''Lho ... Mbak Dewi kok malah sewot sih! Aku kan ngomong gini karena ingin mengurangi beban kalian, supaya Mbak nggak usah masak banyak lagi di pagi hari dan supaya Mas Rendi tidak repot-repot lagi mengantarkan makanan ke sini.'' ucap Laila menatap Dewi dengan lekat.
''Ya ... Tapi nggak gitu juga kali kamu ngomong nya, kamu itu kuliah jauh-jauh emang tidak diajarkan sopan santun apa?'' ketus Dewi tidak mau kalah.
''Mbak, Mbak nggak nyadar apa, Mbak nggak nyadar diri bagaimana kelakuan mbak sendiri. Mertua lagi sibuk nyiapin piring dan sebagainya tapi Mbak malah asyik bermain ponsel. Dasar!'' Laila berkata kemudian berlalu ke kamar nya. Laila memilih menghindar, karena dia tidak ingin ikut tersulut emosinya karena tingkah Ipar yang nyebelin.
''Laila benar Dek, mana kartu ATM nya?'' ucap Rendi mencoba menengahi. Ia berkata dengan begitu lembut kepada sang istri.
''Kartu ATM nya tidak aku bawa Mas, lagian buat apa juga cuma makan-makan begini bawa ATM. Nggak penting bangat!'' jawab Dewi ketus tanpa rasa bersalah.
Untung saja Raka anaknya Rendi dan Dewi sudah tertidur setelah makan tadi, jadi dia tidak melihat keributan kecil yang terjadi antara Ibunya dan Sang Tante.
''Nanti biar Laila yang jemput kartu ATM nya ke rumah kalian, Laila benar, jadi kamu Dewi tidak perlu repot-repot lagi mencari menu makanan yang tidak layak begitu.'' sahut Burhan Ayahnya Rendi sedikit menyindir Dewi.
''Tidak layak?'' tanya Rendi penasaran keningnya sedikit berkerut menatap Sang Ayah lalu beralih kepada Sang istri.
Sedangkan Dewi wajahnya sudah memucat, dia takut kalau perbuatan curang nya selama ini diketahui oleh Sang suami.
''Tidak layak apanya sih, Yah? Ayah kok ngomong begitu! Padahal Dewi sudah susah payah lho memasak untuk Ayah dan Ibu. Kenapa kalian tidak menghargai aku.'' ujar Dewi dengan muka dibuat sedih.
Rendi merasa bingung, dia masih menunggu penjelasan dari sang Ayah.
''Mas, ayo kita pulang saja. Aku capek! Makanya tadi aku tidak mau ikut ke sini, keluarga kamu itu tidak ada yang bisa menghargai aku.'' ungkap Dewi merasa terzolimi.
''Ayah, Ibuk, Rendi tanya sekali lagi, emangnya makanan yang selalu Rendi bawa tidak layak bagaimana?'' tanya Rendi tanpa menghiraukan sang istri.
''I-itu makanannya kayak makanan be ....'' belum selesai Buk Maryam berbicara, tiba-tiba Dewi menyela.
''Mas, ayo buruan pulang!'' teriak Dewi lantang, dia menarik tangan suaminya agar keluar dengan sang anak sudah berada digendongan.
''Dewi, kamu apa-apaan sih? Aneh bangat!'' Rendi berkata saat mereka sudah berada diluar.
Sedangkan sepasang manusia paruh baya hanya menatap dengan perasaan campur aduk, mereka merasa kasian dengan anak sulung mereka. Karena perjodohan yang mereka lakukan dulu, Rendi yang harus menanggung akibatnya. Rendi mendapatkan Istri yang sangat Aneh dan begitu langka sifatnya. Istri yang tidak bisa menghargai mereka sama sekali.
''Sudah, mereka nggak usah dilihat lagi Ibuk, Ayah. Ayo masuk. Nanti Laila yang akan kesana.'' ucap Laila merasa begitu prihatin. Ia keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan yang terjadi. Laila membimbing kedua orang tuanya masuk.
''Laila janji, suatu saat nanti Laila akan membuat kalian bahagia di sisa-sisa usia kalian.'' batin Laila yakin sambil menatap lekat wajah tua Ayah dan Ibunya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments