*Telah Revisi*
Setiap beberapa waktu, sekumpulan goblin akan mendekat ke desa untuk mendapatkan makanan. Mereka yang datang biasanya goblin yang lemah dan tidak dapat bersaing dengan sesama jenisnya. Mereka sangat lemah, pria dewasa biasa dapat mengalahkan mereka dalam pertarungan satu lawan satu. Namun, bahkan anak-anak akan berbahaya jika diberi senjata.
Melihat daun oranye yang mulai berguguran, musim gelombang goblin tersebut seharusnya datang tidak lama lagi.
Melihat teriknya matahari, dia menyenderkan cangkul ke pundak, perlahan pulang kerumah. Hari ini terasa sangat panas seolah matahari tengah mendekat ke bumi. Tidak, mungkin justru sebaliknya. Berfikir lagi soal hal itu, apakah kalian pernah bertanya-tanya apakah sains itu benar-benar nyata? Bagaimana jika sebenarnya luar angkasa itu sebenarnya tidak ada. Sementara bintang-bintang yang biasa kita lihat dimalam hari itu sebenarnya mata dari entitas horor yang tengah mengawasi kita? Bukankah itu agak menakutkan? Hehehe, tidak peduli apapun itu, dunia diluar sana akan selalu menakutkan.
Bahkan jika benar seperti itu, mengapa para entitas itu tertarik dengan bumi? Sihir? Teknologi? Manusia? Kurasa tidak ada yang menarik dari tiga hal itu. Kecuali ada artefak tertentu yang sengaja di sembunyikan di antah-berantah (bumi). Atau mereka tengah mencari pengikut dalam jumlah besar. Selain manusia, tidak ada yang entitas lain menganggap kehidupan manusia itu berharga. Hm, kebanyakan manusia akan berfikir kalau dirinya adalah pusat alam semesta. Kadang-kadang ia merasa itu konyol. Karena itulah muncul sebuah ide yang disebut kepercayaan dan keagamaan. Sebenarnya tuhan itu menciptakan makhluk yang spesial bernama manusia. Namun kebenarannya hanya bisa kita ketahui ketika kita sudah mati. Sementara idealisme, dan ideologi hanyalah kepercayaan buta seseorang terhadap dunia. Atau bisa dibilang sebagai cara untuk hidup.
Pernyataan itu sendiri juga tidak berlaku untuk ku. Pada dasarnya aku sudah mati, dan hanya mengalami reinkarnasi. Percaya atau tidak, semuanya ini memuakkan. Rasanya seperti aku bisa menghancurkan dunia ini dan tidak akan ada yang keberatan. Karena aku manusia, aku tidak percaya kalau kemanusiaan itu harus dipertahankan. Bagaimana jika aku lahir sebagai spesies lain? Contohnya saja Lobster, apakah aku harus pergi ke sana kemari dengan papan "Lobster Live Matter"? Haa... Kemanusiaan itu hanyalah simbol dari keegoisan ras manusia.
Aku percayai dengan entitas yang disebut tuhan, namun lebih dari itu aku tidak mengetahuinya lebih dari itu. memang benar, aku menutup mataku sendiri. Agama hanyalah pemandu kehidupan moral antara sesama manusia, bukannya tuhan. Hubungan antara tuhan dan manusia itu jauh lebih sederhana dari pada penjelasannya. Namun, manusia suka membuat kehidupan sendiri bertambah rumit. Percayalah---
Jika kamu memiliki waktu untuk berdiam diri dan merenung, maka kamu akan merasakan betapa dekatnya si Dia dengan kita.
Ngomong-ngomong, mengapa i mengatakan semua ini? entahlah, ia juga tidak tahu. Itu adalah pemikiran yang tiba-tiba terlintas dibenaknya.
"Oi, Antares! Ayo main!"
Anak yang berteriak itu merupakan salah satu teman mainnya Antares didesa. Dia tengah berkumpul dengan anak-anak sebaya lainnya. Dilihat dari wajahnya, sepertinya mereka sedang bosan dan tidak tahu mau melakukan apa.
