Kevin menatap gusar ponsel nya yang mati karena kehabisan daya. Ia berada di rumah sakit sekarang ini. Tapi bukan diri nya yang sakit, melainkan Sindi. Gadis itu pingsan setelah mengikuti penggalangan dana yang di adakan tadi sore untuk membantu masyarakat yang kebanjiran di pulau kalimantan.
Sindi itu anak rantau di Jakarta, dan ia tidak memiliki satu pun keluarga yang ada di Ibu Kota.
"Gue pasti dateng ke rumah lo kok, Kei. Lo tungguin gue ya," monolog Kevin dengan pelan. Ia saat ini sedang berada di depan UGD rumah sakit. Teman teman nya yang lain tidak ada yang bisa di andalkan untuk mengaman kan Sindi. Maka dari itu, Kevin sendiri yang harus turun tangan.
"Kerabat pasien atas nama Sindi Fadilah silahkan masuk." Ucap salah satu Suster rumah sakit itu.
Kevin langsung menghampiri Suster yang menyerukan nama Sindi, adik tingkat nya di kampus. "Saya Kakak tingkat nya Sindi, Sus." Jawab Kevin
"Mas bisa urus administrasi, dulu baru menemui Dokter untuk dapat penjelasan mengenai adik tingkat nya Mas." Tutur Suster itu dengan jelas.
"Terima kasih, Sus." Ucap Kevin
Setelah mendapatkan penjelasan dari Suster itu, Kevin langsung menuju ke bagian administrasi dan mengurus semua pembiayaan yang di perlukan.
"Mas punya KTP pasien? Untuk mempermudah saya memasukan data nya." Tanya salah satu Suster
Kevin menatap tas Sindi yang saat ini sedang berada di tangan nya. "Sindi, maafin gue udah lancang buka buka tas lo." Lirih nya yang kemudian membuka tas Sindi untuk mencari KTP Sindi.
"Ini, Mbak." Ucap Kevin dengan menyerahkan KTP Sindi pada bagian administrasi.
Setelah menunggu beberapa lama, urusan Kevin di bagian administrasi pun selesai. Kevin langsung di arahkan untuk menemui dokter yang tadi menangani Sindi. "Permisi, Dok, saya yang bertanggung jawab terhadap pasien yang atas nama Sindi Fadilah." Kata Kevin sopan.
Dokter itu mengangguk dan mengajak Kevin untuk masuk ke dalam ruangan nya.
"Silahkan duduk, Mas." Ucap Dokter itu ramah. Seperti nya beliau masih ada di rentang umur kepala tiga, mungkin.
Lalu Kevin duduk di depan Dokter itu. "Jadi temen saya kenapa, Dok?" tanya Kevin
"Dari hasil pemeriksaan, kami menemukan ada nya kelainan dengan bunyi paru paru Sindi. Sedikit tidak normal. Apakah pasien ini memang punya riwayat penyakit tertentu, apa lagi yang berhubungan dengan paru paru nya?" jawab Dokter itu sekaligus bertanya.
Kevin menggeleng dengan pelan. "Saya juga tidak tahu menatu soal penyakit nya Sindi itu, Dok. Saya hanya sebatas senior nya saja di kampus." Ucap Kevin
"Oh begitu, mungkin ada baik nya nanti di bicarakan masalah ini secara langsung dengan Sindi. Usahakan jangan membuat gadis itu selalu tertekan dan kelelahan karena kondisi nya memang tidak sekuat mereka yang sehat. Itu saja informasi yang bisa saya berikan kepada Mas nya." Ucap Dokter itu sopan.
"Kondisi nya sekarang gimana, Dok?" tanya Kevin kepada Dokter itu.
"Sejauh ini sudah stabil. Tinggal menunggu pasien sadar, dan bisa langsung di bawa pulang." Ucap Dokter itu.
Kevin bernafas lega mendengar kan Sindi tidak memerlukan perawatan intensif hingga harus rawat inap. "Kalau begitu saya permisi, Dok. Terima kasih banyak atas penjelasan nya." Ucap Kevin tulus di iringi senyum nya yang mengembang.
"Sama sama, sudah seharus nya itu yang harus saya lakukan karena itu sudah menjadi pekerjaan saya." Jawab Dokter.
Kevin keluar dari ruangan Dokter dan menuju UGD tempat di mana Sindi masih terbaring lemah. Kevin berdiri di samping ranjang UGD yang di tempati Sindi. "Sin, bangun yuk, kasian pacar gue udah nungguin gue dari tadi." Ucap nya pelan sambil menatap Sindi yang masih setia memejamkan mata nya dengan rapat.
"Tungguin aku bentar lagi yah, Kei." Lirih nya.
***
Setelah hampir setengah jam berlalu akhir nya Sindi membuka mata nya dan mengedarkan padangan nya ke sekitar nya. "Bang Kevin." Lirih nya pelan.
"Are you okay?" tanya Kevin.
Kevin membantu Sindi untuk bangun. "Udah enakan, Sin?" tanya Kevin.
Sindi hanya mengangguk lemah. Gadis itu merapikan tatanan rambut nya yang sudah pasti berantakan karena ia terlalu lama berbaring tadi. "Maaf yah Bang, Sindi ngerepotin Abang, ya?" tanya Sindi tidak enak hati. Ia pasti tumbang karena kelelahan.
"Santai aja Sin. Lo tanggung jawab gue di organisasi." Jawab Kevin.
"Makasih yah Bang, udah bawa Sindi ke rumah sakit sekaligus jagain Sindi juga." Kata Sindi.
"Udah kewajiban gue, Sindi." Ucap Kevin.
Kevin mengambil air mineral yang ia beli tadi untuk Sindi. "Minum dulu, setelah itu gue anterin lo balik ke kos." Ucap Kevin
***
Kevin mengantarkan Sindi pulang ke kos nya sekitar pukul 22:40 WIB. "Lo bisa masuk sendiri kan, Sin?" tanya Kevin.
"Iya Bang, bisa ko. Sekali lagi makasih banyak ya Bang Kevin." Ucap Sindi
"Sama sama. Cepet sehat ya Sin, istirahat yang banyak. Sementara waktu enggak usah mikirin kegiatan dulu. Soal proposal nanti gue minta tolong Windi buat ambil alih." Ucap Kevin
"Eh gak usah Bang. Gue masih bisa handle kok." Tolak Sindi secara halus.
Kevin menatap tajam Sindi yang menolak saran nya. "Lo lagi sakit Sin. Kesehatan lo yang lebih utama. Soal kegiatan, masih banyak yang bisa handle." Ucap Kevin secara ketus kerena melihat Sindi yang susah di atur.
"Tapi Sindi gak enak sama Kak Windi, Bang." Ucap Sindi.
"Lebih gak enak lagi kalo lo sakit nya kelamaan, Sin. Udah deh gak usah batu kalo di bilangin. Gue mau lo gak usah ikut rapat dulu sampai minggu depan. Gue balik, speed recovery ya." Ucap Kevin.
Sindi menatap kepergian Kevin dengan motor besar nya itu. Kemudian senyum nya terbit. Betapa manis nya kepedulian Kevin di mata Sindi untuk sekarang ini. Tolong jangan salahkan Sindi jika menyimpan perasaan untuk kakak tingkat nya itu.
***
Kevin memacu laju motor nya tak tanggung tanggung. Pikiran nya sekarang hanya tertuju ke satu nama. Keisya Calief. Gadis itu pasti menunggu nya sejak tadi.
Gelap
Itu yang Kevin dapatkan begitu sampai di depan rumah pacar nya.
Kevin melepas helm nya dan mengusap kasar rambut nya. Kevin mengamati rumah itu dalam diam. Ia kemudian memutuskan untuk turun dari motor nya dan mulai mendekati pintu rumah Keisya.
"Orang rumah pasti udah istirahat jam segini." Kata Kevin bermonolog.
Tadi nya ia hendak memencet bel rumah Keisya, tapi ia urungkan ketika melihat jam sudah menunjukan pukul 23:05 WIB. Sudah sangat malem untuk bertamu ke rumah orang, akan sangat tidak etis jika Kevin tetap memaksa bertemu di jam itu.
"Kei, aku dateng nya telat banget nya." Gumam Kevin lirih.
***
Kevin menunggu Keisya di lobby dengan gedung Fakultas Psikologi. Kalau Kevin tidak salah ingat, setengah jam lagi Keisya ada kelas. Kevin harus meminta maaf pada gadis itu karena diri nya telah ingkar janji.
"Loh, Kevin," sapa Vina yang kebetulan baru dateng dan menemukan Kevin di lobby gedung. "Ngapain, Kev?" tanya gadis itu lagi.
Kevin tersenyum tipis pada Vina. "Gue lagi nungguin Keisya. Kalian ada kelas kan setengah jam lagi?" Tanya Kevin.
Vina mengangguk. "Ya udah deh, kalo gitu gue duluan ya Kev." Ucap Vina
Tak berselang lama, Kevin melihat Keisya yang sedang berjalan ke arah nya. Pemuda itu meraih sebelah lengan Keisya pelan. "By." Sapa nya lembut.
Keisya tidak memberikan respon apa apa untuk Kevin, ia hanya menatap Kevin dengan tatapan nya yang datar.
"Maaf." Kata Kevin.
Hanya kata itu yang bisa Kevin lontar kan untuk Keisya.
Keisya berdecih kecil. "Lupa punya janji sama aku apa gimana?" tutur nya telak.
Kevin mengajak Keisya duduk di salah satu gazebo yang tersedia. "Aku jelasin, Boleh?" tanyanya.
"Gak perlu. Lagian aku ada kelas sekarang, aku duluan." Ucap Keisya dengan ketus.
"Kei." Ucap Kevin
Keisya menggeleng pelan ke arah Kevin. "Aku gak mau dengerin itu sekarang."
"Kei sebentar aja." Cegah Kevin.
"Aku bilang gak mau ngerti gak." Kesal Keisya.
SELAMAT MEMBACA🤗 VISUALNYA NYUSUL YAH KALO UDAH BANYAK YANG BACA DAN KOMEN😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments