Setelah bercerita cukup panjang di kamar Nayya kini ketiga bersaudara itu keluar dengan sambil bergandengan tangan hingga membuat papa Imran yang baru saja ke lantai dua tersenyum melihat ketiga putrinya saling menyayangi satu sama lain.
“Kak, kau akan tidur di mana malam ini?” tanya Zayya hingga membuat Rayya dan Nayya menatap adiknya itu.
Zayya pun tersenyum karena baru sadar bahwa dia memiliki dua kakak dan tadi dia hanya mengatakan kakak saja hingga membuat kedua kakaknya itu bingung, “Aku bertanya kepada kak Nayya.” Ucap Zayya tertawa.
“Makanya kalau mau bicara itu yang jelas dek, kau kan tahu bahwa kakakmu itu bukan hanya satu tapi dua.” Ujar Rayya pura-pura kesal.
“Maaf kakak kedua, aku tidak janji tidak akan mengulanginya lagi tapi jika tidak lupa. Hehehehh.” Ucap Zayya masih saja tertawa.
“Sudah jangan bertengkar.” Lerai Nayya walau dia tahu kedua adiknya itu hanya bercanda tidak serius dengan perkataan mereka namun dia sebagai kakak tidak suka mendengar jika kedua adiknya itu saling berdebat walau itu hanya bercanda.
Rayya dan Zayya pun segera diam, “Kak Nayya kau mau tidur di mana?” ulang Zayya bertanya.
“Sepertinya di sini. Kalian kan tahu kakak memang menginap di sini.” Jawab Nayya.
“Kak Nay, emang gak boleh kakak menginap di rumah mama sehari saja. Kami ingin curhat. Lagian besok juga kan libur kak. Mau yaa?” Ucap Zayya di angguki oleh Rayya.
Nayya pun nampak berpikir, “Baiklah, malam ini kakak akan menginap di sana menemani kalian.” Ucap Nayya yang memang tidak bisa menolak permintaan kedua adiknya itu.
Rayya dan Zayya pun tersenyum lalu memeluk Nayya erat, “Kami sayang kakak.” Ucap keduanya bersamaan.
Nayya pun tersenyum lalu mereka bertiga segera turun menuju lantai bawah.
***
Singkat cerita kini Nayya dan beberapa karyawannya mulai menutup toko tepat jam sembilan malam. Mama Fara dan Papa Imran sudah pulang lebih dulu tadi saat sesudah magrib. Jadi kini tinggal Nayya di bantu oleh kedua adiknya dan karyawan menutup toko. Setelah memastikan semuanya sudah tertutup dengan rapat dan para karyawan sudah pulang barulah ketiga bersaudara itu mulai mengeluarkan sepeda motor mereka masing-masing.
Sekitar sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah orang tua mereka yang memang berbeda desa dengan desa tempat di mana minimarket Nayya berada. Rumah orang tua Nayya berada di desa A atau desa paling ujung sementara tempat di mana minimarket Nayya berada berada di desa B dan puskesmas serta pusat kecamatan berada di desa. Sementara tempat tinggal Adiba berada di desa D.
“Assalamu’alaikum!” ucap Rayya dan Zayya bersamaan mengucap salam padahal pintu rumah masih terbuka lebar. Nayya pun hanya menggelengkan kepalanya melihat apa yang di lakukan oleh kedua adiknya itu.
“Wa’alaikumsalam.” Ucap papa Imran tersenyum yang memang sudah hafal tingkah kedua putrinya itu yang berbeda dengan si putri sulung.
Nayya segera menyalami sang papa lalu masuk menuju dapur di mana sang mama berada, “Mah.” Ucap Nayya lalu menyalami dan mengecup pipi mamanya yang sedang duduk.
Mama Fara tersenyum lalu mengusap kepala putri sulungnya itu. Tidak lama Rayya dan Zayya juga yang masih bicara dengan papa Imran di depan segera menyusul dan menyalami mama Fara juga mengecup pipi mama mereka itu.
Setelah itu papa Imran juga segera kembali ke dapur dan berkumpul dengan ketiga putrinya dan juga sang istri untuk menemani ketiga putri mereka makan karena memang papa Imran dan mama Fara sudah makan malam lebih dulu.