Antares melambaikan tangan, dan menolak ajakan itu dengan halus. Bukannya tidak mau bermain, hanya saja ia harus mengistirahatkan badannya.
… … … … … … … …
"Aku pulang." Seperti biasa, tidak ada orang dirumah pada jam segini.
Antares segera mengambil segelas air di dapur kemudian merebahkan diri dikamar. Tanpa terasa, ia terlelap dalam tidur panjang tanpa mimpi.
Pada dasarnya, kedua orang tuanya sudah tiada. Maksudnya orang tua yang melahirkan tubuh ini.
… … … … … … … … … … …
Seorang pemuda berlari di jalan yang sepi. Memasuki gang dengan wajah pucat dan panik. Nafasnya tersengal tak karuan. Sayangnya dia menemui jalan buntu. Ketika berbaik, sosok hitam dengan mata menyala perlahan mendekat. Sebilah pisau ditangannya memantulkan cahaya sekitar dengan dingin. Sementara wajahnya menyeringai lebar.
"A---" si pemuda hendak berteriak. Namun pria itu entah bagaimana sudah berdiri tepat didepannya. Membungkamnya dengan satu tangan, dan tangan lainnya berada di mulutnya sendiri. Seakan meminta pihak lain untuk diam.
Si pemuda terpaksa diam seperti perintah dari pria itu. Wajahnya pucat pasi dengan mata melebar yang selalu bergetar, juga keringat dingin mengalir deras di punggungnya. Sosok pria itu menyeringai lebar. Kemudian, rasa sakit mulai membakar dadanya.
Rasa sakit itu seperti menyentak Antares bangun dari tidur. Seolah ia sendiri yang mengalami pengalaman tersebut.
"Uh..." Mimpi, tadi itu hanya mimpi... // Pikirnya sembari mengucek mata. Antares sudah sering bermimpi sesuatu semacam itu. Hanya saja ia tak pernah tahu apa makna didalamnya. Dimasa lalu, ia akan menjadi sangat ketakutan setelah mengalami mimpi semacam itu, namun kini Antares membiarkannya berlalu begitu saja.
Antares segera mengangkat badanku, duduk tepat samping jendela. Matanya menyipit ketika cahaya dari segala penjuru datang kepadanya. Otot-otot di ujung kelopak mata Antares seperti berkedut tiada henti. Ia memalingkan wajahnya, kemudian beranjak dari tempat tidur setelah jeda sejenak.
Kedua orang tuanya telah tiada 2 tahun lalu, karena serangan sejumlah Goblin yang cukup kuat. Hari itu merupakan tragedi dimana hampir 20 orang tewas, termasuk anak-anak. Pada hari itu juga Antares membangkitkan skill unik ini, atau bisa juga disebut Talent. Hari itu juga pertamakalinya ia membunuh mahkluk hidup. Pada hari itu pula, ia menjadi seorang Night Watcher.
Antares mendapatkan kemampuan Goblin Warrior level 11. Ah, sebagai pembanding, seorang petani terkuat didesa ini hanya berlevel 3. Sejak saat itu, ia mendapatkan peran sebagai penjaga (watcher). Nah, sisi baiknya Antares bisa belajar memanah dan bertarung dari pemburu dan petualang yang sesekali datang kemari dalam misi pengawalan. Sayangnya mereka hanya berada di desa selama sehari. Sehingga ia tidak bisa mendapatkan kartu anggota yang lain. Itu hanya sampai, Dia memberikan sebuah skill unik kepada Antares. Namun, si bocah tidak begitu banyak menggunakannya.
Selama 2 tahun terakhir, ia hanya menyimpan 5 kartu saja. Goblin Warrior, Serigala Hutan Besar, Harimau Api, Pemburu dari desa, dan salah satu petualang yang datang kemari. Statistik atributnya merupakan gabungan dari 5 kartu tersebut ditambah 1.
Hal pertama yang ia lakukan setelah bangun tidur, ialah mengambil segelas air. Kami mendapatkan air dari sumur yang tersedia, rasanya sangat menyegarkan ibaratkan embun di pagi hari. Mungkin karena lingkungannya yang masih asri. Sayangnya, hanya airnya saja yang mendapatkan nilai positif. Setiap pagi, Antares akan sarapan bubur gandum yang dicampur sedikit tanaman herbal dan potongan daging kering yang dipanaskan. Kadang ia tidak mau repot memanaskannya dan memakannya begitu saja. Siang hari, Antares hanya makan buah-buahan. Kemudian sore, para wanita akan memasak bersama dan kami akan mengadakan pesta kecil-kecilan. Beruntungnya dia belum pernah sakit sampai hari ini, dengan diet semacam itu. Badannya juga tumbuh dengan sehat.
Antares tidak begitu membenci kehidupan didesa. Terutama jika ia memiliki pekerjaan tetap dengan bayaran yang lumayan. Poin negatifnya, ia tidak memiliki banyak sarana hiburan. Smartphone, pc, game konsol... ia sangat ingin memainkannya lagi!
Selesai meneguk air, Antares berjalan keluar dengan apel merah ranum di mulut.
Desa ini hanya terdiri dari 130 keluarga yang kebanyakan petani dan peternak. Karena belum adanya sistem kontrasepsi, banyak anak-anak yang berlalu lalang di sekitar desa. Hm, mungkin komposisi desa ini adalah 4:1 antara anak-anak dan orang dewasa. Selain itu, anak yang mencapai usia 15 tahun sudah dianggap dewasa di kerajaan. Dengan kondisi desa yang masih terbelakang, anak 15 tahun memang sudah memiliki mentalitas orang dewasa. Atau bisa dibilang, mereka dipaksa untuk menjadi dewasa secepat mungkin oleh lingkungan. Jika kita membicarakan anak bangsawan yang sehari-harinya dimanjakan, mentalitas mereka akan mirip dengan anak-anak modern diera komputer dan informasi.
Kekurangan membuat seseorang berkembang, kalimat itu memang tidak salah.
"Antares, kamu mau pergi ke post?" Seorang anak seusia Antares melambaikan tangannya dengan senyum lebar.
Si bocah memberikan anggukan padanya sebagai jawaban. "Hm-mm, kemana teman-teman mu yang lain?"
"Hehe, mereka sedang dimarahi oleh kakek tua Steve."
"Benarkah, apa kalian ingin menjelajahi hutan lagi?" tanyanya dengan tawa kecil.
"Hehehe, kami juga ingin menghajar para Goblin itu sepertimu!" Katanya dengan malu-malu.
Antares hanya bisa tersenyum mendengar kalimat anak tersebut, juga mengacak-acak rambut temannya itu dengan tangannya. "Kalian bisa mulai menjelajahi hutan kok, kalau kalian sudah bisa mengalahkan Steve."
"Eeh, tapi Steve itu sangat kuat lho! Entah berapa tahun lagi hingga kami bisa mengalahkan pak tua itu!" si bocah merengut kesaal.
"Kalau begitu pendam saja harapan kalian untuk menjelajahi hutan sampai kalian dewasa~" kata Antares sembari berjalan meninggalkan anak tersebut.
"Kamu mau pergi ke post, Antares? Tunggu, aku ikut!"
Hanya seperti itu dan seorang anak mengekor di belakangnya. Satu orang, sudah cukup untuk membuatnya merasa sibuk sepanjang hari.
Hari masih panjang dengan matahari baru mencapai pertengahan sisi barat. Tugasnya sebagai penjaga malam masih belum dimulai, tidak ada kewajiban bagi Antares untuk pergi ke post saat ini. Satu-satunya alasan mengapa ia pergi kesana ialah, melihat teman-temannya yang tengah dimarahi Steve!
Hahahaha!
Tidak, ada barang baru yang disiapkan kepala desa seharusnya datang hari ini. Antares ingin tahu apakah itu sudah sampai, dan kalau sudah sekalian mencobanya.
Ah, Antares juga menyempatkan diri untuk memutari sisi luar desa sesekali. Kami tinggal didesa perbatasan yang berbatasan langsung dengan hutan besar dan negara tetangga. Tidak ada pagar yang melindungi desa, melainkan padang terbuka yang ditumbuhi gandum. Pada dasarnya, ladang gandum tersebut berada di halaman belakang dari suatu rumah. Jadi, setiap keluarga memiliki lahan pertanian seluas itu. Satu-satunya alasan mengapa para petani tidak memiliki kekayaan yang besar ialah jarangnya pedagang yang melewati daerah ini, dan pajak dari bangsawan yang tidak masuk akal. Biasanya mereka akan mengambil 50% hasil panen untuk pajak dihari biasa, dan bisa mencapai 80% ketika masa perang tiba.
Kami jauh dari perbatasan, namun karena sistem militer kerajaan yang ala kadarnya, para penduduk sering dipanggil untuk ikut berperang. Satu-satunya alasan mengapa ia tidak ikut wajib militer, karena Antares masih 11 tahun. Masih ada beberapa tahun lagi sampai saat itu tiba. Dan sebelum itu terjadi, mungkin negara ini sudah berganti nama.
"Hei Antares, apakah menjadi penjaga itu menyenangkan?" Pertanyan itu membangunkan Antares dari lamunan.
"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" Tanyanya dalam pandangan lurus kedepan.
"Tidak, setiap pagi, aku selalu melihatmu kelelahan. Jadi kupikir bertugas sebagai penjaga pasti berat."
"Oh, sebenarnya tidak begitu berat. Aku hanya kelelahan saja."
"Benarkah? Bagaimana kamu bisa kelelahan kalau tugasnya tidak berat?"
"Hm, entahlah aku juga tidak tahu... kadang kamu bisa merasa lelah bahkan ketika tidak melakukan apapun seharian. itu aneh 'kan?" Ia hanya bisa memasang ekspresi tersenyum diwajah. Ia hanya kesulitan untuk menjelaskannya.
Tidak lama kemudian pondok kayu kecil yang ramai nampak didepan keduanya. 3 orang dewasa tengah bercakap-cakap dengan dibawah menara kayu setinggi 4 meter. Masing-masing terlihat cukup kuat dengan badan besar berisi juga tinggi. Saat ini tinggi Antares hanya 140 cm, dan disamping mereka ia sejajar dengan pinggang mereka. Itu sedikit lebih baik karena tahun lalu, Antares benar-benar harus menatap langsung ke sepasang telur mereka. Untuk sesaat, ia berfikir kalau darah raksasa mengalir dalam badan mereka, namun tidak memberikan nilai plus pada atribut sihir, hanya fisik. Bisa dikatakan tinggi rata-rata pria disini sekitar 180-190 cm.
Nah, mereka segera menyadari kedatangan kedua anak tersebut, lalu pria didepan segera menyapa dengan senyum lebar.
"Jadi, dimana rekan-rekan malang kami yang dimarahi Steve?" Tanya Antares dengan seringai lebar.
"Haha, mereka sedang dipaksa berolahraga disana." Salah satu pria menunjuk ke kebelakang dengan ibu jarinya. Sementara beberapa pria lain tertawa mendengarnya. Tepat saat itu juga, Antares bisa mendengar suara parau Steve yang keras.
"Kau bilang ingin menjelajahi hutan dengan kaki selembek itu, ha! Jangan mimpi, bocah!"
"Oh, sudah lama aku tidak mendengar Steve bersemangat seperti itu. Apakah dia sudah sadar kalau sebentar lagi akan mati?"
"Hei Ant, kau tahu bagaimana reaksi kakek itu kalau mendengar ucapanmu, hahaha. Pergilah, kami tahu kalau kamu ingin melihat 'kegiatan' mereka."
"Tentu saja."
Antares segera pergi ke belakang pondok. Di desa ini, ada 4 pondok semacam ini yang digunakan sebagai kabin penjaga. Satu di setiap sisi. Antares biasanya mendapatkan jatah di sisi utara desa yang berhadapan langsung dengan hutan besar. Yeah, sekilas mereka ingin menjadikan ia sebagai tumbal atau semacamnya. Namun sebaliknya, mereka sadar kalau Antares jauh lebih kuat dari mereka. Mereka juga tidak terlalu menaruh curiga karena eksistensi talent yang sudah dikenal luas.
Di halaman belakang, ia bisa melihat sepuluh anak yang tengah melakukan posisi squat dengan lutut dan pinggang ditekuk 90 derajat. Dan tangan kedepan dengan batu besar di telapak tangan.
"Yo Steve, dapat murid baru? Kurasa memang sudah saatnya kamu pensiun dan membuka sanggar bela diri." Kata Antares dengan senyuman lebar
"Hum! Kurasa aku harus mulai dengan menanam beberapa pengarahan di kepala kosong itu, bocah tengil!" Pria tersebut seharusnya sudah mencapai usia senja dengan rambut yang sepenuhnya berubah putih. Namun badannya masih seperti ketika di masa jayanya. Pakaiannya sama sekali tidak menyembunyikan otot besar yang menjadi simbol kebanggaannya. Dia merupakan pemburu terbaik di di desa Astera yang berhasil mencapai level 8 dengan kesehariannya sebagai Hunter.
Dia setara dengan petualang kelas besi. Tanpa kartu, Steve jauh lebih kuat daripada Antares. Namun itu bukan berarti Antares akan kalah dalam duel. Itu akan beda cerita kalau ia menghadapi seseorang dengan level 15
"Ah, dia bilang ingin ikut latihan." Kata Antares sembari menunjuk ke anak dibelakangnya dengan ibu jari.
"Eeeeeeeh!"
"Oh, akhirnya ada anak yang bersemangat juga! Kemarilah Febri, aku akan melatihmu hingga mampu mengalahkan setiap monster yang datang ke desa ini! Muahanahaha!" Steve tertawa keras dengan membusung dada dan tangan di pinggang.
"Ti-tidak, anda salah dengar! Aku hanya ingin menonton Antares latihan! Tu-tunggu! Berhenti! Ber-berhenti mendekat! Tidak!!"
"Menyerah saja, dia hanya mendengar apa yang ingin dia dengar saja." Kata Antares tanpa banyak eskpresi sembari menikmati wajah putus asa Febri yang dibawa kakek tersebut.
Anak-anak yang lain melihat Antares dengan tatapan tajam, tapi juga bahagia. Mereka kesal karena harus menjalani regime keras Steve, namun juga bahagia karena penderitaan itu tidak hanya mereka rasakan sendiri. seperti kata pepatah, lebih baik tenggelam bersama-sama daripada sendirian.
Iitu juga salah satu sifat manusia. Salah satu dari 7 dosa besar, Kecemburuan.
"Kamu tidak ikut latihan, Anatares? Kami tahu kalau kamu itu kuat, namun kamu tidak akan selalu menjadi yang terkuat." Kata salah satu pria dewasa yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Antares. Mereka pasti tertarik dengan teriakan Febri beberapa saat sebelumnya.
Antares mengamati bagaimana Steve memaksa Febri untuk melakukan tiga latihan dasar, lari, squat, push up, dan sit up sebagai pemanasan. Jujur saja, bahkan pemanasan itu sudah menguras banyak tenaga. Itu membuatnya ingat hari-hari pertama saat Antares berlajar dengannya. Kenangan yang sangat ingin lupakan, tapi juga ia ingat.
"Aku tidak berniat menjadi manusia terkuat dimuka bumi. Tapi memang benar, aku harus selalu berlatih untuk bisa berkembang dan bebas." Mungkin itulah bedanya seseorang yang hanya puas dan seseorang yang bisa bersyukur...
"Kalau begitu, mengapa kita tidak berduel saja?"
Oi, kakek, bukankah telingamu cukup tajam? Bagaimana dengan murid-murid mu kalau ditinggal begitu saja? Ah, mereka sepertinya juga menantikan si kakek itu dipukuli. Bukankah terlalu banyak orang yang ingin melihatmu babak belur Steve, ha. Hehehe.
"Heh, tentu saja. Saber, Antares siap melayani mu~" Antares tidak bisa menahan seringai jahat di wajahnya! Ketika semua orang berkeringat dingin, bukan Steve namanya kalau tidak menerima tantangan dari Antares karena kebanggaannya. Tapi, karena kebanggaannya tersebut, dia jarang meminta duel dengan orang lain.
Kami segera mengambil jarak 3 meter antara satu sama lain cukup jauh dari semua orang. Si kakek langsung bersiap-sedia dengan tongkat kayu panjang dan fokus maksimal. Sementara Antares sendiri menggunakan pose kuda-kuda belakang dan posisi naga menukik turun. Semua yang orang melihat kearah kami berdua dengan mata berbinar mulai mengangkat tangannya.
"3! 2! 1! Go!"
""Mana Burst!""
Baik Antares juga Steve mengaktifkan skill [Mana Burst] untuk meningkatkan kemampuan tubuh. Mana yang mengalir kedalam senjata juga mengubah tongkat biasa tersebut menjadi senjata magis yang mematikan. Selain senjata mereka menjadi sedikit bersinar, tidak ada perubahan nyata yang nampak.
Steve dan Antares menyerang secara bersamaan, membuat kedua buah senjata saling beradu keras. Benturan keras antara kedua senjata tersebut menciptakan gelombang energi yang menghempaskan debu ke berbagai arah. Semua orang berseru dan melindungi mata mereka karena kepulan debu tebal terbang kearah mereka, namun keduanya sama sekali tidak menghiraukannya. Dorongan energi tak kasat mata bagaikan angin pagi yang menyegarkan tubuh.
Keduanya mengambil jarak satu sama lain, berdiam diri untuk mengambil nafas.
Bam! Bam! Bam!
Suara dentuman keras dihasilkan akibat dua buah senjata yang saling ditubrukkan. Dimana setiap serangan cukup kuat untuk menghancurkan batu berdiameter 3 meter. Kobaran api dan hembusan angin mewarnai pertarungan kami.
Innate atribut milik Antares ialah api, itu terlihat jelas semenjak pertama kali ia mencoba skill [Mana Burst] milik Steve. Antares juga mendapatkan elemen angin dari kartu Steve, dan elemen bayangan dari Goblin Warrior. Nah, ia sendiri tidak mengira akan mendapatkan jackpot dari si Goblin. Mengabungkan keduanya Antares bisa membuat [Fire Storm], [Hell Flame] dan [Wind of Decay], itu masih belum termasuk dengan penggunaan elemen dasar. Pada dasarnya ia bukan tipe inventor semacam itu, jadi pengguna elementalnya cenderung kasar dan kurang kreatif. Satu-satunya alasan Antares bisa menciptakan skill tersebut tidak lain karena kartu [World Memory].
"Bocah, kau tidak tahu diri seperti biasa, ha!" Steve berteriak tanpa menyembunyikan seringai lebar di ujung mulutnya.
"Hey, lebih keras dari ini dan tulang-tulangmu akan patah, kau tahu itu kakek?" Dan aku juga sama. Di era semacam ini, salah satu cara terbaik untuk meningkatkan dopamine ialah bertarung dengan lawan yang kuat!
"Terimalah bangsat!" Steve melakukan serangan besar vertikal dengan kedua tangan.
Antares mengambil satu langkah ke kiri, membiarkan serangan tersebut mengalir tepat di sampingnya, kemudian menusukan si tongkat perut bagian atas dari Steve.
(To be continue)
<< Status
Nama : Antares Oliviera
Umur : 11 tahun
Ras : Manusia
Julukan : • Innocent Monster • Guardian of Astera Village • Servant of Concealment
Level : 5
Atribute
Strength : 59
Vitality : 52
Dexterity : 41
Magic : 30
Unique skill : • World Memory
+ Card :
- Steve the Huntsman : • Dragon Blood • Mana Burst • Wind Atribute
- *** the Silver Saint : • Sword Mastery • Regeneration
- Great Forest Wolf : • Dash • Wind Rider
- Goblin Warrior : • Dark Atribute • ***-Drive • Accelerate Growth
- Flameblood Tiger : Fire Atribute • Heat Force
Skill :
- Mana Burst
- Firestorm
- Wind of Decay
- Hell Flame
>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments