Setelah status itu di post satu persatu komentar mulai bermunculan di laman status Dewi, banyak yang bertanya siapa gerangan yang di maksud oleh Dewi. Dewi dan beberapa teman nya di medsos sibuk meng-gibah Laila. Itu membuat Dewi sedikit terhibur, Dewi senyum-senyum sendiri membaca komentar orang-orang yang memojokkan Laila.
Lalu sedetik kemudian mata Dewi fokus menatap komentar yang sedikit merubah mood nya.
[ Mbak Dewi bijak lah dalam menggunakan media sosial. Jangan jadikan media sosial sebagai sarana untuk meng-gibah orang lain ]
[ Mbak itu seorang Ibu dan juga seorang Istri, berubah lah sebelum semuanya terlambat. Hari ini mungkin kami masih peduli, tapi tidak tahu kedepannya. Kalau lagi ada masalah bicarakan langsung sama yang bersangkutan, jangan malah bersikap kekanak-kanakan begini. ]
Dewi kembali emosi membaca komentar yang di tulis oleh Rahmat Adik Iparnya yang bungsu. Usia rahmat hanya terpaut 4 tahun di bawahnya.
[ Kamu kalau tidak tahu apa-apa nggak usah ikut campur, bocah kok sok nasehatin orang dewasa. Urus saja urusan mu bocah ingusan.] tulis Dewi membalas komentar Rahmat. Kemudian dia meletakkan ponselnya di atas nakas.
''Dasar, satu keluarga nggak ada yang beres, bikin kesal saja. Ibu sama Ayah dulu ngapain juga pakai acara jodoh-jodohin aku sama Mas Rendi.'' batin Dewi dengan wajah cemberut.
''Kira-kira Mas Reno gimana kabar nya sekarang, ya? Mas Reno aku kangen, kangen banget. Seharusnya Mas Reno lah yang menjadi suamiku.'' batin Dewi lagi tersenyum simpul, Dewi teringat sama mantan kekasihnya dulu.
***
Pagi telah datang, Dewi masih tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh nya. Sedangkan Rendi dari tadi sudah bangun, Rendi beberapa kali mencoba untuk membangunkan sang istri, menyuruh sang istri untuk sholat subuh, tapi Dewi sama sekali tidak menyahut panggilan Rendi. Pagi ini tidak ada makanan, Raka sang anak juga sudah dari tadi bangun, Raka merengek meminta makan, tapi Dewi masih tetap tak peduli dengan suara rengekan sang anak. Rendi merasa kasihan melihat sang anak, Rendi terpaksa membawa Raka kerumah orang tua nya, dia tidak sempat memasak di rumah karena takut telat datang ke sekolah.
Dengan motor metiknya Rendi melaju membawa sang anak meninggalkan Dewi yang masih meringkuk di bawah selimut, jarak rumah orang tua Rendi dan sekolah tempat nya mengajar tidak terlalu jauh. Begitu sampai di rumah orangtuanya, Rendi langsung turun dari motor dengan Raka berada di gendongan nya.
"Assalamualaikum.'' ucap Rendi langsung masuk karena pintu tidak dikunci.
''Walaikum'sallam Le, lho cucunya Nenek kok pagi-pagi sudah ikut Ayah?'' ucap Ibu nya Rendi yang sedang memasak dibantu oleh Laila sang Adik. Maryam Ibunya Rendi merasa heran melihat sang anak dan cucunya sudah berkunjung ke rumahnya pagi-pagi sekali.
Rendi menarik nafas dalam dan hembuskan perlahan. Rendi kemudian berkata kepada sang Ibu.
''Raka aku titipkan dulu disini, ya, Buk. Nanti saat pulang dari mengajar Rendi jemput lagi. Maafkan Rendi kalau Rendi masih sering merepotkan Ibu.'' Rendi berkata sambil duduk lesehan diatas tikar. Sedangkan sang anak sudah berada didalam gendongan Laila.
''Kamu kenapa ngomong gitu Le, Ibu senang bisa bermain sama cucu Ibu yang kasep pisan ini.'' ucap Sang Ibu dengan menciumi pipi sang cucu.
''Emangnya Mbak Dewi nggak keberatan Mas Raka Mas bawa kesini?'' tanya Laila.
''Mbak Dewi tadi masih belum bangun, Raka katanya pengen makan. Makanya Mas bawa kemari. Mas tidak sempat masak takut telat mengajar.'' ucap Rendi jujur.
''Mbak Dewi benar-benar keterlaluan! Laila tidak habis pikir, bagaimana mungkin Mbak Dewi masih asyik tidur sementara suami dan anaknya tidak terurus seperti ini.'' Geram Laila.
''Ya sudah nggak apa-apa, mungkin Dewi lagi nggak enak badan. Ayo Le kita makan sama-sama. Laila tolong diturunkan nasi dan lauknya, sini Raka biar sama Ibu dulu.'' Maryam berkata sambil mengambil cucunya dari gendongan Laila.
''Ayah mana, Buk?'' tanya Rendi yang sedikit heran karena tidak melihat keberadaan sang Ayah.
''Ayah mu lagi nggak enak badan Le, tadi malam setelah kamu pulang tiba-tiba darah tinggi Ayah kumat. Ayah lagi beristirahat di kamar setelah minum obat.'' ucap Bu Maryam.
Setelah mendengar kan perkataan sang Ibu, Rendi langsung berdiri dari duduknya, Rendi merasa khawatir dengan kondisi kesehatan sang Ayah. Rendi berjalan dengan langkah kaki lebar menghampiri sang Ayah yang berada di kamar. Begitu sudah sampai di dalam kamar, dia melihat Ayahnya tidur dengan posisi menghadap ke kanan. Rendi hanya menatap sang ayah dengan rasa bersalah, Rendi tahu Ayahnya begini pasti karena dirinya, karena Dewi istrinya yang keras kepala itu. Ayah Rendi memiliki riwayat penyakit darah tinggi yang bisa kapan saja kambuh bila ada yang memperburuk mood nya.
***
Sementara itu ditempat yang berbeda Dewi bangun setelah suami dan anaknya pergi. Tadi dia hanya berpura-pura masih tidur, karena Dewi masih merasa kesal sama suaminya.
''Dasar suami nggak peka, bukannya mintak maaf sama aku. Ini malah diam-diam saja dari tadi malam. Rasain tuh emang enak nggak ada makanan pagi ini.'' ucap Dewi mengomel sendiri sambil menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.
''Lebih baik aku keluar cari makan, mumpung nggak ada yang ngerepotin. Aku bisa santai-santai, untung saja Mas Rendi membawa Raka jadi aku bisa menghabiskan waktu sendiri pagi ini.'' ucap Dewi seraya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Dewi melajukan kendaraan roda empat miliknya dengan kecepatan sedang, mobil itu dia beli menggunakan uang suaminya, mobil yang di beli setengah bulan yang lalu. Dewi selalu mengatakan kalau itu mobil miliknya sedangkan Rendi dia larang untuk membawa mobil. Kecuali kalau lagi pergi berdua dengannya.
Dewi berhenti disebuah warung makan yang menjual nasi di sertai berbagai macam lauk-pauk.
''Tumben telat datangnya?'' tanya sang pemilik warung begitu dia melihat Dewi datang memasuki warung nya.
''Iya nih Uwak, aku kesiangan.'' sahut Dewi.
''Itu nasi bekas sama beberapa lauk udah ada dibelakang.'' ucap sang pemilik warung.
''Biarkan saja Uwak, aku sudah nggak butuh lagi. Aku kesini mau makan karena perut aku sudah keroncongan ini.'' ucap Dewi sambil memegang perut nya.
''Emangnya ternaknya Nak Dewi sudah nggak makan nasi bekas lagi?" tanya pemilik warung lagi.
''Nggak Uwak.'' balas Dewi berbohong.
Ternyata selama ini Dewi memberikan mertuanya nasi dan lauk bekas yang ia ambil di warung. Karena tidak mau rugi dia tega melakukan itu, uang jatah untuk beli makanan ia ambil untuk keperluan pribadi nya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments