Ngomong-ngomong nih nyonya gak mau pisah banget ya sama pak bos, " goda Lidya.

"Maklum pengantin baru, lagi anget-angetnya, entar juga masa bodo setelah lama nikah, " timpal Laura, tanpa rasa bersalah.

"Enak aja kamu, kita akan terus gini malah makin lama makin romantis iya gak Yang? " Ujar Sofia yakin.

"Oh tentu saja, gak usah dengerin mereka para jomblo Yang, mereka pada iri sama kemesraan kita berdua, " Agung si bos malah membuat dua jomblo itu kalah telak.

Laura mencebik kesal, sadar jika dirinya jomblo. Bahkan berkali-kali jatuh cinta selalu saja kandas sebelum berbunga.

"Sabar ya Ra, gue bakal temenin lo dalam kejombloan ini, " ujar Lidya,nyemangatin Laura sebagai teman seperjuangan dalam dunia jomblo.

"Tapi paling sampai akhir tahun aja, karena tahun depan gue pasti sudah nikah, " bukan tanpa alasan Lidya berkata demikian karena jika sampai akhir tahun ini ia tak bawa pacar kerumah, maka awal tahun depan ia akan dinikahkan dengan lelaki pilihan orang tuanya alias dijodohkan.

"Yakin amat mba, memangnya sudah punya calon? " Laura meremehkan teman satunya itu, yakarena setahunya selama ini mereka memang jomblo.

"Belum sih, ya kan omongan adalah doa, jadi didoain aja dulu, masalahterkabul atau enggaknya itu urusan belakangan, "

Hahahaha

Semua tertawa mendengar penuturan Lidya, tapi mereka juga membenarkan hal itu.

"Oh iya ngomong-ngomong maksud kita ngajak kumpul disini tuh mau ngasih ini buat kamu, kemarin kak Yoga ngasih ke aku, " Sofia mennyodorkan kertas undangan pada Laura.

"Wih keren kak Yoga mau nikah, " tanyanya tanpa menatap undangan yang disodorkan Sofia malah menatap orangnya, mencari jawaban.

"Bukan, tapi undangan reoni,"

"Hah undangan reoni, "

Laura mengambil lalu membuka undangan tersebut. Membaca dengan seksama aisi dari undangan itu.

"Seriusan nih minggu depan? "

"Iya, makanya pas di kasih kak Yoga juga kita juga terkejut, mana pas banget lagi itu kita lagi bulan madu, "

"Terus kalo kalian bulan madu, kamu gak ikut? " tanya Laura dengan wajah ditekuk.

"Ikut kok, kita menunda keberangkatan aja, jadi setelah acara reoni aja kita berangkat bulan madunya, " bukan Sofia tapi Agung yang menjawab.

"Ihhh pak bos keren, ok aku ikut, " Laura nam0ak begitu bersemangat.

Namun semangat yang tadi nampak jelas di raut wajahnya, kini berubah suram kala teringat kenyataan jika Sofia sudah menikah dan pasti Agung juga akan ikut, masa Laura harus jadi obat nyamuk diantara mereka, iiihhhh ogah.

"Eh tapi kalau kalian berdua, aku sama siapa? "

"Ogah banget jadi obat nyamuk, " dengusnya.

"Tenang ada Lidya, saya kasih izin Lidya ikut sama kita reoni kepuncak, toh gak ada larangan jugakan orang luar sekolah ikut selama itu ada hubungannya sama alumni sana, "

Seketika wajah Laura dan Lidya berbinar kala mendengarkan kata yang diucapkan Agung.

Mereka akhirnya sepakat berangkat lusa, karena mereka akan reoni disana selama tiga gari dua malam.

*****

Laura nampak cukup sibuk hari ini karena memberikan breefing pada para karyawan untuk acara hari ini.

Bahkan makan siang pun Laura terlambat. Namun semua itu tak memudarkan semangatnya.

Lidya sengaja membawakan makan siang untum laura keruangannya.

Waktu berlalu, jam pulang kerja telah tiba, namun nampak awan hitam yang sejak tadi menyelimuti area perkantoran ini kini mulai menangis.

Laura yang pulang menggunakan motor, harus menunggu hujan reda terlebih dahulu baru ia akan pulang.

"Hujannya gede banget lagi, mana sudah jam segini, " Laura mulai gusar sembari melirik jam tangannya.

Pasalnya hari ini ia juga punya acara keluarga, Laura sekeluarga akan makan malam di luar sebagai perayaan ulang tahun adiknya.

Drrrrtttt Drrrtttt Drrtttt

HP Laura bergetar panjang menandakan ada panggilan suara.

Tertera nama di layar ponselnya Ibu.

"Halo assalamualaikum bu, maaf kaka bisa-bisa telat sampai ke restorannya soalnya disini masih hujan deras, " ucapnya sambil sedikit berteriak suaranya beradu dengan hujan yang turun begitu derasnya.

"Pantas kamu gak pulang-pulang ibu kira kmau lupa, ya sudah hati-hati pulangnya, nantilangsung susul aja ya sayang resto biasanya, "

"Iya bu nanti Laura nyusul, semoga keburu ya, kalau gak keburu kalian makan malam bertiga aja sama Lukman, aku gak apa-apa kok, tapi jangan lupa bungkusin ya bu, " Laura terkekeh usai mengucapkan kalimat terakhir.

"Ya sudah ibu tutup dulu ya teleponnya, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, "

Percakapan Laura dan ibunya pun berakhir, tetapi hujan masih tak mau berhenti.

Beruntung masih banyak yang belum pulang, tapi kalau Lidya sudah pulang sebelum hujan tadi, arah rumah mereka pun berlawanan dan rumah Laura cukup jauh dari kantor.

Setengah jam berlalu, tepat pukul tujuh hujan mulai reda. Sebelum pulang Laura menunaikan kewajibannya terlebih dahulu di musholla kantor.

Di dalam doanya Laura berharap segera dipertemukan dengan jodohnya. Dia yang notabane nya ingin sekali menikah doa tentang jodoh tak pernah ketinggalan di setiap sujudnya.

Laura memang berbeda dengan orang kebanyakan yang malah ingin mengejar karir terlebih dahulu dan menunda-nunda untuk menikah, dia malah ingin sekali menikah walau karirnya saat ini sedang bagus.

Baginya berkarir hanya sebagai selingan menanti ada yang menafkahi. Karena ia bercita-cita ingin menjadi ibu rumah tangga bukan wanita karir. Dapat dipastikan setelah bertemu dengan orang yang telat nanti ia langsung berhenti bekerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!