"Ah sudahlah, nama juga istri bayaran. Ya Tuhan.... Apa ini? Apa aku mengharapkan malam pertama?" Aku bergumam sendiri sambil menggigit jari dan terkikik geli membayangkan jika itu terjadi semalam, aku semakin membenamkan wajahku dalam selimut tebal yang bahkan seumur hidup aku belum pernah tidur di kasur senyaman ini.
"Awas kau Nika, jika kita bertemu nanti akan ku bunuh kau, lihatlah aku menjadi perempuan rendahan yang tidak ubahnya telah menjual diri pada orang kaya demi uang, padahal dalam hal ini aku dipaksa dan diancam, orang miskin sepertiku benar-benar tidak ada harganya, dengan sekali ancam saja aku langsung takut, mudah sekali bukan membeli istri seperti sedang membeli jajanan saja."
Aku terus saja merutuki nasibku yang malang ini, aku menghembus napas kasar beberapa kali karena kesal, namun aku tahu semua tidak berguna sekarang.
Aku merasa ingin buang air kecil, lalu aku memutuskan untuk keluar dari selimut yang melindungiku dari dinginnya AC, maklum aku tidak biasa tidur di kamar yang mewah dan ber AC dingin, untung saja aku tidak demam semalam jadi aku sangat berterima kasih pada selimut tebal ini.
Namun baru juga aku mendudukkan diri dan keluar dari selimut, dengan cepat aku kembali bersembunyi di balik selimut lagi karena betapa terkejutnya bahwa mataku melihat penampakan seorang pria bertelanjang dada sedang berdiri membelakangiku.
"Ah.... Siapa kau?" Pekik ku di balik selimut.
"Memangnya kau pikir siapa lagi, aku kemari karena pakaianku semuanya di sini," jawab pria yang ku yakini adalah suara dari Bang Dev.
Aku bernapas lega, aku kira dia pria asing yang akan memperkosaku. Segera ku menepuk keningku sendiri atas apa yang baru saja aku pikirkan.
"Oh, ternyata Bang Dev. Maaf.... Aku mengira kau pria asing," jawabku dari dalam selimut namun perlahan ku buka seperti sedang mengintip.
"Hmm."
Hanya itu yang terdengar dari bibirnya kali ini, aku menatap punggungnya yang telah memakai kaos berwarna hitam dan sedang mencari sesuatu dari dalam tasnya.
"Bang Dev, maafkan aku.... Aku tahu ini sulit untukmu. Aku juga tidak tahu kenapa Nikayla melakukan ini padamu."
"Jangan sebut nama itu lagi."
Aku terdiam, mendengar suara dingin itu. Tidak, aku tidak pernah mendengar nada dingin dari bibir Bang Dev selama ini, bagaimana tidak pria itu bahkan terlihat selalu ramah dengan kami sahabatnya Nikayla. Kami cukup sering bertemu dan bertegur sapa ketika Bang Dev datang menjemput Nika di kampus.
"Maaf." Hanya kata itu pula yang mampu ku ucapkan setelah melihat wajah dinginnya menatapku tajam.
"Lekaslah bersiap, kita akan pulang. Aku tidak nyaman berada lama di sini."
"Baik," akupun mengangguk takut, segera ku berdiri dan meneruskan niat ke kamar mandi.
Langkah ku kembali terhenti saat suara Bang Dev kembali menggema.
"Satu hal, soal Ibumu sudah diurus oleh Mamaku tentang pernikahan ini. Setelah pulang nanti temuilah beliau," ucap Bang Dev dengan suara biasa.
Aku mengangguk lagi.
"Terimakasih Bang Dev."
******
Devano Putra Sanjaya, satu minggu lagi berumur 30 tahun. Pria yang sekarang telah menjadi suamiku, kekasih dari sahabatku Nikayla yang kabur dihari pernikahan mereka sehingga terpaksa aku yang dibeli untuk menggantikannya karena nama kami sama untuk mengelabui para tamu undangan yang telah hadir pada acara akad yang notabennya adalah para pejabat rekan dan teman sejawat ayahnya yang seorang Gubernur daerah kami.
Sampai sekarang aku masih merasa seperti mimpi menyandang status mendadak istri, dimana aku biasa bertemu Bang Dev ketika ia menjemput Nika di kampus atau kami sedang pergi beramai-ramai nonton bioskop yang mana hanya aku yang tidak mempunyai pasangan, aku terbiasa menjadi obat nyamuk ketika tiga sahabatku dating bersama.
Melihat mereka bermesraan pun bukan hal yang canggung lagi di mataku, termasuk melihat Bang Dev dan Nika yang memang telah berpacaran lima tahun lamanya.
Terlihat menyedihkan namun tetap saja aku tidak keberatan menemani mereka kemana pun, karena disitulah aku bisa makan banyak dan enak gratis pula. Maklum saja aku orang tidak berada jadi sangat tidak mungkin makan enak ketika di rumah.
Kami empat orang bersahabat, aku, Nikayla, Rania dan Susan. Sudah dua tahun kami bersahabat baik, cukup terbuka satu sama lain namun kemarin alangkah terkejutnya aku bahwa Nika ternyata selama ini punya pria lain selain Bang Dev hingga ia hamil dan lari karena malu dari pernikahan yang telah menjebakku sekarang ini.
"Oh pantas saja Nika terlihat pucat beberapa hari lalu, dia tampak tidak sehat. Apa karena dia sedang hamil muda, dasar jahat aku benar-benar tidak menyangka kau seperti itu Nika."
Aku mengumpat kesal yang mana hanya bisa ku ucapkan dalam hati saja. Mengingat wajah dan sikap Nika beberapa hari sebelum menikah memang membuat otakku travelling kemana-mana.
Cukup lama bergumam dan berpikir sendiri, aku melirik Bang Dev yang tengah menyetir mobil membawaku pulang dari hotel tempat resepsi kemarin.
Lelaki itu hanya diam, diam dan diam. Sedikit sekali bicara hanya yang penting-penting saja, berbeda sekali dengan Bang Dev yang ku kenal selama ini yang pandai bicara dan humoris, tapi aku bisa memaklumi berada di posisinya sekarang tidaklah mudah.
"Bang Dev."
"Hmmm," jawab Bang Dev tanpa menoleh ke arahku.
"Apa kita akan pulang ke rumah orangtua Bang Dev?"
Lelaki itu hanya mengangguk saja, itu sedikit membuatku kesal, kami menikah karena terpaksa agar orangtuanya tidak malu. Apa tidak bisa dia sedikit menghargaiku yang bertanya secara baik-baik ini.
Apa salahnya menjawab, aku memajukan bibirku ke depan karena merasa kesal sendiri. Aku seperti sedang bicara pada angin saja.
"Bagaimana soal Ibuku?"
"Kau akan diantar sopir saja nanti," jawab Bang Dev singkat dan datar.
"Baiklah," kataku pelan, aku cukup kecewa meski hanya menikah kontrak setidaknya aku butuh teman untuk menjelaskan pada Ibuku, tapi tentu saja karena kami miskin mungkin saja Bang Dev malas untuk bertemu Ibuku.
Tanpa terasa mobil kami telah sampai pada sebuah rumah besar orangtua Bang Dev. Aku baru pertama kali kemari, aku tahu Bang Dev tinggal di apartemennya seorang diri karena ia di sana lebih dekat dengan kampus tempatnya mengajar.
Rumah ini besar sekali, nyaliku benar-benar ciut ketika turun dari mobil.
"Apa yang kau pikirkan, ayo turunlah!" Suara Bang Dev membuyarkan lamunanku.
"Apa aku akan tinggal di sini juga Bang Dev?" Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja.
"Hanya beberapa hari, kita akan tinggal di apartemenku saja tentu jika kau mau kau bisa tinggal di sini." Jawab lelaki itu cukup panjang dan ku lihat ada senyum tipis di sudut bibirnya, ya Tuhan aku merasa darahku berdesir menatapnya.
Apa karena dia sekarang adalah suamiku? Pertanyaan itu muncul di otakku yang masih belum siap ini.
"Tidak, tidak aku akan ikut denganmu saja." Aku segera menjawab dengan cepat ketika mengingat bagaimana wajah ibu Bang Dev ketika mengancamku kemarin, bagaimana bisa aku tinggal bersama mertua yang galak.
"Ayo turun!"
Perintah Bang Dev lagi, aku segera mengangguk.
Benar saja, kami masuk ke dalam rumah besar yang telah menunggu Ibu Bang Dev yang berwajah cantik namun menakutkan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
tar juga pada bucin
2022-12-31
0
Aas Azah
lanjut thor
syemangat 💪
2022-11-17
1
Dwisya12Aurizra
lanjut
2022-11-17
1