Wanita yang mengobrol dengan Wu Bai Hu menatap tajam ke arah gadis itu. Meskipun tidak terlalu kentara, tetapi perubahan sikapnya terlihat sangat jelas.
"Dia orang yang kebetulan lewat saja. Masuklah, Hua He."
Gadis itu pun menurut dia tidak melawan perintah wanita itu. Walaupun sebenarnya masih ingin berkenalan dengan Bai Hu, dia melangkah pelan masuk ke dalam rumahnya. Sebelum menutup pintunya, dia melirik ke arah Wu Bai Hu sebentar.
Suara burung gagak terdengar sangat keras setiap kali ada penduduk yang datang dalam wujudnya yang asli. Setelah kakinya mendarat di tanah, mereka berubah menjadi manusia.
Pemandangan ini begitu menarik bagi Wu Bai Hu, tetapi dia tidak ingin terlihat heran. Suara perutnya yang lapar berbunyi cukup keras hingga terdengar oleh wanita penjual makanan yang sedang bersamanya.
"Sepertinya kamu benar-benar lapar, Anak Muda. Siapa namamu?" tanya wanita itu.
"Namaku Bai Hu." Wu Bai Hu menghilangkan marganya agar tidak diketahui jika dia berasal dari Klan Wu.
"Aku Xin Yuan dan yang tadi adalah putriku Hua He. Kamu tunggu di sini aku akan segera kembali."
Xin Yuan berjalan meninggalkan Wu Bai Hu. Dagangannya masih banyak, dia membawanya berkeliling untuk menjualnya. Seperti yang dia katakan sebelumnya, tidak butuh waktu lama dia pun kembali.
Malam semakin gelap dan tidak ada nyala api di tempat itu. Ras gagak api tidak memasang lentera di luar rumah mereka. Suasana terasa semakin mencekam setiap kali terdengar suara gagak yang datang.
Xin Yuan membawa Wu Bai Hu masuk ke dalam rumahnya. Suasana di dalam rumah tidak jauh berbeda dengan di luar rumah. Meskipun ada lentera, tetap saja nuansa gelap itu masih terasa. Sinar redupnya tidak mampu menerangi ruangan yang cukup luas itu.
'Aku seperti sedang berada di dalam rumah seorang penyihir. Apakah ras gagak api memang penyihir?' Wu Bai Hu berhati-hati menjaga perilakunya. Tiba-tiba saja rasa laparnya lenyap dan bersikap waspada.
Hua He berjalan mendekatinya ketika Xin Yuan sedang tidak berada di tempat. Mereka hanya tinggal berdua saja, tidak ada orang lain di tempat itu.
Hua He datang menghampiri Wu Bai Hu dan melihat ke sekelilingnya. Saat ini Xin Yuan belum kembali dan masih sibuk di ruangannya.
"Bai Hu, jangan kamu makan bubur yang berwarna merah. Nanti kamu bisa terpengaruh oleh sihir ibuku," bisik Hua He.
Wu Bai Hu terkejut mendengar ucapan Hua He. Melihat wajahnya yang tegang, dia yakin jika gadis itu tidak berbohong padanya.
'Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis ini? Dia tidak memiliki aura jahat dan ciri-ciri tubuhnya pun tidak sama dengan ras gagak api lainnya.' Wu Bai Hu menatap Hua He lekat-lekat.
"Apa yang terjadi padamu?" bisik Wu Bai Hu.
Belum sempat Hua He menjawabnya, Xin Yuan sudah datang menghampiri mereka. Dia membawa nampan berisi makanan untuk Wu Bai Hu.
Mereka bertiga berjalan menuju ke sebuah meja yang berada di sisi ruangan. Xin Yuan mengambilkan mangkuk kosong untuk Wu Bai Hu dan memintanya untuk memilih makanan yang dia sukai. Ucapan Hua He masih terngiang di telinganya.
Wu Bai Hu tidak bisa melihat bubur yang disajikan untuknya dengan jelas. Warna merah dan putih terlihat samar hingga Hua He datang membawakan lentera dan memasangnya di dekat meja makan. Dia sengaja melakukannya agar Wu Bai Hu bisa melihat dengan jelas makanannya.
Bubur itu akhirnya terlihat jelas. Wu Bai Hu bisa membedakan bubur merah dan putih. Dia memindahkan bubur putih dengan sendok ke dalam mangkuknya.
Xin Yuan terus menatapnya. Ada perasaan kecewa yang berusaha ditutupinya. Dengan memilih bubur putih, maka tidak ada kesempatan baginya untuk mempengaruhi Wu Bai Hu.
Xin Yuan memperbolehkan Wu Bai Hu menginap di rumahnya. Dia bisa menginap di ruangan itu karena tidak ada lagi kamar untuknya. Di rumahnya hanya ada dua kamar yang telah ditempati olehnya dan Hua He.
Malam itu, Wu Bai Hu tidur di dalam ruang tamu tanpa menggunakan alas tidur dan selimut. Rasa lelah membuatnya mengabaikan dinginnya lantai dan hawa udara dingin yang menyapu tubuhnya.
Hua He menggunakan sihirnya untuk membuat Xin Yuan tidak bisa terbangun hingga pagi hari. Dia menambahkan dupa penenang yang menyala di kamarnya. Setelah semuanya beres, dia berjalan menghampiri Wu Bai Hu.
"Heh, bangunlah!" bisik Hua He sambil menggoyangkan tubuh remaja itu.
Wu Bai Hu bangun dengan malas sambil menggosok-gosok matanya. Matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan untuk melihat dalam gelap.
"Hua He!" pekiknya terkejut.
Tidak ingin ada yang mendengarnya, Hua He menutup mulut Wu Bai Hu. Setelah kondisinya tenang, dia melepaskan bekapan tangannya.
"Jangan berisik! Aku berencana untuk kabur dari sini. Sudah terlalu lama aku terjebak di tempat ini," jelas Hua He dengan suara pelan.
Wu Bai Hu membelalakkan matanya. Lagi-lagi dia salah memilih tempat untuk singgah. Menjadi penghuni baru di dunia spiritual membuatnya harus beradaptasi. Kehidupan yang dia jalani saat ini tidak sama dengan kehidupannya sebagai Felix Chow sang penguasa dunia gelap.
"Baiklah! Apa yang harus kita lakukan? Aku masih kecil. Tidak terlalu pandai membuat strategi." Wu Bai Hu kembali berbohong. Ketidaktahuannyalah yang memaksanya untuk berpura-pura bodoh. Masih banyak misteri tentang alam barunya yang belum dia ketahui.
"Tidak perlu risau, Adik kecil. Aku yang akan mengatur segalanya," bisik Hua He.
'Hah, adik kecil? Di dunia manusia aku adalah pria dewasa yang telah menaklukkan banyak wanita cantik. Mengingat tubuh ini sangat lemah, aku tidak berani mengganggumu.' Wu Bai Hu mengagumi mata indah Hua He. Naluri liarnya sebagai pria dewasa berfantasi tentang itu. Namun, dia segera menepisnya karena tujuannya masih sangat jauh.
Hua He membawa Wu Bai Hu masuk ke ruang samping dan keluar dari pintu rahasia. Di depan rumah mereka adalah jalanan ramai yang selalu dijaga oleh pasukan gagak api. Mereka akan tertangkap dengan mudah jika keluar melalui pintu depan.
Di belakang rumah Xin Yuan ada jalan setapak yang mengarah menuju ke hutan yang berada di samping perkampungan. Hua He berencana untuk kabur ke sana. Rencananya ini sudah direncanakan sejak lama, tetapi dia tidak memiliki nyali untuk keluar malam seorang diri.
Wu Bai Hu mengikuti langkah pelan Hua He dan mengendap-endap di kegelapan malam. Mereka merasa lega setelah melewati perbatasan kampung dengan aman.
Ketika mereka berada di pinggir hutan, tubuh Hua He berubah menjadi seekor burung phoenix berbulu putih yang bersinar di dalam kegelapan. Wu Bai Hu terkejut melihatnya, hampir saja dia berteriak.
"Cepat, naiklah ke punggungku! Kita harus segera pergi dari sini sebelum ada yang melihatnya." Hua He menundukkan tubuhnya.
Wu Bai Hu menurut saja walaupun tidak tahu akan dibawa ke mana oleh Hua He. Melihat dari sikapnya, dia tidak memiliki niat yang jahat. Dia mencoba mempercayainya.
Mereka terbang masuk ke dalam hutan menjauhi perkampungan gagak api.
"Arrgh!" pekik Hua He.
Laju terbangnya mulai melambat dan tidak bisa menjaga keseimbangannya. Hua He tidak kuat lagi untuk terbang dan mendarat kasar di tanah. Sayap sebelah kiri bagian dalam terluka dan mengeluarkan darah.
"Kakak! Apa yang terjadi padamu?" tanya Wu Bai Hu panik.
****
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments