0.2 Punishment

^^^[ compulsion makes the world ordinary ]^^^

^^^----------------^^^

Crystall tidak pernah menyangka hubungannya dengan Bara akan berakhir seperti ini. Segala impian yang dia pikir akan terwujud tiga hari ke depan. Ternyata sudah musnah.

Beberapa menit yang lalu. Crystall Allando memilih mengakhiri hubungan, mengatakan akan membatalkan pernikahan.

Bara? Tentu menolak. Pria tidak tau malu itu masih ingin mempertahankan hubungan.

Crystall yang tidak ingin lebih banyak bicara, dia lalu pergi dari sana secepatnya.

Wanita itu kini memilih duduk lesu di pinggir jalan menunggu taksi - niatnya.

Tapi dia justru hanya menangis dan melamun. Membiarkan taksi yang sudah berlalu lalang. Mengabaikan pula tatapan orang-orang yang sedang lewat. Crystall masih duduk tidak jauh dari pintu keluar gedung apartemen itu.

Impian menjadi istri pria yang dia cintai, sirna. Lalu apakah impian menjadi dokter juga musnah hari ini juga?

"Astaga! Dokter Daffa!" Crystall tersentak dengan ingatannya akan dokter mengerikan yang sudah mengancamnya pagi tadi.

Wanita dengan kacamata tebal itu melihat jam tangan. Ini sudah lebih dari 45 menit dari waktu yang diberikan oleh Daffa, kepala rumah sakit sekaligus anak dari pemilik Rumah Sakit Galaxy.

"Koas ku! Ujianku!"

Tidak! Crystall tidak mau kehilangan impian keduanya. Dia langsung bangkit dan menyetop taksi yang memang sudah sedari tadi berlalu lalang di depannya.

***

Rahang tegas dengan bulu halus nampak di dagu. Pria itu berpakaian rapi dengan rambut hitam mengkilap. Tubuhnya tinggi, tegap dan gagah berbalut jas putih khas dokter.

Dia adalah sosok yang banyak dikagumi oleh pasien dan staff rumah sakit. Berwajah tampan, membuat Daffa Louise Effendi tetap sedap dipandang meski ekspresi yang ditunjukkan sedingin es.

Kepala rumah sakit itu berdiri dengan begitu mengerikan di depan Crystall. Salah satu mahasiswa koas yang baru satu minggu menyandang dokter muda disana demi bisa meraih gelar dokter dengan lancar.

"Untuk apa kamu datang?" Suara bariton itu membelah heningnya ruangan utama Daffa.

"Ma-Maaf, Dok." Hanya itu yang bisa Crystall katakan. Dia menunduk dengan kedua tangan saling meremas. Wajahnya sudah pucat mengingat konsekuensi yang akan dia dapat setelah ini.

"Bahkan semua tugas yang seharusnya kamu kerjakan sudah diselesaikan oleh rekanmu yang lain. Lalu tidak ada gunanya kamu datang dan menunduk seperti itu. Tidak ada gunanya sama sekali." Terdengar stabil, namun begitu dingin. Bisa-bisa Crystall membeku disana saat ini juga.

"Sa-Saya baru diselingkuhi calon suami saya, Dok...." Crystall akhirnya menangis dan memberanikan diri menatap pria menawan namun mengerikan di depannya.

"Maaf, saya tadi terpaksa mengejar mantan calon suami saya. Dan benar, dia berselingkuh ...." Wanita itu semakin mengeraskan tangisannya. Karena nyatanya hatinya sedang sangat hancur.

"Aku sudah menjadi janda sebelum menikah, Dok..." imbuh Crystall.

Mata Daffa memejam. Dia menarik nafas beratnya.

Bukan karena ikut merasa iba pada dokter koas itu. Tapi dia tidak mengerti kenapa wanita di depannya memiliki alasan menangis sebelum dia memberi hukuman.

Dibukanya kelopak mata Daffa. Sorotnya semakin tajam dan tegas.

"Hentikan tangisanmu, ini bukan sedang konsultasi psikolog!" Suara Daffa meninggi dengan ekspresi geram.

Tapi Crystall sungguh sulit mengendalikan diri. Dia masih saja menangis. Hal itu semakin memancing emosi Daffa.

"Berhenti atau aku benar-benar mengeluarkanmu dari daftar koas rumah sakit ini!" bentak Daffa. Bahkan sampai teman-teman Crystall yang menguping di depan pintu ikut terjingkat.

Crystall seketika menghentikan tangisannya menggunakan rem cakram. Sebisa mungkin dia mengusap wajahnya untuk menghapus jejak basah meski rasanya sulit.

Tanpa ragu-ragu, Daffa melempar lipatan kertas ke wajah Crystall.

Dengan sigap wanita itu menangkapnya.

"Baca!" titah Daffa yang sudah tidak bisa lagi menurunkan intonasi bicaranya.

Tangan Crystall gemetaran membuka perlahan kertas dengan kop surat di atas berlogo Rumah Sakit Galaxy. Sebuah institusi pelayanan kesehatan berstandar internasional. Jangankan menjadi koas. Banyak dokter muda yang bercita-cita bisa diterima bekerja di rumah sakit besar itu.

Crystall mulai kata demi kata tulisan yang tercetak di kertas di tangannya, hingga sampai pada *******.

"Skors satu minggu?" Mata Crystall membelalak terhadap hukuman yang harus dia terima.

Bukan menjawab, Daffa hanya memberikan tatapan tajam dengan ekspresi dingin. Sangat tidak bersahabat.

"Dok, i-ini kenapa hukuman saya satu minggu, Dok? Sama saja nilai saya akan jatuh karena satu minggu tidak melakukan apapun," ucap Crystall dengan tangan bergetar.

"Tadinya aku akan menyimpan hukuman itu jika kamu memiliki alasan yang jelas. Misal menolong nenek-nenek yang tertabrak, atau kamu masuk ke dalam got lalu tidak ada yang menolong. Tapi ternyata dengan tidak tau dirinya kamu beralasan mengejar calon suamimu yang sedang berselingkuh!"

"Dok, itu -"

Daffa menyela alasan yang akan Crystall ucapkan. " Seorang dokter harus bekerja profesional! Disiplin! Lupakan masalah pribadi! Ini kamu hanya berurusan denganku. Dengan nasibmu sebagai dokter muda disini."

"Tapi bagaimana jika pagi tadi ada pasien kritis yang menunggu, hem? Tidak ada keringanan apapun untuk dokter yang tak bisa bersikap profesional!" Daffa benar-benar menekan setiap kata yang dia ucapkan meluapkan emosinya.

"Ma-Maaf, Dok. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Crystall kembali mengeluarkan air matanya sembari menyatukan kedua tangan di dadanya. Begitu memohon. "Jangan skors saya, Dok."

"Ya, seharusnya memang kamu tidak pernah mengulanginya lagi. Atau aku benar-benar tidak akan meluluskanmu di ujian kedokteran." Sebuah ancaman telak bagi koas seperti Crystall.

Wajah sendu Crystall sedikit berbinar. "Anda meringankan hukuman saya, Dok?"

"Jadi sebaiknya kamu pergi sebelum aku menambah daftar hukuman untukmu!" imbuh Daffa disambut dengan binar di mata Crystall yang kembali menghilang.

"Tapi, Dok-"

"Pergi!"

Bentakan itu membuat Crystall terjingkat lalu dia benar-benar keluar dari ruangan Dokter itu.

Seketika pula teman-teman yang sedari tadi menguping berdiri tegap. Pura-pura sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Kalian? Sedang apa? Menemui Dokter kulkas dua pintu juga?" Crystall bertanya sembari menutup pintu.

"Kulkas dua pintu?" tanya temannya serentak.

"Ya, tubuh dia hot. Tapi sikapnya sangat dingin!"

"Oooooo!" Mereka hanya ber ah oh ria lalu pergi dari sana bersama-sama.

Sementara di dalam ruangan.

Daffa membuang nafasnya dengan kasar. Tidak habis pikir dia akan memiliki bawahan seperti Crystall. Bagi Daffa segalanya harus sempurna. Dia tidak akan meloloskan siapapun yang berbuat salah.

"Jika bukan karena kakek, aku tidak akan memperbolehkan dia menjadi koas di rumah sakit ini!" gerutu Daffa begitu kesal.

Masih dalam kondisi emosi seperti itu. Sebuah pesan masuk dari nomor ibunya.

[Daffa, apa kamu masih berhubungan dengan kekasih murahan mu? Kakek datang ke rumah hanya untuk marah-marah. Sebaiknya jangan tunda lagi pernikahanmu dengan wanita yang ditunjuk oleh kakek. Kamu pasti tau akibatnya, kan?]

Apa lagi ini?

Daffa hanya bisa menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Dia memijit dahinya yang mendadak pening.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Neng Aulia

Neng Aulia

seneng. bgt bc novel2mu Thor,kt2ny sederhana ,lugas dan tertata rapi trus nama2 tokohny bagus2...💪💪

2023-09-02

0

Lusia Wulandari

Lusia Wulandari

apa kira kira gadis pilihan sang kakek adalah Crystal ?

2023-05-20

0

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

kasian dah Cristal

2023-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!