“senang?! Kalian senang! Orang tuanya mencabut ketiga anak itu dari sekolah ini! Jika aku tidak dibujuk oleh kalian aku tidak akan kehilangan 3 aset berharga itu!” amuk Ardi. “Semua ini gara gara kalian!” maki Ardi lagi.
“maksud bapak apa?” tanya salah satu guru.
“murid yang kalian suruh usir itu adalah seorang pelukis manca negara” ujar Ardi.
“hahahha gak mungkin pak, kalau sekedar coret-coret doang bisa jadi pelukis manca negara anak saya juga pasti bisa” ledek salah satu guru.
“kalau gitu buat anakmu menghasilkan 1 milyar dari lukisan yang dia ciptakan!” sindir Ardi.
“apa maksudnya pak?” tanya para guru serentak.
Ardi melempar artikel yang telah dia print, hampir semua artikel itu ,menggunakan Bahasa inggris, karena memang tidak banyak yang tau dengan kemampuan Quinsya di Indonesia. Guru-guru itu langsung mengambil artikel yang di lempar kepala sekolah mereka.
“Apa bapak yakin dia pelukis itu? Mungkin wajahnya saja yang mirip” ucap salah satu guru setelah membaca salah satu artikel yang di print oleh Ardi.
“Kalau kalian tidak yakin coba kalian liat tanda si penulis, kalian pasti ingat pernah liat dimana” sindir Ardi.
Mata semua guru itu terbelalak kaget, saat melihat tanda yang selalu di gambar dan dibuat oleh Quinsya diberbagai tempat bahkan saat dia selesai melukis di dinding sekolah, ternyata itu adalah tanda dari identitasnya, bukan sekedar tanda tangan biasa.
“Jadi dia adalah seorang pelukis? Pantas saja kelakuannya aneh” ucap salah satu guru.
“jadi bapak melepaskan murid berbakat ini?” salah satu guru kesenian berteriak histeris.
Ardi tersenyum meremehkan, “kalian bukan yang meminta untuk mengeluarkan murid paling sulit di atur dan suka menggambar dimana saja” sindir Ardi.
Memang para guru itulah yang mendatangi Ardi dan memprotes kenakalan Quinsya, karena gadis itu Sukanya mencoret coret property sekolah, mereka menganggapnya mencoret karena mereka tidak tau berapa rupiah yang di hasilkan dari lukisan yang dijual oleh Quinsya.
Mereka hanya marah melihat meja yang telah Quinsya coret dan dinding itu tanpa melihat keindahan dari lukisan yang Quinsya hasilkan.
“kalau bapak tau kenapa bapak tidak menahan murid berbakat itu?” protes guru kesenian itu.
“saya tau dari orang tuanya!” bentak Ardi kesal, bagaimana tidak kesal dia terhasut oleh omongan para guru padahal dia bisa saja memanfaatkan kehadiran Quinsya untuk lebih banyak mendapatkan uang, dia juga bisa menaikkan nama sekolahnya di bidang kesenian yang tidak pernah sekolah itu miliki. “ini semua karena kalian!” maki Ardi kesal.
“bagaimana jika kita mengancam orang tuanya pak Ardi? Bukankah dua saudara yang cowok harus ikut lomba sebentar lagi? Seharusnya mereka berdua tidak bisa keluar dari sekolah kita” usul salah satu guru, pada ardi.
“masalahnya orang tua ketiga anak kembar itu bukan orang sembarangan yang dapat kita ancam, sedikit saja kita salah atau mengancam dia, maka sekolah kita akan hancur”ujar Ardi, terdengar ketakutan.
Mereka semua hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apapun lagi.
.
“Hei dengar-dengar!” teriakan salah satu siswa saat memasuki ruang kelasnya.
“Apaan sih?” sahut siswa yang lainnya.
“Quinsya, Aryan dan Azmi keluar dari sekolah ini” teriak murid itu.
“Kok bisa! Yang aku mau itu Quinsya si pembuat onar aja yang keluar kok malah calon calon pacar aku yang keluar sih!” teriak salah satu siswi peremuan di ikuti teriakan histeris mereka karena 2 pria tampan dan pintar dari sekolah mereka telah keluar.
“Bukan hanya itu, ternyata si quin itu adalah orang terkenal juga, guru gura sampai menyesal telah mengeluarkan Quinsya” ujar murid si pembawa pesan.
“Emangnya siapa dia hanya pembuat masalah, heran orang tuanya gak malu apa punya anak bodoh dan pembuat onar seperti itu?” sindir salah satu murid.
Salah satu siswi berkaca mata yang merupakan teman Quinsya secara diam diam segera menjawab, “bagaimana mau malu, kalau di umurnya yang masih 15 tahun sudah menghasilkan uang sendiri, coba saja kalian cari ‘Queen Aurel’ di kolom pencarian, maka kalian akan tau siapa sebenarnya Quinsy aitu” setelah berkata begitu gadis berkaca mat aitu pergi dari kelasnya.
“Apaan sih emang di__a__” ucapan siswi itu terhenti saat melihat artikel tentang Quinsya.
‘Queen Aurel berhasil menjual lukisannya seharga 1 milyar’ judul artikel yang langsung dia dapatkan dan terpampang wajah Quinsya yang sedang tertawa sambil menunjukkan 2 jarinya membentuk huruf ‘V’.
Sama saja dengan ruangan guru mereka semua langsung bungkam begitu membaca artikel tentang Quinsya, si pembuat onar yang ternyata seorang seniman terkenal.
‘Malu?’ tentu saja mereka semua malu telah menjelekkan Quinsya, menertawakan lukisan yang sempat beberapa kali Quinsya ciptakan bukannya di apresiasikan malah di hancurkan begitu saja, sekarang jika mereka sadar siapa sebenarnya Quinsya mereka tidak akan seperti orang bodoh.
Percuma otak pintar, kalau akhak mereka tidak bagus, belum tentu kepintaran mereka akan mampu membuat mereka berhasil di kemudian hari.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Cessa sudah menyiapkan cemilan dan minuman di ruang keluarga, “sini sayangnya mami, cerita gimana ceritanya kok bisa adek di keluarkan dari sekolah?” cessa menepuk sofa disebelahnya yang kosong.
Quinsya duduk sperti perintah Cessa dengan wajah cemberut, “itu semua karena caca gangguin salah satu murid pintar disana mi” keluh Quinsya.
“Kok gisa adek gangguin?”
“dia menyindir caca gakbisa apa-apa mi, ya marah si caca, dia bilang dia jago melukis, ehh malah di ketawain satu sekolah, belum tau aja siapa caca sebenarnya” ujar Azmi.
Cessa tersenyum dan mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. “ya udah, gimana kita pindah kembali ketempat opa dan oma, kalian juga bisa sekolah di tempat yang sama dengan Ameer dan Amira” usul Cessa.
Quinsya masih cemberut dan tidak mau mengangkat kepalanya, “tapi nanti kalau sama lagi seperti di sekolah ini gimana mi? caca mau homeschooling aja” ujar Quinsya cemberut.
“iya suka suka caca papi akan kabulin apapun permintaan putri papi asal jangan cemberut gini” Rafa mencubit gemas pipi Quinsya.
“Ihh papi sakit tau” gerutu Quinsya sambil memegangi pipinya yang tadi di cubit Rafa.
“Kalian berdua mau gimana? Sekolah bareng saudara sepupu kalian atau home schooling?” tawar Rafa pada kedua putranya.
“Abang pengen sekolah aja pi” jawab Aryan
“abang ngikut caca aja pi, kalau caca sekolah abang ikut sekolah, kalau caca homeschooling abang juga ikut, kan harus ada salah satu kesatria yang jagain Queen?” kekeh Azmi.
“iihh abang gak usah ikut-ikut caca! Bilang aja abang itu pengen main game aja, makanya pura-pura ikut caca” gerutu Quinsya sebal.
“hahahha tau aja dek” gelak tawa Azmi mulai terdengar.
“kalau gitu lusa kita mulai pindahan dari kota ini, sudah lama juga kita jauh dari opa dan oma, boleh kan sayang?” tanya cessa.
Rafa mengangguk sambil menyunggingkan senyumannya, “baiklah boleh kok” jawab Rafa lembut.
...🎋🎋🎋🎋🎋...
bonus pict
si pelukis nyentrik
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Widya Febrina
wah...ketar ketir satu sekolahan gara2 identitas si pembuat obat terbongkar...nyesel gak tuh....ya nyesel lh 🤭🤭🤭😁😁😁😁
2022-11-18
2
Lucia Sri
keren
2022-11-18
0
Desi Suwandari
aku berharap hari ini up doble.😊😊😊😊
2022-11-18
0