"Bang Dev?"
"Kenapa kau ceroboh? Lihat pakaianmu tembus pandang apa kau tidak malu?" ucap pria itu seraya memakaikan mantel yang ku yakini adalah miliknya. Mantel yang cukup panjang mampu menutupi tubuhku hingga lutut.
Aku menatap wajahnya dari dekat, ia tidak melepas pundakku meski mantel telah terpasang, dadaku tiba-tiba berdegup cepat. Aneh sekali rasanya. Aku mengikuti saja langkahnya yang seakan menuntunku menuju mobil.
"Ya Tuhan..... Pria ini adalah suamiku." Aku cukup sulit bernapas oleh sikap Bang Dev yang seperti ini, ternyata dia peduli padaku bahkan aku terperangah saat ia membukakan pintu mobil untukku.
"Maafkan aku Bang Dev, aku hanya tidak ingin kau menunggu lama." Kataku setelah kami berada dalam mobil, ku lihat pakaiannya juga basah.
"Seharusnya kau menunggu hujan sedikit reda."
"Maaf.... Aku hanya takut kau meninggalkan ku sendiri di sini jika aku lama."
"Pikiran bodoh seperti apa itu? Tidak mungkin aku meninggalkanmu Kayla, aku tidak sejahat yang kau kira."
"Maafkan aku Bang Dev."
Aku melirik wajahnya yang tersenyum, lelaki itu kembali fokus mengemudi. Aku mengeratkan mantel yang ku pakai, aku baru merasa kedinginan sekarang dan aku butuh kehangatan, ha ha ha aku hanya bercanda.
Satu tangan ku letakkan di dada, masih sesak seperti tadi. Ku lirik lagi Bang Dev yang wajahnya terlihat hanya sisi kiri saja, jambang tipis miliknya sungguh mengganggu mataku yang masih polos ini.
Dengan cepat aku berpaling ke luar jendela mobil seraya bernapas dalam berulang kali.
"Oh tidak, jika seperti ini terus aku bisa jatuh cinta pada pria ini. Bagaimana pun kami akan tinggal satu atap apa kuat imanku melihat pria tampan seperti itu setiap hari? Maafkan aku Nika." Gumamku teringat wajah sahabatku yang masih belum ada kabar dari pelariannya.
Ku lirik lagi wajah suamiku itu, dia tampan dan sempurna. "Seandainya dia bukan milik siapa-siapa." Ah bicara apa aku ini, dia mencintai Nika. Oke..... Fokus Kayla, ingat uang, kuras uangnya saja sebelum kontrak berakhir, jangan berpikir ingin memiliki yang bukan menjadi milikmu.
Kata-kata seperti itu seakan menjadi cermin bagi niatku pada pernikahan ini, tidak lebih hanya kontrak sesuai perjanjian dengan Mamanya Bang Dev.
*****
Aku menggeliatkan tubuh dan merentangkan tangan, menguap kecil seraya membuka mata perlahan, nyaman sekali bahkan aku tidak pernah tidur senyaman ini.
Kasur empuk yang ukurannya paling besar, sangat jauh berbeda dari kasur yang ku tiduri ketika di rumah, ini benar-benar membuatku mimpi indah semalam.
Oh iya, tentang semalam ketika sampai apartemen aku bahkan tidak menyangka bahwa Bang Dev tinggal di apartemen yang tidak besar seperti dalam bayanganku besar dan mewah.
Apartemen ini tidak begitu kecil namun cukup untuk dihuni dua orang, kamarnya cuma satu kamar mandi pun hanya satu.
Aku salah mengira semua orang kaya akan memilih hidup mewah dan tinggal di tempat yang mewah pula, namun tidak Bang Devano suamiku ini, ia memilih tinggal di tempat sederhana seperti ini meski fasilitasnya cukup.
Aku bangun dari tempat tidur, melihat kesana kemari tidak ada tanda-tanda Bang Dev ada di sini maka darinya aku langsung menuju kamar mandi.
Masih dengan wajah tidur aku berniat membuka pakaian hendak mandi, namun ketika ku tegakkan wajah menghadap cermin mataku terbelalak.
"Aaaaaaaahhhh."
"Aku bukan hantu."
"Bang Dev, kenapa kau di sana? Ya Tuhan." Aku benar-benar terkejut saat melihat wajahnya yang hanya memakai handuk saja dari cermin, aku bersyukur belum sempat buka baju jika tidak matilah aku akan malu sepanjang hidup, aku berbalik badan menghadapnya.
"Seharusnya kau ketuk dulu pintunya sebelum masuk," ucap Bang Dev berjalan mendekat. Membuatku menjadi ciut, dadaku kembali berdegup cepat.
