05

Kini Nayya sudah tiba di rumah mami Rana yang memang sudah siap-siap berangkat, “Kita segera jalan saja. Saya sementara menelpon dokter Elvie.” Ucap Nayya.

Mereka pun mengangguk lalu mobil yang membawa Nenek Rosa segera melaju meninggalkan desa dengan Nayya yang menemani dan keluarga lain yang ikut menyusul dari belakang menggunakan sepeda motor.

Selama perjalanan Nayya terus menghubungi dokter Elvie dan untunglah di jawab juga setelah sekian banyak panggilan yang di lakukan Nayya, “Halo, ada apa nak? Kenapa panggilan tidak terjawab darimu sangat banyak?” ucap dokter Elvie dari seberang sana.

“Maaf dokter menghubungi anda malam-malam begini hanya saja saat ini saya butuh bantuan. Saya senang dalam perjalanan ke rumah sakit dengan membawa pasien yang sepertinya gejala stroke.” Ucap Nayya menjelaskan.

“Ouh begitu. Ya sudah nak kau bawa saya segera ke rumah sakit. Dokter akan menunggumu di sini. Maaf yaa lama tidak menjawab panggilanmu karena saya juga baru saja selesai memeriksa pasien.” Ujar dokter Elvie.

“Iya gak apa-apa dokter. Saya paham. Terima kasih sudah mau saya repotkan. Saya tutup dokter.” Ucap Nayya.

“Iya, tapi nak kau pastikan semua tanda vital pasien itu baik agar kita bisa mengatasi stroke-nya lebih cepat.” Ucap dokter Elvie.

“Saya sudah memeriksanya dokter dan semuanya normal tapi kini sudah semakin cepat nadinya.” Ucap Nayya.

“Yaa sudah segera bawa saja ke rumah sakit nak. Dokter akan segera menyiapkan tempatnya.” Ucap dokter Elvie. Setelah itu sambungan telepon antara Nayya dan dokter Elvie pun segera berakhir.

Nayya kembali memastikan tanda vital nenek Rosa, “Nak, bagaimana?” tanya mami Rana.

Nayya tersenyum, “Semoga bisa segera di atasi dan nenek Rosa gak akan mengalami stroke. Kita harus memastikan untuk segera tiba di rumah sakit.” Ucap Nayya menenangkan mami Rana.

Tidak lama sekitar kurang lebih satu jam kemudian kini mereka sudah tiba di rumah sakit dan langsung di sambut oleh beberapa perawat dan juga ada dokter Elvie di sana. Nayya memang saling berkomunikasi lewat chat dengan dokter Elvie selama perjalanan sehingga dokter Elvie tahu bahwa Nayya sudah hampir tiba dan segera menunggunya dengan membawa bed pasien.

Nenek Rosa segera di bawa ke UGD dan dokter Elvie juga segera masuk, “Tolong selamatkan dokter.” Ujar Nayya.

Dokter Elvie mengangguk lalu dia menepuk bahu Nayya dan segera masuk. Nayya dan mami Rana serta keluarga yang ikut menunggu di luar, “Nak, apa kita akan segera mengurus administrasinya?” tanya mami Rana.

“Kita tunggu dulu setelah dokter Elvie memeriksa barulah kita akan mengurusnya. Mami lebih baik duduk dulu.” Ucap Nayya menenangkan.

Tidak lama sekitar 30 menit kemudian akhirnya dokter Elvie keluar, “Bagaimana dokter?” tanya Mami Rana segera mendekati dokter Elvie.

“Tenang bu, ibu anda baik-baik saja. Masih bisa di selamatkan seluruh anggota geraknya hingga tidak mengalami stroke tapi tetap butuh perawatan dan juga beberapa terapi untung saja suster Nayya memantau tanda-tanda vitalnya sehingga darah nyonya Rosa tidak cepat menggumpal.” Ucap dokter Elvie. Mami Rana dan keluarga segera mengelus dada lega mendengar penjelasan doktre Elvie.

“Dokter, apa akan di pindahkan ke ruang perawatan?” tanya Nayya.

“Iya , tapi nanti setelah dari ruang observasi. Lebih baik kamu bantu keluarga untuk mengurus administrasi. Setelah itu datanglah ke ruangan dokter ada yang ingin saya bicarakan.” Ucap Dokter Elvie tersenyum sambil menepuk bahu Nayya lalu segera berlalu pergi.

“Apa mami akan segera mengurus administrasinya atau masih menunggu sampai nenek Rosa di pindahkan dulu?” tanya Nayya.

“Kita urus dulu tapi kamu ikut yaa. Mami gak tahu jika harus bicara dan mengurus ini. Mami baru pertama kali melakukan ini.” ucap mami Rana.

Nayya mengangguk tersenyum, “Baiklah ayo saya temani.” Ucap Nayya. Lalu kedua wanita itu pun segera menuju ruang administrasi dan menyelesaikan semuanya.

Setelah pulang dari sana nenek Rosa juga sudah di pindahkan ke ruang perawatan, “Terima kasih nak.” ucap nenek Rosa dengan terbata melihat Nayya karena bagaimana pun tetap kaku.

Nayya tersenyum, “Ini sudah tugas saya nek. Syukurlah nenek gak kenapa-kenapa. Nenek harus dengarkan apa kata dokter dan perawat di sini agar nenek bisa cepat sembuh dan bisa pulang.” Ujar Nayya tersenyum. Nenek Rosa tersenyum lalu mengangguk tanda dia mengiyakan ucapan Nayya.

Setelah itu Nayya keluar dari ruangan perawatan itu menuju kantin karena untuk membeli minuman, “Nay, terima kasih.” Ucap seseorang yang keluar mengikuti Nayya.

Nayya segera menengok ke belakang lalu tersenyum, “Gak perlu berterima kasih karena ini sudah tanggung jawabku sebagai pelayan kesehatan.” Balas Nayya lalu kembali berjalan menuju kantin. Nayya segera mengambil minuman yang dia inginkan yang juga di ikuti oleh pria itu yang tidak lain adalah cucu nenek Rosa dan putra mami Rana serta juga teman sekolahnya dulu. Setelah membayar minumannya Nayya segera kembali untuk menemui dokter Elvie di ruangannya yang masih di ikuti oleh putra mami Rana itu.

Nayya menengok ke belakang, “Apa kau mengikutiku? Ah tidak peduli kau mengikuti atau tidak tapi aku akan menuju ruangan dokter Elvie. Jadi jika kau memang mengikuti maka hentikan saja.” ucap Nayya.

“Kenapa aku gak bisa ikut Nay? Apa kau membenciku karena tidak menepati janjiku?” tanya laki-laki itu memberanikan diri.

“Kenapa aku harus membencimu jika memang dari awal aku tidak percaya akan janji yang kau buat untukku. Jujur saja aku tidak menganggap janji itu ada karena aku sudah menebak dari awal ke arah mana janji itu akan di bawa. Aku tidak percaya janji karena terlalu banyak orang yang mengingkarinya. Membuat perjanjian dengan seseorang saja butuh materai agar jika ada pelanggaran nanti maka bisa di tuntut maka untuk apa aku mempercayai janji yang bahkan tidak tertulis hitam di atas putih apalagi jika menuntutnya aku punya bukti apa untuk menuntut janji itu. Aku hanya ingin berdamai dengan keadaan karena memang hanya itu yang bisa aku lakukan agar bisa tetap melanjutkan langkahku. Semua yang terjadi pada hidupku hanya aku anggap sebagai kerikil kecil yang mencoba menghalangi langkahku mencapai kesuksesan. Aku tidak membencimu aku hanya benci pada janji yang tidak di tepati.” Ujar Nayya tersenyum lalu segera berbalik meninggalkan laki-laki itu.

Laki-laki itu segera menyusul Nayya, “Aku akan menepati janjiku walau janji itu sudah hampir tiga tahun terlewati. Jadi maukah kau menerima pemenuhan janji yang ku buat untukmu.” Ucap Afnan. Yah laki-laki itu adalah Afnan Pratama Ghufran putra pertama dari mami Rana Balquni dan papi Riyad Ghufran.

Nayya tersenyum, “Menurutmu apakah makanan yang sudah expaired masih bisa di makan lagi? Makanan yang sudah expaired jika di paksa di makan maka akan menjadi racun begitu juga janji yang tidak di tepati bagiku. Maaf!” ucap Nayya lalu dia segera masuk ke ruangan dokter Elvie.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!