Zoya yang melihat tatapan tajam Liam yang di arahkan kepadanya, merasa tubuhnya membeku seketika. Dia tetap bergeming di tempatnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Liam bisa menatapnya sesinis itu. Zoya bahkan bisa melihat jelas, sorot mata Liam yang penuh amarah serta kebencian yang begitu besar. Namun bukan itu yang membuat Zoya tidak bergerak sama sekali, tetapi di balik amarah dan kebencian itu, Zoya juga bisa melihat binar mata penuh kekecewaan dan putus asa yang Liam rasakan.
Liam yang melihat Zoya tidak bergerak dari posisinya, merasa semakin jengah pada perempuan asing yang ada di hadapannya ini. Wanita yang tiba-tiba datang dan memperkenalkan diri padanya dengan senyuman di wajahnya. Apa dia mencoba untuk menertawakan Liam di balik senyumnya itu?
Sekarang, setelah dia memberikan perintah yang begitu jelas, wanita asing itu justru hanya diam dan menatapnya, hal itu membuat emosinya semakin memuncak. Liam yang tidak sabar, kembali mengulangi kata-katanya.
“Apa kamu tuli? Aku bilang cepat keluar dari ruangan ini, sebelum aku berlaku kasar padamu!” bentak Liam pada perempuan di hadapannya dengan tatapan nyalang.
Zoya yang mendengar hal itu, tersentak dari lamunannya yang sejak tadi masih memperhatikan Liam.
“Aku hanya ....”
“Aku bilang keluar!”
Liam sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada Zoya untuk menjelaskan maksud dan tujuannya menemui Liam hari ini. Karena Liam tidak ingin bertemu dengan orang lain sekarang.
Wulan yang sejak tadi hanya memperhatikan interaksi antara Liam dan Zoya, Segera memasuki kamar putranya, agar dia bisa meredakan amarah Liam terlebih dahulu. Selain itu, dia juga merasa tidak enak kepada Zoya untuk perilaku kasar yang Liam tunjukkan pada Zoya.
“Liam, jangan seperti ini! Mama mohon.” Wulan segera menyejajarkan tubuhnya dengan Liam.
“Aku ingin dia keluar, Ma. Usir dia atau aku akan melakukan hal yang kasar padanya!” pinta Liam pada Wulan. Wulan tidak memiliki pilihan lain sekarang.
“Baiklah, tapi tenangkan dirimu dulu!” perintahnya pada Liam.
Liam yang mendengar perintah dari ibunya, hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Karena dia tidak mau melihat Zoya saat ini.
Wulan yang melihat itu, hanya bisa menghembuskan nafasnya. Dia sungguh lelah menghadapi putranya sekarang. Wulan segera menoleh ke arah Zoya. “Zoya, bisakah kamu keluar sebentar? Tante ingin bicara dengan Liam.”
“Iya, Tante. Aku mengerti.” Zoya segera keluar meninggalkan kamar Liam dan menunggu Wulan di ruang tamu.
Wulan yang melihat Zoya berjalan dengan wajah tertunduk, merasa semakin bersalah pada gadis muda itu. Karena sikap Liam pasti sudah sangat menyakiti perasaannya. Tetapi Wulan juga masih begitu berharap agar Zoya tidak marah pada Liam.
“Liam, kamu seharusnya tidak bersikap kasar seperti itu pada Zoya. Dia datang dengan maksud dan tujuan yang baik. Tidak seharusnya kamu membentaknya seperti itu! Apa lagi ini kali pertama dia datang kemari." Wulan mencoba untuk memberi pengertian pada Liam.
“Aku sama sekali tidak memintanya untuk datang atau pun mendekatiku. Lalu kenapa sekarang Mama justru menyalahkanku? Semua ini salah Mama.” protesnya pada Wulan. Karena Liam sama sekali tidak merasa tindakannya salah.
“Liam, Zoya hanya ingin melihat keadaanmu dan mencoba mengenalmu. Mama rasa tidak ada hal yang salah mengenai semua itu. Kamu tidak perlu menunjukkan sikap yang berlebihan seperti ini! Dia sudah seperti putri Mama sendiri.” Wulan masih mencoba untuk menasihati Liam.
“Aku tidak ingin mengenalnya. Aku juga tidak ingin bicara dengannya. Dia hanyalah orang asing. Kenapa aku harus membuang waktuku untuk berbicara dengannya? Kalian saja yang bodoh menghabiskan banyak waktu dengan orang asing sepertinya," ucap Liam pada sang ibu yang dia anggap berlebihan, sebab Liam sudah bisa menebak jika Zoya mungkin putri angkat yang selama ini sering dibahas oleh keluarga mereka.
“Mama hanya ingin kamu memiliki teman, dan tidak lagi terpuruk seperti ini. Cobalah untuk melupakan semuanya, dan kembali menjalani hidupmu seperti dulu, Liam.”
“Bagaimana aku bisa melupakan semuanya? Disaat Mama tahu kehilangan seperti apa yang aku rasakan? Aku hanya ingin mengenal kekasihku, tidak dengan perempuan lainnya. Kembalikan dia seperti kalian mengusirnya, maka aku akan kembali seperti dulu.”
“Liam, Mama hanya ingin melakukan hal terbaik buatmu. Wanita itu bukan wanita yang tepat untukmu, dia bahkan lebih memilih uang daripada kamu. Lagipula, tidak ada salahnya mencoba mengenal Zoya terlebih dahulu! Dia bisa menjadi temanmu,” Wulan kembali mencoba meyakinkan anaknya untuk berteman dengan Zoya.
“Jangan memfitnahnya! Aku lebih tau siapa kekasihku. Aku lebih mengenalnya. Satu lagi, aku tidak butuh wanita tadi. Aku tidak butuh siapa-siapa. Aku hanya membutuhkan, kekasihku."
“Setidaknya, cobalah untuk mengenal Zoya terlebih dahulu, setelah itu kamu baru bisa memutuskan segalanya! Mama hanya ingin kamu mencoba untuk membuka diri kepada orang lain, dan tidak hanya terpaku pada wanita itu. Mama yakin, kalau Zoya adalah teman yang baik untukmu!” bujuk Wulan pada putranya itu.
“Tidak, Ma. Hanya Renata perempuan terbaik untukku! Dia teman dan segalanya dalam hidupku. Aku tidak mau orang asing mengganggu kenanganku bersama Renata. Aku sama sekali tidak membutuhkannya dalam hidupku.” Liam menolak keras usulan ibunya.
“Liam, jangan keras kepala! Mau sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini? Menyakiti dirimu sendiri untuk semua hal yang sudah terjadi? Berhentilah untuk menyalahkan Mama dan dirimu untuk peristiwa nahas yang menimpa dirimu. Mama hanya ingin ada orang lain yang bisa berteman dengan tulus padamu. Sehingga Mama bisa sedikit lebih tenang."
"Apa maksud Mama sebenarnya? Teman atau pasangan?" tanya Liam tajam.
"Liam. Zoya gadis yang baik. Mama mengurusnya sejak kecil. Dia jauh lebih baik dari kekasihmu," jawab Wulan.
Wulan akhirnya menjelaskan semua tujuannya pada Liam. Karena sebagai seorang ibu, dia tidak akan tega melihat putranya terus terpuruk seperti ini. Putranya membutuhkan seorang pendamping yang bisa selalu menjaga dan menemaninya. Seseorang yang dengan tulus merawatnya. Wulan sangat yakin kalau Zoya mampu melakukannya, meski Wulan sendiri belum bertanya pendapat Zoya mengenai hal itu, karena semua itu baru terpikirkam olehnya sejak beberapa hari yang lalu.
“Aku tidak akan pernah menghianati Renata dengan menerima perempuan lain dalam hidupku. Karena hanya Renata yang berhak berada di sisiku. Lagi pula, aku sama sekali tidak percaya kalau akan ada perempuan yang tulus padaku selain Renata, apalagi dalam keadaanku sekarang. Jadi sebaiknya, Mama lupakan semua harapan itu. Karena aku tidak ingin Mama merasa kecewa nantinya.”
Liam juga mengungkapkan segala rasa keberatannya kepada Wulam. Karena dia sungguh tidak yakin, kalau ada perempuan yang akan menerima pria cacat sepertinya, apalagi merawatnya dengan begitu tulus.
“Cobalah untuk mengenal Zoya, terlebih dahulu. Barulah kamu berhak menentukan, apakah Zoya layak atau tidak. Sebaiknya sekarang kamu beristirahat dan renungkan semua ucapan Mama padamu, Liam."
"Cobalah untuk mengenal Renata terlebih dulu, Ma. Barulah kalian berhak menentukan apakah Renata layak atau tidak. Kembalikan Renata padaku, dan kaliam bisa menilainya nanti," balas Liam membuat Wulan terdiam tak ingin lagi membahas hal itu karena hanya akan memancing emosinya setiap kali mendengar ucapan Liam yang begitu memuja Renata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
rain03
kadang takut punya anak cowo.
takut kelakuannya kek liam.
saking cintanya,sampai² rela ngebqntah ibu yg telah mnyayanginya seumur hidup demi wanita jelmaan iblis 🤭
2022-12-23
0
rain03
kekasih yang kabur aja dibanggain.
ck
2022-12-23
0
Bunda dinna
Liam dan Renata berpisah karena terhslang restu ib Liam...akhirnya Liam jadi depresi
2022-11-30
0