Sepeninggal Adiba dan beberapa pasien yang bergantian untuk dia periksa kini Nayya kembali ke kamarnya untuk membersihkan karena memang semua pasiennya sudah balik.
Sementara Nayya berada di kamarnya di bawah baru saja datang dua saudara Nayya yang baru saja tiba dari kampus mereka. Kedua adik Nayya itu pulang karena mereka besok libur berhubung weekend juga. Begitu tiba Rayya dan Zayya segera masuk ke dalam minimarket menyalami sang mama, “Mah, papa mana?” tanya Rayya yang tidak melihat papanya itu.
“Papa kalian mungkin di sana di toko sebelah. Dia sibuk dengan pupuk yang juga belum tiba hingga saat ini padahal perjanjiannya kemarin seharusnya tiba dan kata kakak kalian mungkin seminggu lagi di antarkan karena pihak pertanian masih memiliki kendala.” Jawab mama Fara.
“Kalau kakak di mana?” kali ini si bungsu Zayya yang bertanya karena dia juga tidak melihat kakak sulungnya itu.
“Kakak kalian? Mungkin di atas sedang membersihkan diri karena pasiennya baru saja pulang.” Jawab mama Fara lagi.
Rayya dan Zayya pun mengangguk lalu keduanya segera berlari ke tangga menuju lantai dua atau rumah Nayya karena lantai pertama yang berada di bawah tanah tidak di anggap sebab itu hanya gudang, “Eeh kalian mau kemana?” tanya mama Fara melihat kedua anaknya itu yang berlari menuju ke lantai atas.
“Tentu saja mau menemui kakak mah. Mau minta uang.” Ucap Rayya di angguki oleh Zayya.
Mama Fara yang mendengar ucapan kedua putrinya itu bingung, “Mau minta uang? Kenapa harus sama kakak kalian? Sama mama saja.” ucap mama Fara.
“Gak mau mah. Kakak sudah janji akan memberikan kami uang. Kami meminta sama kakak bukan mama dan papa. Sudahlah kakak itu pasti akan memberikannya mah dia sudah janji soalnya.” Ucap Rayya lagi. Lalu kedua kakak beradik yang hanya terpaut dua tahun itu segera menuju lantai atas.
Mama Fara pun hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat dan mendengar apa yang dilakukan oleh kedua anaknya itu kepada putri sulungnya. Nayya memang sangat memanjakan kedua adiknya. Apapun di turuti hingga keduanya sangat jarang meminta uang pada mama Fara dan papa Imran, kedua adik Nayya itu selalu saja meminta uang kepada Nayya dan Nayya pun selalu memberikannya tanpa penolakan. Setiap dia memiliki uang pasti kedua adiknya selalu di berikan.
Mama Fara dan Papa Imran pun bahkan menjadi bingung dengan kedua anaknya yang lain yang sudah jarang meminta uang pada mereka dan justru setiap pulang meminta uang kepada kakak mereka. Rayya dan Zayya pun sangat menurut kepada kakak sulung mereka itu. Tidak ada satupun perintah atau permintaan Nayya yang di tolak keduanya selalu saja di laksanakan dengan baik. Rayya dan Zayya sangat patuh kepada Nayya dan Nayya pun sangat menyayangi kedua adiknya itu tanpa membedakan. Nayya menjadi sosok kakak yang sangat di hormati oleh kedua adiknya itu. Nayya tegas akan semuanya tapi juga dia sangat lembut dan menyayangi kedua adiknya itu.
Rayya dan Zayya segera menuju kamar Nayya begitu tidak melihat di mana kakaknya berada dan keduanya menduga kakaknya itu pasti ada di kamarnya, “Kakak!” ucap Rayya dan Zayya bersamaan sambil membuka pintu kamar kakaknya itu hingga membuat Nayya yang baru saja keluar dari kamar mandi kaget.
“Astaga dek. Kakak kaget tahu.” Ucap Nayya lalu segera menuju lemarinya mengambil pakaian.
Rayya dan Zayya segera duduk di ranjang kakaknya bahkan keduanya segera berbaring, “Kalian sudah lama tiba?” tanya Nayya yang baru saja selesai mengganti pakaiannya dan kini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Rayya dan Zayya segera menggeleng bersamaan, “Kami baru saja tiba kak dan langsung kesini setelah menyalami mama lebih dulu.” Ucap Rayya dan Zayya segera bangkit dari ranjang dan menyalami Nayya.
“Mau kakak segera kirim atau mau tunai?” tanya Nayya mengambil ponselnya bermaksud mentransfer uang yang kedua adiknya minta.
“Kak, kau ini walaupun tujuan kami datang dengan cepat ke kamarmu karena uang tapi setidaknya lakukan itu setelah kami lumayan lama tiba karena sejujurnya kami merasa menjadi adik yang jahat yang baru datang tapi sudah langsung minta uang.” Ucap Zayya.
Nayya pun tertawa mendengar hal itu dan dia pun segera meletakkan ponselnya kembali, “Kan kakak gak tahu. Kakak pikir kan kalian sudah sangat membutuhkan uang itu makanya kakak ingin segera memeberikannya.” Ucap Nayya mulai mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.
Rayya segera mendekati Nayya dan mengambil alih hair dryer di tangan kakaknya dan mulai mengeringkan rambut kakaknya itu, “Kak, aku mau curhat.” Ucap Rayya.
Nayya pun segera menatap adiknya itu dari cermin, “Mau curhat apa?” tanya Nayya.
“Kak Rayya mau curhat ada yang mendekatinya kak seorang polisi dan mengajaknya menikah tapi kan kak Rayya belum lulus makanya dia ragu. Kak Rayya sudah meminta untuk menunggu hingga kak Rayya lulus profesi tapi polisi itu menolak dan mengatakan akan memilih orang lain saja. Selain itu juga kak Rayya memikirkan kakak yang juga belum menikah masa iya dia anak kedua menikah lebih dulu.” Ucap Zayya yang memang sudah mengetahui itu.
Nayya yang mendengar itu tersenyum, “Kenapa harus memikirkan kakak sayang. Jika memang kau sudah ingin menikah maka menikahlah dek. Kakak gak masalah kau langkahi.” Ucap Nayya.
Rayya yang mendengar itu segera memeluk kakaknya dan meletakkan hair dryer, “Gak, aku gak mau kak. Kau adalah kakakku dan aku tidak akan pernah melangkahimu kak. Aku akan menikah setelah lulus nanti dan setelah kau menikah. Jika memang dia memilih orang lain untuk jadi istrinya gak masalah untukku itu berarti dia bukan jodohku tapi aku tidak akan melangkahimu kak. Aku menyayangimu.” Ucap Rayya mengecup tangan kakaknya itu.
Nayya yang mendengar itu terharu dan memeluk adiknya itu, “Doakan yaa jodoh kakak akan segera datang agar kau bisa menikah. Kakak akan berdoa juga semoga kau mendapatkan jodoh yang terbaik.” Ucap Nayya lalu mengecup kening adiknya itu.
“Kakak, aku juga mau di kecup di kening. Masa Cuma kak Rayya sih yang dapat.” Ucap Zayya.
Nayya dan Rayya pun tertawa dan Nayya segera merentangkan tangannya seolah meminta Zayya bergabung. Zayya pun segera mendekat dan memeluk kedua kakaknya itu, “Kak, jangan pernah merasa berat karena kami. Kami akan menunggu sampai kau menemukan jodohmu baru kami akan menerima jodoh kami.” Ucap Rayya yang di angguki oleh Zayya.
Nayya mengangguk, “Kakak menyayangi kalian dan kebahagiaan kalian adalah prioritas kakak. Mama dan papa sudah berjuang keras untuk membuat kakak seperti ini dan kini saatnya kakak membalas budi itu dengan bertanggung jawab untuk kalian.” Ucap Nayya mengecup kening kedua adiknya itu.
“Jangan terlalu memvonis tubuhmu dengan bekerja kak. Kami gak mau kau sakit.” Ucap Rayya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments