Wu Bai Hu menyelam ke kedalaman menuju ke arah cahaya yang berkilau. Cukup lama dia mencari benda itu karena pembiasan cahaya di dalam air membuatnya sulit untuk memperkirakan jarak.
Tangan Wu Bai Hu meraba-raba dasar danau berbatu dengan mata dalam keadaan terpejam. Matanya tidak sanggup lagi untuk melihat di dalam air dalam waktu yang lama. Sambil menahan nafas, tubuhnya terus berputar mengikuti kemana tangannya bergerak.
Oksigen yang tersimpan dalam saluran pernapasannya kian menipis membuatnya merasa putus asa saat tidak kunjung menemukan benda yang diincarnya. Saat hampir menyerah ujung jarinya menyentuh sesuatu dan menuntunnya untuk mengambilnya. Wu Bai Hu mendekatkan benda kecil itu ke depan wajahnya, meskipun matanya tertutup dia bisa merasakan terangnya.
Merasa benda itulah yang dia cari, Wu Bai Hu segera naik ke permukaan. Dia menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum berenang ke tepi. Nafasnya tersengal dan terbatuk beberapa kali karena terlalu lama berada di dalam air. Setelah keadaannya membaik, dia segera berenang ke tepi dan melihat benda yang dia dapatkan.
Dari luar benda bersinar itu terlihat seperti sebuah batu apung yang ditumbuhi oleh rumput yang bersinar. Sinarnya menjadi redup dan padam setelah Wu Bai Hu mencabut rumput itu. Wajahnya terlihat kebingungan saat melihat perubahan yang terjadi.
"Apakah rumput air ini bersinar karena batu yang ditempelinya? Ataukah ada sesuatu yang membuatnya bersinar di dalam batu ini?" Wu Bai Hu membolak-balikkan batu itu.
Secara tidak sengaja, Wu Bai Hu menjatuhkannya dan membuatnya pecah berantakan. Di antara puing-puing batu itu terdapat sebuah cincin yang terbuat dari perak.
"Cincin?" Wu Bai Hu membungkuk untuk mengambil cincin itu.
Bentuk dari cincin itu terlihat sederhana. Wu Bai Hu membersihkannya dari sisa-sisa batu dan kotoran yang menempel. Ukurannya terlalu besar untuk jari manisnya. Setelah mencobanya beberapa kali, cincin itu terlihat pas di jari tengah tangan kanannya.
Sesaat setelah memakai cincin itu, dia melihat benda-benda di dalam ingatannya. Berbagai benda-benda kuno dan sekotak koin emas tergambar di sana. Wu Bai Hu bertanya-tanya di dalam hati, apakah semua benda-benda yang berada di dalam cincin itu adalah nyata
Wu Bai Hu mencoba memikirkan untuk mengambil beberapa buah koin emas yang tergambar dalam ingatannya. Dia menggosok cincin itu sambil memikirkan jumlah koin yang di inginkannya. Tiba-tiba muncullah koin emas yang dia inginkan di telapak tangannya.
"Wow, ajaib!" Wu Bai Hu terlihat sangat senang. Dia ingin mengembalikan koin emas itu ke dalam cincin dimensinya. Hanya dengan memikirkannya saja koin itu telah berpindah kembali ke dalam cincinnya.
Tidak berhenti sampai disitu saja, dia yang masih merasa penasaran mencobanya pada benda-benda lain disekitarnya. Wu Bai Hu memegang benda yang ingin dia masukkan lalu mengeluarkannya lagi. Dia terlihat begitu senang seperti sedang menemukan sebuah mainan baru.
"Ahha! Aku bisa menyimpan apapun di sini dengan aman. Benda kecil ini begitu menakjubkan!" Matanya tidak henti-hentinya mengamati cincin yang melingkar di jari tengahnya itu dengan perasaan gembira.
Matahari terus merangkak naik dan sinarnya mulai terik. Bibirnya tidak terasa panas lagi tetapi perutnya merasa sangat lapar. Setelah ini Wu Bai Hu tidak ingin sembarangan memakan buah-buahan yang tidak dikenalnya.
Di dalam danau tidak tampak ikan yang muncul ke permukaan. Kalaupun ada tentu jumlahnya tidak banyak. Dia harus bersabar dan menahan rasa lapar hingga menemukan sesuatu untuk di makan.
Seorang keturunan ras harimau terbiasa untuk tidak makan setiap hari. Mereka memiliki pencernaan yang lambat dan dalam sekali makan mereka bisa menahan lapar hingga beberapa hari. Kebiasaan Felix Chow sebagai manusia masih terbawa, dia merasa ada yang kurang jika dia tidak makan setiap hari meskipun perutnya masih kenyang.
Dia berjalan meninggalkan danau itu dan melanjutkan perjalanannya menuju ke Gunung Jinjiang. Wu Bai Hu menikmati perjalanannya dengan langkah yang ringan.
Kakinya terasa sangat lelah karena berjalan seharian. Beberapa kali dia berhenti untuk mengambil minum dan beristirahat sejenak.
Hari hampir gelap, setelah berputar-putar mencari persinggahan akhirnya Wu Bai Hu menemukan sebuah desa kecil yang hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Dia terus berjalan dan berharap bisa bertemu dengan seseorang yang bisa memberinya tempat untuk menginap.
Dunia spiritual memiliki banyak perbedaan dengan dunia manusia. Makhluk di tempat ini tidak suka beramah tamah dengan pendatang yang belum dikenalnya. Semua orang dinilai berdasarkan kekuatannya. Semakin dia kuat maka dia akan semakin terhormat dan memiliki kedudukan yang tinggi.
Tidak ada yang menyapa Wu Bai Hu meskipun mereka melihatnya. Bahkan seorang penjual makanan keliling pun tidak menawarkan dagangan kepadanya ketika berpapasan. Mereka benar-benar acuh dan memandangnya sebelah mata.
'Kulihat wajah baruku sangat tampan, mengapa mereka tidak melirikku sedikitpun? Apakah karena aku hanya seorang remaja kecil yang tidak berpengalaman?' Wu Bai Hu melirik ke arah seorang gadis yang menghentikan pedagang itu.
Pedagang itu terlihat ramah kepadanya dan mereka mengobrol seperti seseorang yang saling mengenal. Wu Bai Hu memberanikan diri untuk mendekati keduanya dan berkenalan. Jika dilihat dari dekat, mata mereka memperlihatkan aura yang sangat menakutkan.
"Selamat malam, Nyonya! Bolehkah aku membeli makanan ini?" tanya Wu Bai Hu sopan.
Wanita penjual makanan itu menatapnya tanpa berkedip hingga beberapa saat. Dia lalu mengangguk. Makanan ini hanya dijual dan dikonsumsi oleh ras gagak api. Rasanya sangat pedas dan terasa membakar lidah penikmatnya. Di luar ras gagak api tidak akan menyukainya.
"Kelihatannya kamu bukan berasal dari ras kami. Aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu, tetapi makanan ini tidak disukai oleh ras-ras yang lain," jelas wanita itu.
Wu Bai Hu meletakkan kembali beberapa tusuk makanan yang diambilnya. Mengingat pengalamannya sebelum ini, dia tidak ingin sembarangan memakan makanan yang belum pernah dilihatnya. Dunia tempatnya hidup saat ini sangat berbeda dengan dunia manusia dan dia harus berhati-hati.
"Apakah aku akan menjadi gila jika memakannya?" tanya Wu Bai Hu setengah bercanda.
Wanita paruh baya itu menutup mulutnya saat tertawa. Tingkah konyol Wu Bai Hu semakin membuatnya yakin jika dia bukan berasal dari ras itu. Namun, dia tidak merasa keberatan untuk menjawab pertanyaannya.
"Bukan hanya gila. Rasa pedas dari makanan ini bisa membuat kepala seseorang berputar-putar. Kamu boleh mencobanya satu, aku akan memberikannya secara cuma-cuma." Wanita itu mulai bersikap ramah pada Wu Bai Hu.
Mengingat cerita wanita itu tentang makanan pedas yang dia jual, Wu Bai Hu berpikir seribu kali untuk memakannya. Dengan segera dia pun menjawab, "Tidak, tidak, terimakasih."
Wu Bai Hu tidak mengatakan hal yang sebenarnya tentang siapa dirinya. Dia memang mengatakan kepada wanita itu jika dia bukan berasal dari ras gagak api, tetapi dia tidak menjelaskan dari mana dia berasal. Untuk menghindari pertanyaan yang menyudutkan, dia berpura-pura lupa siapa dirinya dan berharap siapapun tidak akan banyak bertanya lagi dan merasa iba padanya.
"Anak yang malang. Apakah kamu ingin mencari keberadaan keluargamu?" tanya wanita itu dengan rasa empati yang terlihat jelas di wajahnya
Wu Bai Hu mengangguk, dia berharap setelah ini dia bisa mendapatkan tempat untuk bermalam.
"Siapa dia, Ibu?" Seorang gadis bermata indah tiba-tiba datang dan menghampiri keduanya.
Wu Bai Hu merasakan aura yang berbeda dari mata birunya. Tampaknya dia juga bukan keturunan ras gagak api.
****
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments