02

Kini Nayya sudah siap dengan pakaian kerjanya untuk pergi ke puskesmas. Dia segera turun dan menyapa teman-teman karyawan yang memang dia rekrut dari orang-orang di desanya itu. Secara tidak langsung dia sudah menciptakan lapangan pekerjaan kepada orang-orang di sana. Nayya menemui orang tuanya yang kini sedang ada di dalam minimarket, "Mah, Rayya dan Zayya baru saja menghubungi Nayya mereka mau di kirimkan uang tapi kemudian berubah pikiran. Mereka akan pulang nanti sore." ucap Nayya yang memang kedua adiknya itu baru saja menghubunginya.

Setelah melakukan pengecekan terhadap tiga usahanya itu dia segera berpamitan kepada kedua orang tuanya karena memang harus pergi ke puskemas, "Mah, pah, Nayya pamit. Mama sama papa baik-baik di sini." pamit Nayya lalu menyalami dan melabuhkan kecupan di pipi kedua orang tuanya itu. Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Nayya yang rutin dia lakukan saat akan berpamitan.

"Kamu juga hati-hati di jalan nak." ucap mama Fara dan papa Imran bersamaan.

Nayya hanya membalasnya dengan tersenyum lalu dia segera mengeluarkan sepeda motornya dan menaikinya. Dia juga tidak lupa berpamitan dengan teman karyawan-karyawan sebelum melajukan sepeda motornya menuju puskesmas.

Sekitar 10 menit dia mengendara dia tiba di puskesmas dan segera menyapa cleaning servis yang sudah mulai bekerja membersihkan puskesmas itu.

Jarak puskesmas dengan ruko Nayya memang tidak jauh kecuali jika dia berangkat dari rumah orang tuanya maka akan memakan waktu dua kali lipat karena jaraknya yang juga lumayan jauh. Nayya segera melakukan daftar hadir dan menuju ruangannya. Dia di tempatkan di tempat pelayanan imunisasi. Tugas Nayya di puskesmas yaitu pelaksanaan posyandu di desa yang menjadi tanggung jawab puskesmas itu bersama dengan rekan-rekannya yang lain. Tidak lama teman-teman seprofesinya juga mulai berdatangan dan kegiatan pelayanan pun di buka.

***

Singkat cerita, kini Nayya sudah kembali dari puskesmas. Dia segera menuju rukonya dan seperti biasanya dia selalu menyapa karyawannya yang memang banyak seumuran dengannya itu tapi mereka sudah menikah bahkan ada yang anaknya sudah dua dan tiga.

Nayya segera menyalami kedua orang tuanya, "Nak, mama sudah memasak tadi. Makanlah!" ucap mama Fara.

Nayya pun mengangguk dan dia segera naik ke lantai tiga di mana rumahnya berada. Dia segera menuju kamar untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya lalu menuju meja makan dan segera makan makanan buatan mamanya itu yang memang menurut lidahnya bahwa masakan mamanya tidak ada tandingannya. Walaupun dia gak lapar tapi jika sang mama yang memasak maka dia pasti akan menghabiskannya seperti saat ini sebenarnya dia sudah makan siang tapi karena mamanya sudah memasak maka dia pun kembali makan. Ada satu hal yang unik dari Nayya yaitu walaupun dia makan banyak atau berkali-kali namun berat badannya tetap sama saja tidak naik maupun turun tetap 48 kg di tingginya 162 cm.

Setelah makan Nayya turun segera menuju kasir minimarketnya karena berhubung banyak pelanggan yang datang, "Ses, ternyata sudah pulang? Kami pikir masih di puskes." Ucap pelanggan menyapa Nayya berhubung juga pelanggannya itu tadi baru dari puskesmas dan bertemu dengannya.

Nayya mengangguk tersenyum lalu segera mendekati mamanya yang kerepotan di bagian kasir. Dia segera mengambil alih kasir dan melayani pembeli. Setelah sekitar satu jam akhirnya pelanggan sudah pada pulang dan minimarket kembali sepi walau tetap ada satu dua orang yang datang.

Nayya karena bisa di hitung minimarket sedang sepi dia segera menuju percetakan tepat di sebelah minimarket. Di sana para karyawannya sedang sibuk dengan orderan undangan dan juga membuat yasinan, "Wah, apa pesanannya sudah selesai?" tanya Nayya basa basi karena dia tahu percetakannya itu laris manis banyak menerima pesanan.

"Selesai bagaimana Ses? Ini sudah banyak orderan dan saat ini kami harus kerja cepat karena undangan ini akan di jemput jam 4 nanti." jawab salah satu karyawannya.

Nayya pun tersenyum lalu dia segera membantu mereka agar cepat menyelesaikan undangan yang akan di jemput itu sambil bercerita. Ada beberapa temannya yang juga menggodanya, "Kapan ses nikahnya masa iya punya perusahaan percetakan hanya cetak undangan orang lain dan undangan pernikahan sendiri gak?" ucap salah satu temannya itu.

Nayya tersenyum, "Doakan saja semoga jodohnya segera datang di kirim sama Allah dari Lauh Mahfuz." jawab Nayya.

"Sebenarnya mau datang jodohnya hanya saja mereka insecure melihat kesuksesanmu Ses." ucap yang lainnya.

"Yah, gak usah insecure dong kan sama-sama manusia. Saya juga masih makan nasi dia juga sama kan. Lalu kenapa harus minder." ucap Nayya.

"Kami akan mengatakannya kepada tetangga kita itu loh yang biasa di gosipkan dengan anda Ses. Walaupun dia punya kekasih lain tapi hanya anda yang direstui oleh orang tuanya." ucap teman Nayya itu.

Nayya tersenyum, "Gak usah. Jika memang berjodoh tanpa di dekatkan pasti akan datang sendiri. Saya sudah terlanjur kecewa." jawab Nayya tertawa.

Setelah menyelesaikan undangan yang akan di jemput itu, Nayya segera kembali ke minimarket dan membuka laptopnya dan mulai lagi menulis karena memang tidak ada yang harus dia layani.

Nayya jika sudah menulis maka dia seolah-olah sudah melebur dengan dunia halunya itu. Dia sudah tidak seperti berada di dunia nyata. Begitulah hobi yang menjadi penghasilan.

***

Tepat setelah ashar kini Nayya sibuk dengan melayani pasien yang datang berobat dari berbagai desa. Memang Nayya membuka praktiknya setelah ashar sampai jam 8 malam. Banyak pasien yang sudah berlangganan dengannya walaupun ada puskesmas tapi mereka hanya mempercayainya saja. Untuk itulah Nayya tetap membuka praktiknya ini demi melayani mereka. Nayya mendapatkan surat izin praktik mandiri di rumah satu tahun lalu dan sejak itu dia membuka praktiknya yang langsung mendapat penerimaan yang baik dari masyarakat di desanya ataupun di desa lain.

Puskemas tempat Nayya bekerja menaungi delapan desa di sekitaran tempat tinggal Nayya itu karena memang tempat tinggal Nayya berada di kawasan terpencil namun sudah terdiri satu kecamatan sendiri sehingga pelayanan untuk masyarakat pun sudah di dekatkan.

"Ses, sudah punya calon suami tidak?" tanya Adiba, salah satu orang yang selalu datang kepadanya untuk konsultasi atau berobat terkait anaknya bahkan keduanya berteman di sosial media.

Nayya tersenyum mendengar pertanyaan yang sama yang selalu Adiba ajukan jika dia datang kesini dan selalu Nayya jawab dengan senyuman, "Mbak Adiba gak bosan yaa menanyakan pertanyaan itu terus. Saya sudah punya calon mbak. Sekarang dia masih di Lauh Mahfuz. Saya yakin dia akan segera datang." jawab Nayya sambil merapikan alat-alat kesehatannya dan juga meresepkan obat untuk pasiennya itu.

"Yah, bagaimana juga Ses gak menjawabnya secara gamblang selalu saja jawabannya seperti itu membuat saya penasaran saja." ucap Adiba.

Nayya tersenyum lalu setelah itu Adiba segera pamit pulang. Adiba berasal dari desa sebelah dan dia selalu datang bareng suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!