Semalam Dika sampai rumah pukul sebelas malam, beruntung semua orang sudah tertidur. Hanya papinya Mario yang masih terjaga, dan tak bertanya macam-macam membuat Dika merasa lega.
Dika merasa baru saja tertidur beberapa jam. Namun, suara gedoran di pintu sebelahnya sangat mengganggu. Dika menatap jam yang berada di ponselnya.
"Jam tujuh, tapi sudah berisik." Gumam Dika.
Dika pun bangun dan langsung menuju kamar mandi, setelah selesai dia pun keluar dan melihat sang kakak Yumna tengah berteriak di depan kamar Dela.
"Kenapa sih, Kak? Masih pagi udah berisik," cibir Dika.
"Liat keponakan kamu tuh! Jam segini belum bangun," kesal Yumna.
Dika tersenyum memiliki ide, untuk menjahili Dela.
"Dela begadang sama Maira, katanya mereka mau pada pergi ke mall hari ini." Adu Dika.
"Apa? Kok kakak gak tau sih." Yumna menatap Dika dengan pandangan horor.
"Ya kalo bilang mungkin kakak gak akan izinin," kata Dika.
"Dela," desis Yumna, Yumna pun terus menggedor pintu kamar sang anak. Dika hanya tertawa di belakang Yumna.
"Aku ke bawah dulu Kak," pamit Dika, dijawab anggukan Yumna.
Setibanya di bawah, Dika sudah mendapati kakaknya yang satu lagi. Siapa lagi kalau bukan Yusra, rumah ini sudah seperti rumah mereka keluar masuk sesukanya.
"Pagi-pagi udah di sini aja Kak, mau minta sarapan yah?" goda Dika.
"Apaan sih kamu Dika, aku sama ibu mau jalan-jalan keluar sama mama Wina." Protes Yusra.
"Ohh, kirain." Kekeh Dika, Yusra hanya memutar bola mata malas.
Tak lama, Nenek Wina pun datang dengan Maira yang tersenyum jahil kepadanya. Entah mengapa Tuhan memberikan dua keponakan yang jahilnya luar biasa, beruntung Tatiana masih SD. Jadi, dia tidak ikut-ikutan jail.
"Kita sarapan aja dulu," ajak Laura.
"Nanti di luar saja bu." Sela Yusra.
"Oh... Ya sudah, ibu pamit dulu sama papi mu."
Laura pun kembali ke lantai dua, tak butuh waktu lama Laura sudah turun bersama Yumna dan Mario.
"Papi aku cemburu," rengek Yusra.
"Astaga kamu sudah punya suami loh, Ra," ejek Yumna.
"Lah! Kakak juga udah punya suami, kan?" tanya Yusra kesal.
"Sudah-sudah ayo kita berangkat," sela Laura.
"Ya udah ayok." Ajak Yusra. "Ayo Mama, Bu. Aku tunggu di mobil, Papi aku pergi dulu bye," pamit Yusra, dia pun terlebih dulu pergi ke mobil bersama Wina.
Saat melewati Maira, Yusra pun berpesan pada sang anak. Untuk tidak main terlalu lama, tinggallah Dika, Yumna, Maira dan Mario. Sementara Dela sedang melakukan ritual mandi.
Sepuluh menit kemudian saat orang-orang selesai sarapan, Dela baru saja turun. Dia turun dengan wajah juteknya memandang Dika. Namun, Dika tak peduli dia menikmati makanan penutup di hadapannya.
"Kamu kenapa Dela?" tanya Mario.
"Gak papa Opa, lagi kesel aja sama anak bujang Opa." Sindir Dela.
Membuat Mario mengerutkan keningnya, sedangkan Maira hanya tertawa.
"Memangnya kenapa? Kalian ada masalah? kamu berantem Dika?" cerca Mario.
"Nggak Papi, kita baik-baik saja," balas Dika.
"Iya tapi gara-gara dia, aku gak jadi main hari ini." Kesal Dela.
"Lagian Bunda kenapa ada, disini? Kaya gak ada kerjaan lain aja." Omel Dela.
"Hari minggu kan Bunda gak ke cafe, lagian kamu pulang gak bilang." Balas Yumna.
Dela memutar bola mata malas, dia pun memulai sarapan pagi dengan badmood. Dia pun melirik Maira yang mengedikan bahunya acuh.
"Opah kita mau jalan-jalan boleh, gak?" tanya Maira.
"Boleh lah, memang siapa yang melarang?" Mario menatap Maira, yang sama persis dengan Yusra.
"Tante Yumna," celetuk Maira.
"Kalian kalo jalan-jalan suka lupa waktu," Yumna menggeleng pelan.
"Sudah-sudah kalian boleh jalan-jalan, tapi di temani Dika." Putus Mario, memberikan solusi untuk para gadis.
"Oke deal Opa," sahut Dela dengan cepat, saat dia melihat Dika akan protes.
Tapi Dika tidak akan bisa protes akan perintah sang ayah Mario, dia pun gagal untuk jalan-jalan dengan Anyelir. Dika pun izin untuk bersiap dan mengirim pesan pada Anyelir.
"Dasar keponakan rese," gerutu Dika.
****
Sementara itu keluarga kecil Auriga pun sama akan melakukan jalan-jalan ke mall yang akan di kunjungi Dika.
"Benarkah ayah, kita akan jalan-jalan?" tanya Ara.
"Iya sayang." Balas Auriga singkat.
Ara bersorak dengan antusias, dan segera bersiap dibantu oleh asisten rumah tangga Auriga.
Auriga adalah duda selama empat tahun, dia putra dari Jimi dan kakak kembar dari Zea. Auriga memiliki dua orang putri yang bernama Lula dan Ara, istri Auriga meninggal saat melahirkan Ara. (Sekian perkenalan singkatnya, kalau mau jelas silahkan mampir di Twin's)
Pukul sepuluh Auriga dan kedua anaknya pergi ke sebuah mall terkenal di Jakarta, begitupun dengan Dela, Maira dan Dika.
"Jemput dulu cewek gue yah!" pinta Dika, membuat kedua gadis mendelik ke arahnya.
"Biasa aja kali," cibir Dika.
"Serius uncle punya, cewek?" tanya Maira.
"Alah paling cewek genit," sahut Dela.
"Enak aja, dia cewek baik, cantik, lemah lembut. Gak kaya lo bar-bar," ejek Dika.
Dela pun mencubit paha Dika, membuat Dika meringis. Tapi mereka menurut saja saat membawa ke kontrakannya Anyelir.
"Tunggu disini," perintah Dika, Dela dan Anyelir pun mengangguk saja.
"Mas Dika," sapa Anyelir, entah mengapa saat berhadapan dengan Dika dia menjadi berdebar dan salah tingkah.
"Aku mau jemput kamu, mau ajak jalan-jalan sama dua keponakan ku. Mau gak?"
"Tapi aku gak libur mas, hari ini masuk siang." Ungkap Anyelir.
"Iya kah, yah sayang sekali."
"Iya mas, aku kan pekerja baru jadi selama satu bulan full kerja tiap hari." Kata Anyelir.
"Oh ya sudah gapapa, nanti malam aku jemput saja ok."
"Tapi Mas..."
"Jangan nolak sayang," goda Dika, membuat Anyelir merona.
"Baiklah," pasrah Anyelir.
Dika pun berpamit pada Anyelir, dia pun kembali ke mobil.
"Loh mana ceweknya?" tanya Maira.
"Alah aku juga bilang apa, si uncle nih bohong. Sok laku," cibir Dela.
"Ya Tuhan aku turunin kamu disini yah! Dia kerja jadi gak ikut," ujar Dika.
Dela dan Maira hanya beroh saja, mereka pun memerintahkan Dika untuk segera berangkat sekarang juga. Dika mencebik tapi tetap melajukan roda empatnya, membelah jalanan ibu kota.
****
Berpuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di salah satu mall terbesar di Jakarta. Dela sudah memberitahu rencananya pada Dika, namun saat dia memberitahu akan menonton film horor Dika menolak.
"Bilang aja takut," ejek Dela.
"Heh! Enak aja, gue berani." Protes Dika, walau dalam hati dia sudah takut.
Dika, Dela dan Maira pun memutuskan untuk menonton film horor pukul dua siang, saat menunggu mereka berkeliling mall memasuki toko satu ke toko lainnya. Membuat Dika kesal, ini lah yang tak Dika suka saat menemani ibunya belanja.
"Gue paling gak suka anter ibu belanja, ya gini cewek suka lama." Cibir Dika.
Dia pun memutuskan menunggu di kedai es krim saja, dan memantau kedua gadis tersebut.
Tepat pukul dua, mereka sudah masuk untuk menonton film. Dika sudah tegang dan muncul keringat dingin, membuat Dela dan Maira tertawa.
"Rese ya kalian, awas aja." Ancam Dika.
"Aku ke kamar mandi dulu yah Mai," bisik Dela, saat film sebentar lagi akan mulai.
"iya."
"Kamu mau kemana Dela?" tanya Dika.
"Panggilan alam uncle," bisik Maira, saat Dela tak menjawab Dika hanya beroh saja.
Semoga suka 💞
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Mochi 🐣
Lanjut
2022-11-30
0