Aku mengambil napas dalam-dalam sebelum menghadap sang Ibu mertua.
Hhhhuuuuuuhhhh, terdengar sekali aku menghembuskan napas panjang, Bang Dev melirikku, selain menyengir aku bisa apa lagi. Pria itu hanya menggeleng, namun senyum tipis itu tidak hilang dari bibirnya, membuatku bertambah dag dig dug tidak karuan.
"Oh Bang Dev, kau tampan sekali," desisku dalam hati.
******
Aku bersimpuh memohon ampun pada sosok wanita yang telah melahirkan dan membesarkan ku. Kami menangis bersama tanpa bisa berkata-kata.
"Kayla sayang, seharusnya Mama lah yang meminta maaf padamu telah membuat kau berada dalam situasi seperti ini."
Aku menoleh pada wajah yang juga telah basah oleh airmata itu.
"Mama?"
"Jika kau lahir dari keluarga berada, mungkin tidak ada yang bisa mengancammu kemarin." Aku menggeleng.
"Ayahmu meninggalkan banyak hutang, hidup kita juga pas-passan bahkan sering kali kekurangan, tapi kaulah yang mendapat dampaknya, orang kaya seperti mereka dengan mudahnya mengancam hanya karena kita banyak kelemahan, mereka telah melunasi hutang-hutang kita nak tapi Mama merasa Mama telah menggadaikan putri semata wayangku ini pada pernikahan palsu yang hanya untuk menyelamatkan mereka dari rasa malu."
Aku menggenggam kedua tangan Mama erat, ku gelengkan kepala dan ku hapus airmatanya.
"Mama jangan berpikir seperti itu, meski aku juga merasa terpaksa setidaknya ada harga yang mereka tawarkan atas jasaku menjadi pengantin pengganti kemarin, aku akan baik-baik saja Ma, mereka juga berjanji akan menyelesaikan biaya kuliahku hingga selesai jadi Mama tidak perlu lagi bekerja terlalu berat, ini hanya satu tahun aku tidak masalah Ma, kita akan dapat uang dan aku akan lulus kuliah dengan baik."
Aku meyakinkan Mama agar menerima kenyataan, merutuki nasibku juga tidak ada gunanya sekarang.
Aku juga lelah menangis, lebih baik menatap ke depan yang mana dalam otakku sedang berpikir untuk menabung uang yang banyak dari gaji yang akan Bang Dev dan Mamanya bayar atas jasaku menjadi istri selama satu tahun akan datang.
Aku juga ingin keluar dari garis kemiskinan, mungkin inilah takdirku, aku benar-benar bertekad sekarang untuk mengumpulkan uang yang banyak dari suami dan mertuaku, ada harga yang harus mereka bayar untuk jasaku satu tahun ke depan.
Tidak ada yang gratis untuk dunia kejam ini. Aku tersenyum miring memikirkan banyak hal yang akan ku lalui nanti, pasti tidak mudah namun dengan uang kompensasi akan membuat semuanya berjalan dengan lancar.
Beberapa hari telah ku lewati berperan sebagai istri sekaligus menantu dari seorang Gubernur, besok aku akan kembali pada rutinitas ku sebagai mahasiswa, begitupun dengan Bang Dev akan kembali menjadi seorang dosen di kampusnya mengajar.
Tinggal satu rumah dengan Ibu mertua itu benar adanya, seperti yang dikatakan orang-orang aku pun merasakannya, merasa seperti orang asing, sendirian tak dianggap apalagi dihargai.
Betapa tidak, aku yang memang orang lain bagi mereka aku bukan menantu idaman, aku bukan dari kalangan mereka, meski begitu aku pun harus tahu diri tentang bagaimana alasan kenapa aku bisa berada di sana.
Beruntung Ayah dan Ibu mertua ku hanya satu hari berada satu atap dengan kami, sebab mereka telah kembali untuk tinggal di rumah dinas Gubernur, setidaknya untuk dua hari ini aku terbebas dari Ibu mertua yang galak itu.
Lamunan ku buyar saat suara Bang Dev memanggilku.
"Apa kau sudah siap? Ayo aku ada pekerjaan lain!"
"Iya, aku sudah siap," jawabku ketika Bang Dev memanggilku untuk pulang ke apartemennya.
Di sanalah sejatinya kami akan tinggal selama satu tahun kontrak pernikahan.
Kembali kami larut dalam keheningan disaat mobil terus berjalan dan Bang Dev yang mengemudi dengan kecepatan sedang.
"Tidak ada yang tahu bahwa Kayla yang menikah denganku adalah dirimu kecuali Rania dan Susan, jadi aku harap ketika di kampus kau bisa bersikap seperti biasa, semua orang masih menganggap yang menikah denganku adalah Nikayla."
"Oh tentang itu kau tenang saja, aku akan mengunci mulutku rapat-rapat lagi pula kau tidak mengajar di kampus ku jadi kenapa mesti takut ketahuan?"
"Mulai besok aku akan mengajar di sana."
"Apa?"
"Aku tidak perlu menjelaskan alasannya bukan?"
"Heh, iya lagipula bukan urusan ku," jawabku pelan.
Aku tidak tahu kenapa Bang Dev ingin pindah mengajar ke kampusku, selama ini Nika juga tidak pernah mengatakan jika Bang Dev akan pindah mengajar ke sana.
Lagi-lagi itu bukan urusan ku.
"Bang Dev, bisakah kita mampir ke minimarket sebentar?" Bang Dev menolehku.
"Hmm... tidak mau ya? Hanya saja aku butuh untuk membeli pembalut," ucapku lagi dengan pelan sambil memelas.
"Baiklah," jawab lelaki tampan yang sekarang telah menjadi suamiku.
Aku segera keluar ketika Bang Dev menghentikan mobilnya tidak jauh dari minimarket itu, aku berlari kecil saat gerimis turun cukup membuat basah wajahku.
Cukup lama antri dalam pembayaran, karena memang sedang ramai pengunjung pada jam seperti ini. Setelah mendapat giliran, aku segera membayar belanjaanku yang hanya membeli pembalut saja. Tentu aku tidak ingin Bang Dev menunggu lama nantinya.
Namun ketika aku keluar, ternyata hujan turun dengan derasnya.
"Oh bagaimana ini? Aku akan basah, tapi tidak mungkin juga aku berteduh jika Bang Dev akan menunggu lama." Aku merutuki keadaan saat ini, aku bingung di tengah beberapa orang yang juga memutuskan untuk berteduh saja dahulu karena hujan benar-benar lebat.
Jika aku menembus hujan tentu saja pakaian yang ku pakai saat ini akan tembus pandang.
Aku memakai dress berwarna putih gading yang panjangnya melewati lutut, bahannya adem dan jatuh serta jika aku terkena hujan pakaianku cukup mampu menampilkan lekuk tubuh dan tembus pandang kebetulan pula dalamanku serba hitam, bisa malu tujuh turunan jika itu terjadi.
Namun jika aku tetap di sini, aku takut Bang Dev akan marah karena menunggu cukup lama terlebih hujan entah kapan akan berhenti, mana mobilnya parkir cukup jauh.
"Aku tidak bisa membuat Bang Dev menunggu terlalu lama, bagaimana jika aku ditinggalnya nanti aku akan pulang dengan apa? Ini sudah malam aku takut sendirian."
Aku kembali bergumam sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja daripada aku akan ditinggalkan di sini sendirian lebih baik menembus hujan.
"Aku benar-benar sial, ini terpaksa." Gumamku lagi seraya melindungi kepala ku dengan kantong belanjaan tadi. Ku tembus hujan yang masih deras, ku berlari kecil menuju mobil Bang Dev, aku pasrah pakaianku basah sekarang.
Aku yakin orang-orang yang berada di sana tadi pasti melihat ke arahku karena sudah pasti lekuk tubuh dan dalamanku sudah terlihat dengan jelas.
"Aku malu, tidak-tidak ini hujan deras tidak mungkin mereka akan jelas melihat tubuhku," aku terus saja menunduk sebelum mencapai mobil Bang Dev.
Namun aku merasa seseorang berjalan ke arahku sedang aku sibuk dengan pikiran aneh di kepalaku ini, tiba-tiba aku merasakan orang itu memakaikan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
nabung yang banyak kay,uang yg kamu dapat halal ko
2022-12-31
2
Aas Azah
bang Dev kah🤔
2022-11-17
1