“baiklah” rafa kini beralih menatap kepala sekolah Ardi. “bantu saya mengurus surat pengunduran diri putri dan kedua putra saya dari sekolah ini” ucap rafa lantang.
Bagai di sambar petir Ardi melotot dan terkejut mendengar ucapan dari mulut Rafa, “tu-tunggu pak tadi anda mengatakan kedua putra bapak?” Ardi berusaha mengkoreksi bahwa yang dia dengar itu benar atau dia hanya salah dengar.
“benar sekali pak, putra saya juga bantu di urus surat pengunduran diri mereka” Rafa menyandarkan punggungnya pada sofa dan bertopang dagu layaknya seorang bos.
“tapi kami hanya mengeluarkan putri bapak, dan sekolah ini adalah sekolah hebat pak, jika putra bapak keluar dari sini, mereka akan kehilangan banyak kesempatan emas, kami sering memasukkan murid ke kampus harvard, bukan hanya itu banyak kampus terkenal mengambil murid berbakat dari sekolah ini” pekik Ardi.
“hmmm saya tidak peduli, kalau kedua putra saya mau masuk sana mereka bisa mengikuti tes melalui sekolah lain bukan? Atau saya bisa membayar uang untuk mengikuti ujian kesana, sangat kecil bagi saya” jawab Rafa acuh.
“tapi pak dua bulan lagi putra bapak akan mengikuti pertandingan nasional yang akan mengharumkan nama mereka, jadi me_” ucapan Ardi terpotong karena rafa yang memotongnya.
“Itu urusan kalian, putri saya saja tidak kalian beri kesempatan, dan kalian terlalu banyak alasan dengan mengeluarkan putri saya dari sini, jadi cari saja murid pintar untuk memenangkan kompetisi itu” kata Rafa dengan senyum jahatnya.
“pak apa anda yakin? Kami sudah mengratiskan biaya sekolah kedua putra bapak, bahkan nama mereka sangat terkenal berkat sekolah ini, apa bapak Rafa yakin dengan keputusan bapak?” bujuk Ardi, dia tidak akan mau melepaskan murid sepintar Aryan dan Azmi, dua orang jenius yang mampu melonjakkan nama sekolah mereka, hanya dalam 6 bulan dua anak kembar itu bisa memenangkan berbagai kompetisi ilmiah atau olahraga serta ciptaan, dan sekarang harta dunia itu akan keluar dari sekolah? Itu tidak boleh, kepala sekolah harus melakukan apapun untuk mempertahankan dua anak kembar itu.
“bukan anak saya yang namanya terkenal berkat sekolah ini, tapi kebalikannya berkat anak saya sekolah ini memenangkan segala macam kompetisi, anak saya itu satu paket hilang satu maka ketiganya akan saya tarik, jadi lakukan saja perintah saya sekarang atau saya akan menuntut sekolah ini” ancam Rafa dengan wajah yang sangat mengerikan.
Quinsya menatap papi rafa yang terlihat sangat keren, awalnya dia takut papi nya akan marah karena ini pertama kalinya dia dikeluarkan tanpa bisa ditahan. Selain sakit hati dengan teman-teman yang sok pintar, Quinsya tidak suka semua guru di sana sangat sombong, menganggap diri mereka luar biasa pintar dan Quinsya adalah badut tontonan oleh mereka, karena kesal Quin terus membuat kerusuhan disekolahnya, dari tidak sengaja membakar ruang kelas karena dia ingin menggambar menggunakan abu, jadi dia membakar kayu di kelas, untung saja tidak terjadi kebakaran, dan rafa sudah mengganti kerugian yang diterima sekolah, sangat banyak bahkan melebihi biaya perawatan sekolah itu.
Kenakalan lainnya, Quinsya bermain hujan saat jam pelajaran. Setelah selesai main hujan dengan sangat mudahnya gadis itu masuk kelas dan mengajak kedua saudara kembarnya untuk pulang.
Bukan hanya itu, Quinsya mencoret lebih tepatnya melukis pada dinding sekolah, alhasil sekolah harus mengecat ulang dinding itu, tidak tau saja mereka jika memajang lukisan itu di internet maka sekolahnya akan terkenal, mereka belum tau jika putri Rafa dan cessa itu sangat terkenal di dunia luar sebagai pelukis Queen Aurel, sayang sekolah itu kehilangan pelukis dunia yang bisa menghasilkan jutaan bahkan milyaran rupiah hanya dengan 1 lukisannya.
Jangan tanyakan lagi kenakalan apa yang Quinsya buat, hingga pihak sekolah tidak mau mempertahankan dirinya di sekolah itu, untung saja rafa dan Cessa tidak pernah marah dengan semua kenakalan yang dilakukan Quinsya, hanya sekali marah dan itu tidak terlalu mengerikan yaitu saat Quinsya hampir membakar ruang kelasnya dengan kayu bakar, marahnya pun karena khawatir putrinya terluka.
“pak tolong pikirkan lagi, baiklah saya akan mempertahankan Quinsya untuk tetap bisa sekolah di sini” akhirnya Ardi memohon, tidak apalah mempertahankan murid bodoh seperti Quinsya, asal 2 orang berbakat itu tetap disekolahnya.
“hahahhaa” suara tawa rafa mulai terdengar, “bagaimana My Quin? Masih mau sekolah di sini?”
Quinsya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan papi rafa yang tertuju padanya, dia tidak suka teman-teman sekolah dan semua guru, hanya memperhatikan anak pintar, dan dia sering dianggap sampah, sudah berkali kali Quinsya berusaha menunjukkan kemampuannya dalam seni lukis, tapi mereka semua menganggap itu sampah.
“Liat, cepat keluarkan berkas ketiga anakku, atau aku akan menuntut sekolah ini” ancam rafa dengan wajah yang lebih mengerikan.
“Ba-baik pak” dengan terburu-buru kepala sekolah itu mempersiapkan berkas dokumen untuk ketiga anak kembar itu.
“Oh saya belum memberi tau ya, bahwa putri saya dikenal dunia dengan nama panggilan pelukis Queen Aurel, coba search aja di google berapa harga lukisan putri saya” kata rafa tiba-tiba saat kepala sekolah sibuk mengurus dokumen kepindahan Aryan, Azmi dan Alquinsya.
Gerakan tangan kepala sekolah itu berhenti kini dia menatap horor pada Quinsya, dia pernah dengan tentang pelukis terkenal itu tapi dia sama sekali tidak menyangka sekarang pelukis itu ada dihadapannya, dia kira pelukis itu berasal dari luar negri tapi sekarang pelukis itu ada didepannya, ingin rasanya Ardi berteriak frustasi telah gegabah dalam mengambil keputusan mengikuti apa kata rapat dari guru-guru dan anggota osis disekolah sekarang hasilnya dia kehilangan 3 bintang dunia.
Setelah satu jam semua berkas ketiga anak rafa selesai disiapkan, dengan langkah berat Ardi berjalan gontai menuju sofa di mana Rafa berada.
“pak rafa bagaimana kalau dipikirkan ulang lagi, kami akan menyediakan akomodasi buat putri bapak yang sangat berprestasi itu” kata Ardi saat hendak memberikan berkas dokumen kepindahan ketiga anak kembar rafa.
Rafa mengambil berkas itu, dan menyentak tangan Ardi agar melepaskan dokumen ditangannya, “sayang sekali tapi kalian sudah menyakiti hati putri kesayanganku, jadi kalian kehilangan ketiga bintang hebatku” sindir rafa, dia merangkul gadis kecilnya, “jangan menangis gitu, papi gak marah kok, mereka saja yang tidak tau keistimewaan putri papi, padahal sudah berkali-kali kamu memberi kode” rafa berusaha menghapus jejak air mata Quinsya.
“Papi gak marah?” lirih Quinsya.
“Tidak akan pernah, putri papi itu spesial, sekolah seperti ini tidak mampu melihat kepintaranmu, ayo kita pulang” Rafa memandang Ardi yang tertunduk sedih, dia sedih karena kehilangan tiga bintang hebat, seandainya dia bisa mempertahankan Quinsya dan mau membagi uang yang dia terima dari hasil menerima murid seperti Quinsya kepada para guru mungkin dia tidak akan bernasib semenyedihkan itu, sekolahnya akan semakin terkenal bukan hanya dibidang ilmiah, sains, olahraga, matematika, bahkan seni semua mata pelajaran akan melambung tinggi berkat 3 bintang itu.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
sherly
ternyata kepala sekolahnya ngantongin duit sendiri hasil sogokan biar Quin tetep bisa sklh... coba dibagi pak pasti guru lain diam deh dgn kebodohan quin
2024-04-15
0
sherly
keren pak rafa
2024-04-15
0
sherly
nah looo baru deh kepala sekolahnya kalang kabut... mereka tu sepaket jd ngk bisa dipisahkan...
2024-04-15
0