Matahari mulai nampak, dengan cahayanya, dia melihatku yang masih membuat peta di bantal, angin silir memberi kenyamanan, dengan kicauan burung, yang membuat keindahan di pagi hari.
"Hmmm."
Aku membuka mata dengan kaget.
"Eh, Mulutku banjir, kenapa jadi anak kecil rasanya merepotkan, apalagi aku yang memiliki kecerdasan orang dewasa, sungguh memalukan."
Aku segera menyeka bocoran mulutku dengan baju, tiba datang seorang mengetuk pintu kamarku.
"Lilias Chan, bangun, ini sudah pagi lhoo, turunlah sarapan sudah siap." ternyata suara ibuku yang sedang membangunkan ku.
"Baik Buu."
Aku segera bangun, kemudian cuci muka.
Aku melihat ke arah cermin, kini aku melihat seorang gadis kecil, berambut perak seperti ibu, mata pupil biru seperti ayah, kuping seperti manusia biasa, kulit seperti mochi yang minta digigit, aku menarik pipiku dengan lembut.
"Ternyata kalau diperhatikan, aku imut juga." Ucapku kepedean.
"Aaa, apa yang aku pikirkan,huuh."
Aku segera turun menemui keluargaku untuk makan bersama.
Aku kini melihat dua orang sudah menungguku dengan senyuman, aku pun membalasnya.
"Selamat pagi Bu, selamat pagi ayaah." Sapaku dengan senyuman.
"Pagi anakku, sepertinya tidurmu nyenyak sekali ya." Jawab ayahku yang sedang bersiap mencangkul di atas piring.
Kamipun makan bersama, sambil makan aku ingin melihat quest agar tidak ada yang terlewat.
'Quest'.
___________________________________
Quest harian:
Berilah dengan pedang. Rewd: 20 koin
Memasak dengan ibu. Rewd: 20 koin
Mandi sendiri. Rewd: 20 koin
Berpakaian sendiri. rewd: 20 koin
Tidur dengan orang tua. Rewd: 20 koin
Quest sampingan:
-Belum terpicu-
Quest utama:
-Belum dibuka-
[Status]. [Quest]. [Shop]
___________________________________
Dengan wajah kagetku, mulutku pun kehilangan kontrolnya.
"Eeeeee!!" Tanpa sadar aku berteriak ketika sedang makan.
"Ada apa Lilias Chan, apa masakanya kurang enak? apa perlu minta maid untuk buatkan yang lainya?" Tanya ibuku yang tadinya makan dengan tenang.
"Ah, tidak Bu, aku cuma kepikiran sesuatu, hehe." Jawabku dengan menggaruk garuk kepala.
"Ooyasudah." Lanjut ibuku makan.
Hm, kenapa quest nya jadi pelit begini, aku diberi lima misi harian hanya untuk 100 koin,bukanya kemarin 150 dengan tiga quest.
"Oyy ,system, kenapa diubah." Tanyaku yang sedikit kesal.
"Ayy, itu memang seharusnya begitu, kemarin adalah hari pertama master mendapat quest, sehingga diberi kemudahan." Jawab system yang suaranya mirip pramugari.
"Apa, kenapa kemarin tidak bilang, kan aku jadi rugi." Jawabku sambil mengunyah sendok dengan keras.
"Itu karena master tidak bertanya."
"Lain kali, kalau ada yang lebih baik atau lebih buruk, kasi saran lah buatku,jangan membisu aja." Perintahku dengan menyipitkan mata.
"Baik master, saran pertama saya, setelah makan segera berlatih, selagi cuaca belum terlalu panas."
"Hmm, gitu lebih baik."
Aku menyelesaikan makanku, kemudian menoleh ke ayah.
"Ayah, latih aku pedang ya, mumpung pagi, ayah bisa kan." Ucapku sambil memasang wajah polos.
"Eh, kenapa liliasku ingin sekali belajar pedang." Jawabnya yang sedang mengusap mulut dengan tisu.
"Aku ingin jadi kuat segera, agar ketika besar bisa membantu perusahaan ayah."
"Ah itu, menjadi pengusaha tidak terkait dengan pedang, tapi, baiklah akan ayah ajari." Ucapnya dengan senyuman.
'Senangnya, anakku kini memiliki semangat tujuan.' Batin ayah yang makin tersenyum.
"Hehe."
Aku segera keluar.
Datanglah ayahku, membawa dua pedang yang terbuat dari kayu, salah satunya bertulis 'Danau Toya'.
Dia memberikan pedang yang bertulis itu kepadaku.
"Karena anakku suka pedang, ini ayah beri hadiah pedang kayu ajaib, yang akan selalu kembali kepada pemiliknya jika hilang."
Mendengar perkataanya, wajahku bersinar, mengingat kemarin cuma menggunakan ranting kayu, apa lagi katanya pedang itu pedang ajaib.
"Waah, terimakasih pak." aku menerimanya, dan membuat pose tentara hormat.
"Ahaha, baiklah ayo kita latihan."
Melihat keseriusanku, ayahku pun melatihku teknik pedang dengan benar.
.
3 jam berlalu aku berlatih,sampai keringetan.
Aku segera menyelesaikan latihan, untuk berenjak ke misi selanjutnya.
"Hari ini cukup ya ayah, aku sudah lelah." ucapku sambil menyeka keringat.
"Baiklah."
Mengetahui hampir waktunya makan siang, aku pergi ke ruangan ibuku.
"Tok .... tok." Ketukan pintu.
"Buu, apa ibu didalam."
"Lilias, masuklah."
Aku membuka pintu, terlihat Sorang sedang duduk dikursi menghadap tumpukan dokumen di meja.
"Araa, ada apa, tumben anak imutku kemari menemui ibu." Ucapnya sambil memberi senyuman.
Ee, aku belum terbiasa dipanggil imut, tapi tak apalah.
"Anuu Bu, untuk makan siang nanti, kita masak bersama ya bu, aku ingin belajar dari ibu." Ucapku dengan mempertemukan kedua jari telunjuk dan wajah polos.
'Sepertinya anakku memang kurang suka dengan masakan para maid.' Ucap batinya.
"Itu bagus kalau kamu mau belajar, sekarang saja ayo, tugas ibu sudah beres."
"Okee." Senangnya.
Kemudian kami pergi kedapur bersama.
"Kamu ingin masak apa." tanya ibuku.
"Terserah ibu saja, aku cuma ingin belajar." Jawabku wajah penuh harapan.
Tami pun memasak bersama, ibu membuat takaran bumbu, sedangkan aku menuruti kata ibu untuk mengiris bumbu dan sayuran dengan pelan-pelan karena masih latihan.
"Dagingnya biar ibu saja yang Potong, karena ini lebih susah." Ucap ibu yang sedang mengambil daging, entah daging apa, karena sudah menjadi potongan besar.
Entah apa nama masakanya, karena di tempatku dulu tidak ada makanan yang sama seperti ini, karena berbahan sayuran yang tidak tumbuh di bumi.
Hanya daging saja yang aku sedikit tau, jika di Indonesia namanya rendang, tapi disini tidak ada namanya, cuma masakan daging.
Setelah masak kami juga meyiapkan makanan di meja makan.
"Panggil ayahmu dulu, kita makan bersama lagi." ucap ibuku yang sudah selesai menyiapkan makanan.
"Okee."
Aku pun pergi menemui ayah yang masih diluar.
"Ayaah!! mari makan bersama, aku dan ibu lho yang masak."
"Benarkah, waah senangnya." Jawabnya dengan wajah bodoh.
Sambil makan aku melihat system.
'Mm, lumayan lah sudah dapat 40 kion.' Melihatnya membuatku makan dengan senyuman.
'Sepertinya anakku bahagia sekali dengan masakan itu, lain kali aku ajak masak bersama saja, lagian menyenangkan masak bersama.' Ucap hati ibu yang masih salah paham.
Setelah makan aku cari angin diluar, menyiapkan mental untuk misi selanjutnya, karena untuk mandi sendiri tentunya harus menggosok badan sendiri, apalagi berpakaian, tidak bisa berpakaian dengan mata tertutup, aku masih ragu melakukanya.
Menunggu sore hari aku cuma bingung melakukan apa, karena pergi mencari monster pasti belum di perbolehkan.
Aku ingin segera farming untuk menutupi statusku yang masih 50%, koinku masih belum cukup untuk membeli beberapa skill, apalagi skill bijak dan dosaku butuh 100 mana, bisa si beli skil normal yang tidak terlalu berguna.
Yah memang berguna si mempunyai skill sehari hari, tapi jika berlatih saja mudah, ngapain harus beli, setidaknya beli skil atlit bela diri untuk mengalahkan monster normal.
Karena banyak berpikir ,tanpa sadar hari mulai sore, aku harus segera mandi mumpung belum terlalu dingin.
Aku menepuk pipiku untuk membentuk tekad.
"Aku harus bisa." Ucapaku yang sedang berjalan menuju kamar mandi dengan wajah muram.
Sesampainya di kamar mandi, aku.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
R_THE_TUNA_GOD
entah kenapa atau apakah saya belok jika menyukai novel gender bender?
2023-04-25
4
jeyaaka
mulai deh 🌚
2023-03-23
1
Ya
Ugh ntah kenape gw kurang beruntung. saya sudah berusaha membuat novel yang sedikit lebih baik tapi kurang pembaca tapi ini. haha itu semua tergantung usaha nice kamu sangat baik
2023-01-08
3