Kini terlihat Sorang gadis kecil berdiri di depan pintu kamar mandi.
Tiada masa mengadang, tiada kekasih menunggu, tiada pejabat memanggil.
Entah apa apa yang membuatnya khawatir, hanya membuat bingung orang yang melihatnya.
"Apa yang kamu lakukan, kenapa berdiam diri di depan pintu, bukankah kamu mau mandi?" Tanya ibuku yang dari tadi melihat dari kejauhan.
"Tidak ada bu, cuma mikirin hal tidak penting, hehe." Jawabku dengan nyengir.
"Kalau begitu masuklah, nanti ibu mandiin."
"Tidak Bu, sekarang aku ingin belajar mandi sendiri." Jawabku dengan senyuman.
"Kalau cuma mau belajar, lebih baik kita mandi bersama saja,nanti kamu gosokin punggung ibu, oke." Ucap ibuku sambil membuka pintu.
"Ta, tapi Bu."
'Aduh bagaimana ini, kalau aku terus menolak nanti tidak baik, padahal aku ingin selesain quest.' Ucap batinku yang bimbang.
'Tenang saja master, yang dimaksud misi mandi sendiri itu yang penting tidak dimandikan seperti biasa, kalau mandi bersama, master tetap bisa dapat rewd'.
'Eeh ,apa apaan itu, kalau begitu nanti aku melihat ibuku telanjang dong'.
"Ada apa Lilias Chan." Ucap ibuku dengan memiringkan kepala.
"Ah tidak apa ibu, ayo Bu ,aku basuh punggung ibu."
"Ummu, jangan melamun terus ya, tidak baik."
Dengan tepukan pipi yang sedikit keras, aku telah membentuk tekad.
"Baiklah." Ucap gadis itu.
'Aah ,apa yang aku khawatirkan, padahal ini kan tubuhku sendiri.'
Kini aku masuk kamar mandi, dengan dorongan sebuah hadiah, aku mulai melepas pakaianku, begitu juga ibuku.
Sambil menunggu bak mandi penuh, kami meyiram badan terlebih dahulu, dan seperti yang tadi kami bicarakan, akupun membasuh punggung ibu.
'Pastilah, dia kan ibuku, jadinya aku tidak ada rasa gugup sedikitpun.'
Setelah membasuh punggung ibu, akupun membasuh tubuhku sendiri.
'Uuuh, tanganku tidak nyampai belakang.' Ucap dalam batinku
"Sini biar ibu bantu basuh punggungmu." Ucap ibuku yang melihatku kesusahan.
"A, anuu."
'Oyy system, bagaimana ini.' Tanya batinku dengan khawatir.
'Tidak apa master, anda telah berusaha membasuh punggung sendiri, apalagi sudah bisa membasuh tubuh ibu master, itu sangat bagus.'
'Oyy, jadi tujuanmu cuma ingin aku melihat tubuh wanita telanjang dan membasuhnya kah.'
'Ayy, itu sangat efektif untuk menambah kefeminiman master.'
'Cih, apa apaan dah.'
"Iya Bu." Aku pun berbalik agar ibu bisa membasuh punggungku.
Kini aku tanpa ragu mandi seperti orang biasa, kami mandi tanpa masalah.
Setelah membasuh badan, kami berendam di bak mandi, dengan posisi yang saling berhadapan.
'Umm, munkin beberapa tahun lagi aku akan pubertas, apakah aku akan memiliki tubuh yang seperti ibu.' Ucapku yang sedang bolak balik memandangi tubuh ibu dan tubuhku.
"fufufu, sebentar lagi kamu punya yang seperti ibu kok." Ucap ibuku dengan cengingisan.
"E, a ,yaaah." Jawabku yang seakan sudah terbiasa.
Kami pun berendam lumayan lama, aku berendam dengan tenang sambil mendengar cerita ibuku tentang kebutuhan wanita.
Dan setelah kejadian itu ,di hari kedepanya pun kami setiap hari mandi bersama.
'E sistem, aku tadi pagi kan berpakaian sendiri, kenapa misinya belum tercapai.' Ucapku yang mulai bangun dari bak mandi.
'Karena master cuma mengganti pakaian luarnya saja, jadi tidak sesuai apa yang diharapkan dari misi.'
'Lah, ngasih misi kok tidak jelas banget.'
Selesai mandi aku mencari pakaian yang mudah dipakai, aku punya banyak pakaian yang ribet dipakai, tapi aku belum bisa memakainya.
'Aaah, sukurlah misi kini tinggal satu lagi beres.'
Setelah selesai berpakaian, aku penasaran dengan tampilanku, karena aku merasa seperti mendapatkan kemenangan dari sebuah tantangan, aku pun menghadap cermin.
"E, hai, diriku."
'Master, sepertinya otak anda ada yang bermasalah.' Suara system yang mengganggu suasana.
'Brisik!!' Ucapku yang tiba tiba malu.
Dari jendela aku melihat pepohonan yang sepertinya tertiup angin kencang, aku ingin keluar merasakan angin, karena setelah mandi panas jadi sedikit gerah.
Aku berdiri di balkon, menghadap ke arah angin, sambil membentangkan tangan.
"Aaaaaah, sejuknyaaa." ucapku dengan memejamkan mata.
"Lilias Chan, jangan berdiri disitu, rok kamu berkibar." Ucap ibuku daring kamar samping, karena balkon dirumah kami tidak ada pembatas.
"Eeh, iya Bu, maaf." aku malu sambil membenahi rokku.
"Moo, gadis itu tidak boleh ceroboh lhoo, kalau ceroboh seperti itu, bisa bahaya jika ada orang nakal." Ucap ibuku dengan khawatir.
"Iya Bu,maaf."
"Tidak apa asalkan kamu paham, jadi jangan di ulangi."
Setelah mengatakannya, ibuku pun memanggil maid, aku tidak mendengar apa yang dia katakan.
Kemudian dia duduk di kursi, dan mengajakku untuk mengikutinya, yaa balkon kami memiliki tempat untuk santai.
Kemudian datang maid yang membawa teh dan beberapa cemilan.
"Silahkan nyonya." Ucap si maid dengan hormat.
"Terimakasih, kamu boleh pergi." ucapnya dengan ramah.
Kemudian maid pun membungkuk dan pergi.
"Ini, mama ajarin bagaimana orang seperti kita (kaya/terpandang) harus nyantai." ucapnya sambil memegang cangkir.
Aku banyak menyadari kepedulian ibuku, dia sangat menyayangiku, aku yang baru seja mendengar perkataan ibu barusan yang memanggil dirinya mama, aku pun jadi kepikiran.
"Bu, setelah dipikir pikir, aku jadi kepikiran, apakah ibu lebih suka kalau aku panggil mama?" Tanyaku yang sedikit malu.
"Eeeeh, barusan ibu kecplosan ya, eghm, kalau Lilias mau panggil aku mama, aku pasti senang sekali." Ucapnya sambil menutup mulut.
"Ma, mama..." Ucapku dengan wajah tersipu.
"Aaaaaa, imutnyaaa." Ucapnya yang kemudian memelukku dengan lembut.
"Yoshi Yoshi, mama disini, senangnya, kini Lilias memanggilku mama."
"Mamaaaa..." Aku pun membalas pelukannya dengan bahagia.
Sangat memalukan bagiku untuk menyebut mama ataupun papa, tapi demi orang yang sangat menyayangiku, aku ingin membuatnya senang.
Sambil ngeTEH, aku ngobrol banyak dengan ma mamaku, dia bercerita banyak hal, dan kami merencanakan kegiatan apa saja yang pastinya akan menyenangkan bila dilakukan bersama.
Aku ingin terus bersama keluargaku, aku tidak ingin berpisah untuk kedua kalinya, memang awalnya canggung, tapi kini aku seperti tidak bisa hidup tanpa mamaku, tidak lupa juga papaku, meski dia sering sibuk dengan pekerjaannya.
Tak sadar karena banyak berbincang, hari pun mulai gelap, aku juga mengingat kembali misiku.
"Ma, nanti malam aku ingin tidur sama mama papa, apa tidak mengganggu." ucapku dengan wajah polos.
"Aiyya, mana munkin menganggu, sudah lama mama tidak tidur denganmu, kan kamu yang dulu ngomong katanya sudah besar." ucap mamaku dengan senyum semringah.
"Hehe, tapi aku ingin tidur bersama lagi."
"Baiklah, sekarang sudah waktunya makan malam, apa kamu mau masak bersama lagi?" ajak mamaku.
"Iya, ayo, nanti pasti papa bakal senang sekali kalau kita yang masak, kan ma."
"Tentunya, karena kan ada bumbu kasih sayang, haha." ucap ibuku dengan senyum ringan.
"haha, iya."
Kami pun memasak bersama seperti biasa, dan makan bersama dengan papaku.
.
Melihat papaku yang makan dengan lahapnya, aku dan mamaku tertawa bersama.
"hihihi."
"Eeeeh, kenapa kalian harmonis sekali, aku jadi iri." Ucap orang yang sedang makan dengan rakusnya.
"Papa, masakanya enak kan, pasti dong, kan kami yang memasaknya." Ucapku dengan pedenya.
"Tentu dong enak sekali......eh? papa? sekarang Lilias memanggilku papa?" Ucap papa dengan kagetnya.
"Hehe." Aku yang cuma membalas dengan ketwaka kecil.
"Eeeeh, kamu memang anak yang manja ya, haha." Ucap papaku dengan sombongnya.
"Bukan manja, tapi apresiasi." Kataku dengan memalingkan wajah.
Kami melanjutkan makan sampai selesai, dan aku juga menceritakan apa yang telah aku lakukan dengan ibuku tadi di balkon.
"Baiklah, setelah makan kamu belajar dulu ya, orang tua harus menyelesaikan pekerjaannya dulu, kalo sudah selesai nanti tidur." ucap dia papaku.
"Okee..."
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Katagiri Yuichi
Penyatir handal:
di pikir-pikir
malah kepikiran
2023-04-04
3
☠zephir atrophos☠
firasatku kok gak enak ya?
2022-12-23
3
☠zephir atrophos☠
kawaiii!!!
2022-12-23
2