Keesokan paginya Dika bangun dengan semangat, bahkan tadi malam dia tak sabar untuk bertemu dengan Anyelir kembali. Saat membuka pintu kamar, Radela atau Dela keponakan Dika. Sedang menatap tajam dirinya, dan menyilangkan tangan di dada menghalangi jalan keluar.
"Semalam dari, mana? Abis ngapel, yah?" cerca Dela ketus, pasalnya semalam dia ditanya oleh Laura neneknya yang tak lain adalah Ibu dari Dika. Karena Dika belum juga pulang setelah mengantar dirinya.
"Dari cafe lah, nongkrong kan sama temen. Lo juga tau," balas Dika, menyingkirkan tubuh Dela yang menghalangi jalan.
"Ya tau sih, aku tanya Roby dan dua teman mu yang lain. Katanya mereka udah pada pulang dan kamu masih ada di cafe, kata mereka kamu ngecengin pelayan disana." Cerca Dela dengan tingkat kepo tinggi, membuat Dika memutar bola mata malas.
"Cerewet banget sih lo!" omel Dika.
Dika pun turun menuju lantai dua, menuju ruang makan dimana Papi dan Ibunya sudah berada di meja makan.
"Pagi Papi, Bu." Sapa Dika, mencium pipi Laura dan juga Mario. Laura enggan dipanggil Mami karena itu khusus panggilan untuk mendiang Dania, tidak akan tergantikan olehnya.
"Pagi sayang," jawab Laura dan Mario bersama.
"Pagi-pagi kenapa dia ada disini, Bu?" tanya Dika pada Dela, yang sudah duduk manis dengan segelas kopinya.
"Kamu lupa Dela kan nginep disini," jawab Laura.
Dika mengingat-ingat kemarin sore, dia membawa Dela pulang ke rumah kakaknya Yumna. Dika memicingkan mata menatap Dela yang tertawa.
"Sudahlah Granny, dia mana tau aku ada disini. Kayanya anak Granny ini lagi falling in love," kekeh Dela.
Dika berdecak kesal, dia menatap Dela dengan malas. Kemudian mereka pun sarapan bersama, tadi malam sebelum Dika pulang. Dela memang memutuskan untuk menginap di rumah Opanya, dan memakai kamar khusus untuk dirinya saat berada di rumah tersebut.
"Sudah-sudah kalian ini, berantem terus kaya kucing dan anjing. Gak ada akur-akurnya," tegur Mario dia memang terbiasa dengan perdebatan cucu dan anaknya.
"Ayo cepat makan," sambung Laura kemudian.
****
Sementara di kontrakan Anyelir gadis itu baru saja bangun dari tidurnya, pekerjaannya membuatnya lelah. Dan bangun kesiangan, sebenarnya dia tidak sanggup. Namun, karena kebutuhan mau bagaimana lagi.
Dia pun bergegas bangun dan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Tak sampai sepuluh menit, Anyelir sudah selesai merapikan diri dan memakai seragamnya. Dia pun hanya memasak mie instan saja, karena Anyelir benar-benar harus hemat. Karena ini hari kedua dia bekerja di Arkha cafe.
Setelah selesai sarapan, Anyelir keluar dari rumah kontrakannya dan menghembuskan napasnya secara pelan. Hanya satu bulan dia akan kerja full, dari pagi hingga cafe tutup.
Saat berbalik betapa terkejutnya Anyelir, mendapati Dika tengah tersenyum dengan manis.
"Mas Dika, bikin kaget saja," ucap Anyelir.
"Maaf Nye, tadi aku panggil kamu. Tapi kamu gak denger kamu, melamun?"
"Engga mas, oh ya mas Dika mau apa ke sini?"
"Aku mau jemput kamu, seperti biasa pulangnya aku akan mengantarmu." Cetus Dika.
"Gak usah mas, gak enak ngerepotin."
"Gak kok, lagian aku gak sibuk-sibuk amat. Kampus dan cafe gak terlalu jauh," jelas Dika
"Ayolah Anye, kan lumayan kamu gak perlu naik angkutan atau jalan kaki. Lagian kita kan teman," cetus Dika.
"Ya sudah mas, terima kasih." Pasrah Anyelir, sepertinya Dika tipe laki-laki yang pantang menyerah begitu pikir Anyelir.
Anyelir dan Dika pun berjalan bersama menuju mobil Dika, memang benar dia bisa menghemat uang dan tenaga sebab pasti di cafe nanti dia akan kerja lebih, dari pada pelayan yang lain alasannya dia anak baru.
Bersambung…
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Wawa Balqis
lanjut
2022-11-23
0
Mochi 🐣
Next
2022-11-17
0