Seperti biasa Desy membuatkan sarapan dan menyiapkan segala keperluan suaminya berhubung Jaya masih berada di kamar mandi aku segera mengecek ponsel milik suamiku dan melihat pesan masuk yang ada di ponsel miliknya
Terlihat satu nama yang sudah tak asing bagiku si Saipul mengirimkan pesan pagi-pagi buta. Pesan itu berisikan tentang mengapa mas Jaya tak memberikan kabar setelah pulang dari kontrakannya. Perasaanku sedikit
lebih tenang setelah tadi malam menggoda Mas Jaya dengan baju tidur yang kurang bahan itu.
“Tak sia-sia aku melancarkan rencanaku mugkin dengan ini si Saipul kesal dan mas Jaya akan memilih istri sahnya ketimbang si Saipul!”
Senyum kemenangan terpancar di wajah cantik Desy sekarang ia berhasil meluluhkan Jaya dan rencana selanjutnya Desy akan membuat perhitungan dengan si saipul.
Jaya keluar dari kamar dan bersiap untuk sarapan bersama Desy semua hidangan telah tersedia di meja. Makanan kesukaan mas Jaya selalu aku buatkan agar dia betah di rumah dan selalu menyayangiku.
“Sayang, Mas. Berangkat kerja dulu kamu baik-baik di rumah,”
Desy hanya tersenyum simpul dan mengecup punggung tangan Jaya begitu pula Jaya tak lupa negecup
kening sang istri. Rutinitas sebelum berangkat kerja Jaya lakukan setiap pagi.
“Hati-hati di jalann ya, Mas!”
Emak-emak kepo sudah nongkrong di rumah tetangga sebelah mungkin itu rutinitas mereka sebelum mengerjakan pekerjaan rumah. Menjadi reporter yang selalu tak ketinggalan berita tentang kehirupan rumah tangga orang lain.
“Solehanya memang istri idaman!” ucap Bu Wati yang selalu kepo dan sinis terhadap kehidupan Desy.
“Tapi sayangnya dapetin suami yang ngak soleh! Kasihan sekali padahal dia cantik putih tinggi. Banyak yang mau sama dia tinggal di poles sedikit langsung terpancar aura cantiknya!
“Maaf ya, bu Ani. Jangan tersinggung!” ucap Bu Wati memanggil bu Ani tujuannya kepada Desy.
Lagi-lagi Desy hanya tersenyum dan masuk kembali kedalam rumah. Ia tak pernah mau mengubris tentang perkataan tiga Diva kepo itu. Rumah tanganya bukanlah konsumsi tetangga yang suka gibah dan kepo itu,dia tau apa yang harus di lakukan.
Desy menghela nafas lirih ia memikirkan cara selanjutnya apa dia akan menyamar kembali menjadi detektif ukhti atau hari ini dia akan berada di rumah untuk menjadi istri soleha seperti yang di minta Jaya suaminya?
***
Nyimas langsung menghampiri Jaya yang baru saja tiba di parkiran pabrik dengan misuh-misuk karena kesal. “kamu itu dari mana saja sih, Mas. Aku kirim pesan hanya di baca saja?” cecar Nyimas yang tak ingin Jaya mengabaikannya.
Jaya hanya diam seribu kata mendengar Nyimas bertanya kepadanya ia langsung berjalan menuju gedung tempat ia bekerja. Nyimas segera meghalangi jalan Jaya dan menarik lengannya untuk memberi alasan kenapa ia tak membalas pesannya.
“Apa harus aku balas pesanmu ketika aku sedang tak enak badan? Kemarin aku kurang enak badan dan aku tak memegang ponsel sama sekali. Apa kamu bisa mengeri akan hal itu?” ucap Jaya yang tak mengerti akan pikiran
Nyimas.
“Kenapa kamu jadi seperti ini, Mas. Biasanya kamu selalu memelukku ketika kamu baru datang kenapa kamu menjadi sedingin ini kepdaku?” Nyimas tak terima di perlakukan seperti itu oleh Jaya.
“Terus aku harus bagai mana? Aku sedang tak mood hari ini tolong beri aku kebebasan sejenak aku sedikit pusing dengan semua ini.”
Jaya meninggalkan Nyimas di parkiran. Di pikirannya saat ini hanya Desy istrinya memang sebelumnya Jaya tak mencintai Des namun semua yang dia lakukan membuat Jaya sedikit luluh karena semua yang ia pinta selalu Desy turuti.
“Sebenarnya aku yang harus berubah dan segera mengakhiri semua ini, aku tak mau sampai terlalu jauh dan pada akhirnya Desy akan mengetahui semua ini!” batinya sedikit tersadar dengan semua perlakuannya.
Nyimas tak terima dengan semua yang Jaya lakukan terhadapnya ia mencari cara agar Jaya kembali ke pelukan Nyimas lagi, dia tak mau Jaya membuangnya begiru saja apa lagi waktu itu Jaya menceritakan tentang
warisan yang akan di berikan kepadanya jika memiliki anak.
“Aku tak bisa tinggal diam dengan apa yang telah Jaya lakukan kepadaku tadi. Aku harus segera menemui mbah Sakti dia pasti tau apa yang harus aku perbuat!”
Tak segan Nyimas melakukan segala macam cara hanya untuk Jaya kembali kepelukan Nyimas. Sementara Desy yang sedang bahagia dengan perubahan suaminya itu membuat ia percaya diri kebahagianan akan segera
berpihak kepadanya.
“Aku tak boleh bertindak gegabah slow saja anggap aku tak mengetahui rencana-rencanamu, Mas.”
Desy mengambil ponsel miliknya di atas meja untuk menghubungi sahabat-sahabatnya hanya melepsa rasa rindunya terhadap mereka.
“Hai, Git. Apa kabarnya lama ya ngak pernah kumpul-kumpul lagi!” ucap Desy dalam panggilan video call.
“Astaga! Des, aku kira siapa kabarku baik. Eh kamu ganti nomor lagi ya? pantas saja aku tak bisa menghubungimu!” ucap Gita di ujung sana.
“Iya, aku ganti nomor biar aman saja! Eh yang lain jam segini sibuk ngak aku kangen sama kaian!”
“Coba kamu sambungkan sama mereka,”
Desy segera menyambungkan panggilan dengan sahabat-sahabatnya dan mereka pun mengobrol ber enam dalam panggilan video call. Suasana sangat ramai seperti di pasar ketika ibu-ibu memilih sayuran dan saling
tawar-menawar.
“Hai! Kalian kangen ngak sama aku?” tanya Ani.
“Astaga! Lilis, Ani,Wiwi, Erlina. Kalian hadir semua. Aku sangat terharu bisa melihat kalian lagi!” Desy menitikan air mata yang menetes di pipinya.
Menangis bahagia karena biasa kembali melihat sahabat-sahabatnya hanya dalam ponsel. Mereka bersenda gurau dan mengobrol hingga tak kuasa menahan tawa ketika bersama mereka, Desy sangat bahagia merasa
dirinya kini tak sendiri.
Sejak menikah dengan Jaya, Desy menjadi istri rumahan dan tak pernah keluar rumah tanpa seizin dari suaminya. Jika dalam keadaan mendesak baru ia nekat keluar rumah seperti halnya waktu itu ia mengikuti Saminya.
Jam menunjukan pukul tiga sore Desy segera mengakhiri bincang-bincang dengan para sahabatnya itu. Desy segera melakukan rutinitas seperti biasannya dan menonton televisi setelah pekerjaan beres. Ponsel Desy berdering panggilan masuk dari sang suami.
“Assallamuallaikum, Mas!”
“Waallaikum’salam, Sayang. Kamu sedang apa?” tanya Jaya.
“Aku sedang menonton TV, Mas. kamu sendiri kenapa menelepon di jam kerja seperti ini nanti kalau ketahuan atasan, Mas. Bisa di marahin lagi!”
“Sebentar lagi jam pulang kok, lagian pekerjaanku sudah beres semua!”
“Oh, aku kira, Mas. Akan melembur lagi!” ucapku menyindir Mas Jaya.
“Aku hari ini tak lembur, Sayang. Jadi aku bisa pulang cepat, Oh iya bagai mana sepulang kerja kita jalan-jalan?” ucapnya dari ujung sana.
“Tumben-tumbenya ini orang ngak ada angin ngak ada hujan tiba-tiba ngajakin jalan-jalan, apa aku tak salah dengar!” batinya.
“Iya, Mas. Aku mau!”
“Ya sudah kalau begitu, Mas sebentar lagi pulang kamu siap-sipa saja dulu!” pinta Jaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments