Mulai Tumbuh Cinta

Kembali pada Nada, wanita itu sepulang sekolah langsung pergi ke supermarket untuk bekerja. Ia bahkan berganti pakaian di sana, rasanya malas sekali pulang ke rumah dulu.

Ia melayani para pengunjung dengan ramah, selesai kerja Nada segera pulang sendirian seperti biasanya. Di jalan lagi-lagi ia bertemu dengan Ken yang sedang berantem, tidak hanya Ken ternyata ada teman-temannya juga.

Nada terdiam di samping pohon karena jalannya terhalangi oleh mereka yang berkelahi, beberapa saat kemudian perkelahian itu di menangkan oleh Ken dan teman-temannya. Ken yang melihat Nada segera menghampiri Nada, "Sejak kapan lu ada di sini?" tanyanya.

"Gue tadi mau lewat, cuman gak bisa karena ada yang berantem," balas Nada.

"Oh ya udah sekarang udah bisa lewat kan? Sana pulang dah malam."

Matt dan yang lainnya menghampiri Ken, "Tapi lu gak papah kan? Takutnya tadi lu gak sengaja ke senggol atau apa gitu?" tanya Andri.

"Enggak gak papah kok," Nada tersenyum kecil sambil menatap Andri.

Matt yang melihat bagaimana wajah Nada ikut tersenyum, Matt merasa gadis ini pasti sudah masuk ke dalam perangkapnya. Dari sorot matanya Nada seperti memiliki tatapan yang berbeda pada Andri.

"Mau gue anterin pulang?" tanya Andri menaikkan alisnya.

"Gak usah."

"Udah jangan nolak," Andri menarik tangan Nada dan membawanya ke arah motornya.

Matt merangkul pundak Ken, "Kayaknya ada yang keduluan nih," sindir Matt.

"Lepasin," Ken terlihat kesal ia berjalan ke arah mobilnya.

"Jangan di tinggal gitu aja dong," Matt dan Justin segera pulang juga.

"Naik," ujar Andri pada Nada.

"Tapi kak, beneran gak papah mau nganterin pulang?"

"Udah naik."

"Oke," Nada naik ke motor Andri.

"Pegangan, nanti jatuh."

Nada memegang baju Andri, "Pegangannya ke sini, kalau ke sana percuma aja," Andri menarik tangan Nada agar memeluknya.

Nada tersenyum bahagia, ini adalah hal pertama yang pernah Nada rasakan. Dulu Nada tidak pernah di perlakukan seperti itu oleh pria mana pun, itulah mengapa ia mudah masuk dalam permainan Matt.

Sampailah mereka di rumah Nada, wanita itu turun dari motor, "Makasih yah kak," ucap Nada.

"Oke, kalau gitu gue cabut dulu yah," Andri segera pergi dari sana.

Nada masuk ke rumah sambil senyum-senyum di dalam rumah Kristin lagi-lagi menghadangnya, Kristin tersenyum ketus sambil berkacak pinggang, "Rupanya lu udah berganti profesi jadi penggoda yah sekarang?" tanya Kristin sinis.

"Enggak."

Kristin tertawa, "Enggak lu bilang, itu barusan apa? Kemarin Ken sekarang kak Andri. Wah....... Hebat juga sampah kek lu bisa gitu," Kristin bertepuk tangan sambil berjalan meninggalkan Nada.

Digo menatap Nada dari kejauhan, "Hebat, udah tidur berapa kali sama mereka?" tanya Digo.

"Apaan sih," Nada berlari ke kamarnya karena ketakutan.

Nada terduduk lemas di belakang pintu kamar, rasanya hidupnya benar-benar terasa berat akhir-akhir ini.

__________

Paginya Nada pergi ke sekolah, di sana Nada langsung di hampiri Cici.

"Tumben muka loh cerah banget, ada apa nih?" tanya Cici, mereka berjalan di Koridor menuju kelas.

"Enggak," Nada tersenyum menatap Cici.

"Yang bener nih?"

"Serius."

"Oh iya bentar lagi ada lomba antar sekolah kan? Lu mau ikutan lomba atau jadi penonton aja?" tanya Cici.

"Jadi penonton ajalah kita."

Di lapangan para pemain basket tengah berlatih mempersiapkan perlombaan yang akan di gelar sebentar lagi.

"Jadinya lombanya di mana sih?" tanya Nada.

"Katanya sih di sekolah Casablanca High School, sekolah Elite itu katanya sih yah sekolah itu perbedaan kastanya bener-bener terasa."

"Gue pikir di sini doang yang kek gitu."

"Orang-orang di sekolah sana agak tertutup, mereka jarang main sama orang-orang kek kita. Kebanyakan di sana anaknya keturunan orang luar, makannya kayak-kayak."

"Oh gitu yah? Jadi gak sabar liat murid dari sekolah lain."

"Sama pasti mereka ganteng-ganteng dan cantik-cantik."

Sampailah mereka di kelas, Nada di tarik Kristin ke depan, "Halo semuanya, perkenalkan penggoda kita," ucap Kristin.

"Kristin lepasin sakit," ucap Nada.

"Jadi semalam dia abis menggoda kak Andri, setelah dia godain Ken kini dia godain Kak Andri. Beri tepuk tangan yang meriah," Kristin bertepuk tangan bersama murid lainnya.

Nada yang sudah lepas dari Kristin langsung berlari ke kursinya bersama Cici, "Jadi teman-teman jagalah pacar kalian, nanti pacar kalian di goda oleh dia," tambah Kristin.

Tiba-tiba Ken dan Matt masuk ke kelas, mereka terlihat tidak peduli dengan apa yang di ucapkan Kristin. Ken entah mengapa sedari semalam merasa kesal pada Nada yang lebih memilih pulang bersama Andri, padahal ia juga semalam ingin mengantarkan Nada pulang.

Kristin menghampiri Ken dan duduk di atas meja Ken, "Jadi sekarang gak mau di bela?" tanyanya.

Ken menatap Kristin di depannya dengan tatapan datar, "Pergi, gue lagi males bercanda."

"Why Beby?"

Bel pertanda masuk kelas berbunyi di barengi dengan masuknya seorang guru ke kelas mereka, "Kristin duduk yang benar di kursi mu," ucap Guru yang masuk.

"Baik bu," Kristin dengan wajah kesal langsung duduk di kursinya.

Pembelajaran pun di mulai.

_____________

Saat istirahat Nada dan Cici tengah makan di kantin berdua, tiba-tiba Andri datang dan duduk di samping Nada, "Nanti pulang sekolah bisa temenin gue ke bandara gak?"

"Apa?" tanya Nada.

"Temenin ke bandara, ada sodara gue yang datang dari Singapura pengen di jemput."

"Boleh."

"Ya udah nanti pulangnya bareng aja."

"Oke."

"Gue ke mereka dulu yah."

"Iya," Nada tersenyum menatap kepergian Andri yang menghampiri teman-teman nya.

"Bukannya lu harus kerja?" tanya Cici dengan wajah kesalnya.

"Bisa minta izin kan."

"Tapi kenapa kalau gue ajak lu main lu gak bisa."

"Ayolah jangan kayak gitu, nanti kita main deh sepulang nganter Kak Andri."

"Gak ah males," Cici merasa cemburu karena Nada kini mulai dekat dengan Andri, bukan karena Cici suka pada Andri melainkan karena Nada mulai tidak peduli padanya.

Nada sering sekali menatap ke arah Andri padahal Nada sedang bicara padanya, Nada juga sering kali tidak fokus saat bicara dengannya karena Andri. Padahal yang menemani dan setia ada di samping Nada itu adalah dirinya selama ini.

Nada senyum-senyum sendiri sambil makan, sementara itu Andri telah sampai di meja Ken.

"Abis ngomong apa lu? Senyum-senyum sendiri tuh anaknya," Matt menyenggol lengan Andri.

"Biasalah," Andri tersenyum misterius.

"Ken lu jangan mau kalah dong, terus pepet napa," Matt menatap Ken yang sedang asik makan.

"Males."

"Kok males sih? Gue berani kasih apapun yang lu mau deh."

"Gak tertarik ah."

"Yeh lu mah."

"Udah, pasti gue kok pemenangnya," Andri tersenyum bangga.

"Lu gak mau ikutan apa?" Matt menatap Justin.

"Dah pasti kalah, lu liat dong tatapan Nada sama Andri dah beda banget."

"Gampang juga yah ternyata," gumam Andri.

"Oke tinggal eksekusi yang terakhirnya aja," timpa Matt.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!