"Salah kau juga kenapa tidak kunci pintunya?"
"Kuncinya rusak, belum sempat diperbaiki jadi lain kali ketuk dulu baru masuk," ucap pria itu seraya berbisik yang sudah sangat dekat denganku, bahkan kedua tangannya mengunci tubuhku yang terdesak dinding.
Aku mencium aroma sabun yang menyeruak dari tubuhnya yang bertelanjang dada, benar-benar membuatku merinding ketika tubuh kami sangat dekat.
Aku memejamkan mata dengan degup jantung yang semakin menjadi-jadi.
"Kenapa? Apa kau takut padaku? Ayo buka matamu, jangan malu bukankah kita suami istri," bisik Bang Dev menggodaku.
"Bang Dev jangan seperti ini, aku aku aku...."
Ku gigit bibir bawahku kuat-kuat, tiba-tiba ku dengar lelaki itu terkekeh dan tangannya mengusap gemas rambutku.
"Memangnya apa yang kau pikirkan Kayla? aku hanya bercanda." Kembali ku dengar tawa Bang Dev yang renyah, aku membuka mata ku lihat Bang Dev menjauh dan segera berlalu dari hadapanku.
Ku tutup pintu kamar mandi dengan cepat, ku sandarkan tubuhku di sana.
"Huh huuh huh, jantung ku hampir saja lepas." Aku mengambil napas dalam berulang kali.
"Apa ini, dia benar-benar menggoda. Bodohnya Nika menghianati pria sempurna seperti bang Dev, aku saja bisa tergoda hanya dengan candaannya saja, bagaimana jika yang tadi itu serius aku bisa gila." Aku terus saja bergumam seorang diri.
Aku telah bersiap untuk berangkat kuliah setelah menelepon Mamaku beberapa menit lalu.
Aku keluar kamar dan terkejut saat ku lihat Bang Dev masih berada di sana, lelaki itu sedang membaca koran di sofa.
"Bang Dev, kau belum berangkat?"
"Belum, kenapa para wanita lama sekali jika bersiap? Aku menunggumu."
"Apa?"
Aku terkejut dong, demi apa Bang Dev menungguku apa kami akan berangkat bersama, pertanyaan itu muncul begitu saja dalam benakku. Entah kenapa aku merasa sangat senang jika memang iya namun lamunanku buyar saat Bang Dev menjelaskan.
"Ini uang untuk ongkosmu, maaf Kayla... Kita tidak bisa pergi bersama, seperti yang ku katakan kemarin tidak ada yang boleh tahu bahwa kita suami istri sekarang. Orang-orang mengira istriku adalah Nikayla, sampai aku menemukan dia dan tahu alasannya meninggalkan ku saat itu juga kita akhiri kontrak yang dibuat Ibuku ini meski belum sampai satu tahun."
"Apa Bang Dev tidak percaya jika dia hamil dan lari dengan lelaki lain?"
"Jangan bicarakan hal konyol itu lagi, aku mengerti kekasihku lebih dari siapapun. Aku tidak akan percaya jika bukan dia sendiri yang mengatakan padaku bahwa itu benar dan dia memang menghianatiku."
"Ah kenapa kita jadi bicara seserius ini, tenanglah aku tidak marah padamu," ucap Bang Dev terkekeh.
Aku terdiam, Bang Dev berdiri mendekatiku ia menyodorkan uang yang banyak, aku menerima saja tanpa berkata apapun selain mengangguk.
"Kau pergunakan uang ini untuk kebutuhan pribadi dan kuliahmu, jika habis kau bisa minta lagi, jangan sungkan oke.... Kau teman Nikayla itu artinya kau juga temanku, kau bisa pergi naik kendaraan umum atau taksi online."
Aku menelan ludah, lalu mengangguk lagi.
"Aku berangkat duluan, kau hati-hati," ucap Bang Dev mengusap lenganku.
Ku lihat pria itu menjauh perlahan menghilang di balik pintu, aku kembali memegang dadaku yang terasa aneh ini lalu ku tatap uang di tanganku.
"Memang aku mengharapkan apa selain uang ini? Oke baiklah.... Aku akan menabung sebanyak mungkin, mana tahu Bang Dev benar pernikahan ini tidak sampai satu tahun, aku harus kaya sebelum itu." Ku genggam uang itu erat-erat dan tertawa seorang diri namun entah kenapa terasa hambar. Hambar sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
tahan kamu jangan jatuh cinta dulu,biar bang dev yg jatuh cinta dulu
2022-12-31
0
Muly Yanti
sabar chayla nanti dev pasti cinta sm kamu..
2022-11-30
0
Aira Zaskia
gk papa kay ,lama2 dev bucin nanti ke kamu
2022-11-18
0