Tidak lama saat Nayya makan untung saja sudah setengah yang dia makan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan, “Sudah biar papa yang bukakan. Kalian makanlah, habiskan makanannya.” Ucap papa Imran menghalangi Zayya yang hendak membuka pintu.
“Makanlah nak.” ucap mama Fara tersenyum senang melihat ketiga putrinya itu makan dengan lahap.
Tidak lama papa Imran kembali dan menatap Nayya, “Ada apa pah?” tanya Nayya yang langsung menyadari sang papa menatapnya.
“Itu ada yang mau meminta tolong padamu nak. Nenek Rosa tiba-tiba saja ampal penyakitnya.” ucap papa Imran sebenarnya tidak tega mengatakan itu karena tidak ingin membuat sang putri menghentikan makannya.
Nayya mengangkat alisnya lalu dia segera minum air tanda bahwa dia segera mengakhiri makannya, “Ada di mana pah?” tanya Nayya.
Papa Imran yang melihat sang putri sudah menghentikan makannya dan segera menuju ruang tamu. Papa Imran menghela nafasnya melihat itu dan segera menyusul ke depan di ikuti oleh mama Fara dan juga Rayya dan Zayya yang sama-sama menghentikan makan mereka.
“Nak Nayya ibu minta tolong nak, nenek Rosa tiba-tiba di ampal sepertinya itu kena struk. Tolong nak.” ucap mami Rana.
Nayya yang mendengar itu langsung terkejut, “Terus sekarang nenek Rosa sudah di mana?” tanya Nayya.
“Sekarang sedang sementara di siapkan untuk di bawa ke rumah sakit hanya saja kami gak punya koneksi nak untuk menghubungi pihak rumah sakit. Jadi bisakah kau membantu.” Ucap mami Rana.
Nayya langsung mengangguk, “Ayo kita segera kesana. Mah, pah Nayya kesana dulu yaa. Ohiya Ray tolong ambilkan ponsel kakak. Kakau harus menghubungi dokter Elvie.” Ucap Nayya.
Rayya pun segera mengambilkan tas sang kakak dan segera memberikannya. Setelah Nayya menerimanya dia segera menyalami kedua orang tuanya dan segera pergi bersama mami Rana sambil menghubungi dokter Elvie.
Mama Fara dan Papa Imran menghela nafas dan kembali ke dapur melihat sisa makanan sang putri sulung yang masih tersisa. Rayya dan Zayya pun ikut ke dapur lagi dan melanjutkan makan mereka walau sebenarnya sudah tidak selera karena sang kakak sudah gak ada.
Mama Fara segera mengambil sisa makanan Nayya dan menghabiskannya, “Pah, apa kita salah telah menyekolahkan dia jadi perawat. Selalu saja seperti ini setiap orang datang saat dia sedang makan dan membuatnya harus meninggalkan makanannya. Dia itu masih manusia pah pasti punya rasa lelah namun dia menyembunyikannya dari kita. Aku gak mau dia jadi sakit.” Ucap mama Fara.
“Sudahlah Mah, ini sudah jadi jalannya. Lagian dia juga senang menjalankannya. Kita gak salah menjadikannya perawat karena dia akhirnya bisa membantu orang lain walau dia harus siap sedia di ajak malam-malam begini. Papa pikir karena dia hanya bekerja di puskesmas yang hanya bekerja dari pagi sampai siang akan membuatnya tidak begitu lelah tapi ternyata dia tetap lelah juga.” Ucap papa Imran.
Rayya dan Zayya yang mendengar ucapan kedua orang tuanya saling menatap satu sama lain, “Pah, kakak itu kuat. Aku yakin dia akan menyelesaikan ini dengan cepat. Aku bangga bisa memilki kakak seperti kak Nayya. Dia hebat.” Ucap Rayya.
“Iya pah benar kata kak Rayya. Kak Nayya itu hebat kami mengidolakannya.” Timpal Zayya.
Papa Imran dan Mama Fara pun tersenyum mendengar perkataan kedua putrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments