Sementara Dela menonton film, Auriga mengajak sang anak untuk berbelanja kebutuhan Lula.
Lula pun menurut tapi dia sungguh bosan setelah beberapa menit berputar, Lula merasa berbelanja dengan sang ayah tidak menyenangkan, karena tidak bisa di tanya mana yang cocok untuk dirinya.
"Aku bosan ayah," keluh Lula.
"Kenapa?"
"Belanja sama ayah gak seru, lebih baik aku belanja sama tante Zea dan Manda." Ujar Lula.
"Tapi mereka kan sedang liburan juga sayang," kata Auriga.
"Ahh ayah." Keluh Lula.
Saat mereka asyik berdebat Ara terlepas dari genggaman Auriga, Ara makin menjauh dari tempat Auriga berada. Dia malah menuju ke arah toilet.
Pada saat Dela akan keluar dari toilet tiba-tiba, dia menabrak seseorang. Dela mencoba membantu bangun gadis kecil yang sedang menangis itu.
"Ya ampun nak, maaf aku gak sengaja." Ucap Dela, namun Ara masih menangis.
Dela memutuskan untuk ke bagian informasi, dan memberitahu bahwa anak ini mungkin hilang. Setelah ke bagian informasi, Dela membawa gadis tersebut ke kedai ice cream.
"Makasih tante."
"Sama-sama," Dela tersenyum menatap gadis kecil yang cantik di depannya.
"Siapa namamu, sayang?" tanya Dela.
"Ara," ucapnya pelan.
"Ara nama yang bagus," lagi-lagi Dela tersenyum manis menatap Ara.
****
Tanpa hadirnya Dela, Dika dan Maira melanjutkan menonton film horor. Dika sudah bersembunyi pada Maira, membuat Maira tertawa pelan.
"Mana tuh anak? Kenapa dia belum balik, sih? Mai ayo kita cari Dela saja," pinta Dika.
"Tapi uncle filmnya belum selesai, sayang kalo di tinggal." Kata Maira berusaha menolak.
"Astaga," keluh Dika.
"Uncle takut kan?" ledek Maira tertawa.
"Diem kamu," omel Dika.
Satu jam kemudian film telah usai, dengan wajah Dika yang sudah pucat. Sepanjang film diputar Dika memejamkan mata, sementara Maira puas sekali menertawakan Dika.
"Dasar yah! keponakan gak ada akhlak, awas aja gue gak akan nemenin kalian." Omel Dika.
Maira tak hentinya menertawakan Dika, dia memotret wajah Dika yang pucat.
"Heh kurang ajar kamu Maira, awas ya!" ancam Dika.
"Mana lagi tuh keponakan satu? Pake ngilang segala, katanya ke toilet? Kok gak balik lagi sih?" oceh Dika.
"Katanya dia lagi nungguin anak hilang, di kedai es krim. Yang tak jauh dari sini," ujar Maira.
"Ya sudah ayo kita susul," ajak Dika menarik Maira, yang pasrah saja.
Beberapa menit kemudian, Dika melihat Dela yang sedang berbicara dengan anak kecil yang diperkirakan berumur tiga atau empat tahun.
"Dela," panggil Dika.
"Uncle sini." Dela melambai pada Dika dan Maira.
"Siapa dia Del?" tanya Dika, menatap wajah cantik Ara.
"Anak orang lah, masa anak aku." Kesal Dela.
"Iya maksudnya anak, siapa?" tanya Dika.
"Gak tau, tadi aku gak sengaja nabrak dia di toilet." Kata Dela.
"Lalu gimana? Kita harus pulang loh Del! Kalo engga emak lo marah Del," ujar Dika.
"Bawa aja deh," celetuk Maira.
"Entar orang tuanya nyariin gimana?" tanya Dela.
"Ya udah gini aja, kita kebagian informasi. Terus lo kasih nomor ponsel lo sama orang di bagian informasi." Jelas Dika.
"Oke deh," balas Dela.
Dela pun melangkah ke bagian informasi, dan memberikan nomornya. Sementara Ara di bawa dia pulang, kini mereka pun sudah berada dalam mobil. Ara memeluk erat Dela dan tidur di pangkuannya.
"Kayaknya dia nyaman banget deh!" ucap Maira.
"Cocok lo jadi ibu," cibir Dika.
"Udah jalan," omel Dela.
***
Sementara di mall Auriga terus mencari Ara kesana kemari, dan dia memutuskan untuk menemui bagian informasi. Karena terlalu fokus, jadi dia tak mendengar ada anak hilang, sementara Lula hanya santai pura-pura acuh.
Karena kebenciannya pada sang adik, yang menyebabkan ibu mereka meninggal. Auriga pun terlihat berbincang sebentar, dan mengucapkan terima kasih pada mas-mas bagian informasi.
"Ayo kita pulang," ajak Auriga pada Lula.
"Tapi ayah." Protes Lula.
"Lula adikmu hilang, kenapa kamu santai saja? Ayah tahu kamu benci, tapi setidaknya kamu peduli padanya Lula." Ujar Auriga menatap tajam Lula.
Namun, yang ditatap malah masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang sambil melipat tangan di dada. Auriga menghembuskan napasnya secara kasar dan menatap sang anak, yang keras kepala.
Auriga memutuskan untuk ke tempat Zea saja, dan besok akan menjemput Ara. Dia akan menyuruh Zea menelepon orang yang sudah membawa Ara pulang.
Sementara itu Dela, Dika dan Maira sudah sampai rumah, mereka sedang diinterogasi oleh para orang tua. Karena pulang-pulang bawa anak.
"Kenapa kalian gak tunggu sampai orang tuanya jemput sih?" protes Yumna.
"Dika tuh bun, dia ngajak pulang cepet." Kesal Dela.
"Sudah-sudah jangan saling tuduh, sekarang biarkan dia tidur di sini dulu. Sepertinya Ara anak yang baik," sela Mario.
"Ara kamu tidur sama ka Dela yah?" ujar Mario.
"Baik opa," jawabnya.
Dela dan Ara pun naik ke lantai dua, setelah mendapat baju ganti untuk Ara dari Maira. Sedangkan Dika ditatap tak suka oleh Yumna.
"Kenapa sih, Kak? Biasa aja kali," kesal Dika yang ditatap seperti itu.
"Kamu pasti gak bener jagain Dela sama Maira kan? Kenapa sampai bisa nemuin anak orang coba?" kesal Yumna.
"Astaga Kak, aku sama Maira nonton film horor. Sedangkan anak mu itu, keluar ke toilet selama menonton Del gak balik lagi gara-gara nemuin anak orang." Jelas Dika.
"Tapi tante, Kak Dela udah kasih nomornya supaya orang tua Ara, mudah menghubungi kita." Jelas Maira membela sang paman.
Yumna menghembuskan napasnya secara kasar, dia pun diam tak menanggapi ucapan Maira dan Dika.
"Aku ke kamar dulu deh," pamit Dika, dijawab anggukan semua orang.
Malam ini Dika berencana akan menjemput Anyelir dan makan malam bersamanya, ternyata makan malam di pinggir jalan lebih romantis ketimbang di resto atau cafe.
Dika pun bersiap dan memakai pakaian biasa saja. Namun, bisa menambah kadar ketampanan Dika. Tepat pukul tujuh malam, Dika pamit pada Laura yang sedang di dapur bersama kedua anak perempuannya.
"Aduh gantengnya anak bujang," puji Yusra.
"Iya lah, secara gen Papi Mario gitu." Ucap Dika dengan sombong.
Yumna dan Yusra pun kompak memutar bola mata malas, mereka lanjut memasak untuk makan malam yang sebentar lagi siap.
"Bu, aku pamit dulu yah mau kencan sama calon mantu ibu." Bisik Dika.
"Iya udah sana, lain kali calon mantu ibu bawa kesini. Kita makan malam bersama," perintah Laura.
"Siap ibu, aku pergi dulu bye." Dika mencium pipi Laura, dan menyuruh Laura bilang pada Mario.
Seperti biasa Dika saat tiba di cafe dia menunggu di dalam, dan Anyelir pun tersenyum menatap Dika. Sebentar lagi pekerjaannya sudah beres, tinggal mencuci semua bekas makan yang kotor.
Tepat pukul delapan, Anyelir sudah pulang dan sudah bersama Dika di warung pinggir jalan untuk makan malam.
"Kamu suka kan? Kalo gak suka, kita bisa ke resto."
"Gak usah mas, disini juga gak masalah." Tolak Anyelir, dia tak enak jika makan di restoran mahal karena selalu Dika yang membayar.
Tak butuh waktu lama dua porsi nasi goreng spesial sudah tersaji, Dika pun makan dengan lahap. Anyelir bilang ini langganannya setiap dia malas masak, Anyelir tidak bohong memang enak sekali makanannya.
Semoga suka 💞
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Yuli Anah
nggk sinkron sama cerita pertama,, kan si dela lupa ngasih nomer tlpon,kok dsni dela ngasih nomer tlpon..🤦
2024-05-12
0
Mochi 🐣
Lanjut 🤗
2022-11-30
1