Ch. 4 Menjelang Pertengahan Malam

(telah direvisi)

Apa yang akan kalian lakukan jika seseorang berkata pernah mati sebelumnya? Aku tidak akan mempercayainya dan memintanya menceritakan pengalamannya di dunia lain. Tidak, aku akan setengah mempercayainya karena alasan tertentu. Setelah melewati proses reinkarnasi itu, aku akan mempercayainya seratus persen, karena aku sudah pernah mati. Tapi, agak lain ceritanya kalau master yang mengatakannya...

"Kamu pernah mati?" tanya Antares dengan skeptisisme mencapai puncaknya.

"Mm-mm" jawabnya dengan anggukan kuat.

"Oh, mungkin maksudnya kamu mati lalu bereinkarnasi atau semacamnya? Aku bisa mempercayainya kalau begitu." Lagipula itulah yang kemungkinan besar terjadi. Antares tidak mau pusing karena memikirkannya.

"Tidak, aku pernah mati didunia lain sekali, lalu bereinkarnasi sekali, kemudian mati lagi sekali, sampai saat ini. Lupakan saja kalau kamu tidak percaya. Memang, kamu sedang memikirkan apa, kaya berat banget?"

Mati sekali, bereinkarnasi sekali, lalu mati lagi. Dia tidak bereinkarnasi lagi, ataupun dibangkitkan dengan sihir tertentu. Itu berarti dia masih dalam keadaan mati hingga saat ini. Itu cukup beralasan. Mungkinkah Antares membayangkan sosok hantu yang muncul dalam berbagai media. Namun melihat Ren lebih jelas, dia terlalu mengerikan untuk menjadi sekedar "hantu."

Ren sedikit memiringkan kepalanya.

Penampilannya terlalu nyata untuk seorang hantu. Kakinya juga napak tanah. Aura, suhu tubuh, saliva, semuanya mirip dengan mahkluk hidup normal. Walau dia sering tiba-tiba muncul dibelakang orang seperti hantu, tapi rasanya, konsep hantu agak kurang tepat untuk mendefinisikan Ren

"Kamu bisa menyebutnya sebagai boneka yang bergerak sesuai keinginanku. Player Avatar, atau sesuatu yang mirip semacam itu."

"Apa maksudmu? Boneka? Golem Master atau Necromancy? Ada terlalu banyak kemungkinan dan sekolah untuk menjelaskannya, bukankah begitu?"

"Yah, aku sedikit bersusah payah untuk membuat tubuh ini menggunakan DNA milikku sendiri. Sementara tubuhku yang sebenarnya tertidur dalam kubur. Yah, begitulah. Sebenarnya aku lebih suka menyebutnya sebagai Avatar yang berbagi informasi denganku. Tapi istilah lebih tepatnya disebut Homunculus."

"Aku merasa mengerti apa yang kamu maksud, tapi aku tidak bisa mencerna sepenuhnya. Kalau tidak salah, Homunculi merupakan projek untuk membuat manusia buatan, seperti kloning. Biasanya umurnya pendek, dan serangkaian masalah lain karena plot cerita."

"Menang benar. Kau tahu sihir tingkat atas tidak membutuhkan logika. Bahkan Author Authority tidak bisa menyentuhku, kecuali itu dari si Dia."

Ketika dia berkata sihir tingkat atas tidak memerlukan logika, mungkin memang itu yang sebenarnya terjadi. Faktanya sihir bahkan yang paling rendah itu sendiri sudah menentang hukum fisika untuk menciptakan suatu fenomena. Menjadikannya salah satu hukum dunia yang nampak absolute. Dan Ren cukup kuat untuk menentang hukum dunia tersebut. Tetapi sebagai manusia, logika merupakan salah satu komponen utama dalam berfikir. Jadi, itu sedikit sulit untuk mencerna dan membayangkan mekanisme sihir tersebut.

Sementara si Dia yang Ren maksud, tentu itu bukanlah si penulis.

"Jadi mengapa kamu masih campur tangan didunia orang hidup?"

Antares masih tidak yakin dengan motif Ren, selain iseng. Namun kurasa dia tidak jauh berbeda dengan anak remaja yang ingin menghabiskan waktu membaca novel, membaca komik, dan menonton film. Mungkin dia bosan di dunia bawah, lalu memilih farm pet di midgard? Bisa saja sih, lagipula Ren suka melakukan hal semacam itu.

Ren tersenyum lagi, kemudian dia berbisik dengan suara halus. "Karena aku memiliki kecenderungan untuk melenyapkan seluruh umat manusia. Dan umat manusia itu memuakkan! Jujur saja, aku sangat ingin melihatmu mengunakan kalung anjing, berjalan 4 kaki tanpa busana, ditambah ekor di pantat. Hehehe, aku penasaran wajah seperti apa yang akan aku tampilkan."

Ketika Ren mengatakannya seperti itu, maka itu tidak akan sepenuhnya terjadi. Mungkin sebuah ide terlintas dipikirannya, lalu dia akan mengutarakannya, lalu ide tersebut akan menghilangkan begitu saja. Pola pikir Ren kebanyak seperti itu. Sebagai seseorang yang menjual jiwanya berada ditangannya, Antares tidak akan bisa menolak keinginan tuannya itu.

"Master, kamu tahu apa yang akan terjadi, bila kamu benar-benar menginginkannya." Kata Antares dengan wajah tersipu malu.

"Aku tahu, karena itu aku tidak melakukannya."

"Jadi, kamu lebih suka menggunakan cara yang lama?"

"Tidak juga~"

Ah, sepertinya aku melupakan masalahku sendiri. // Kejadian semacam ini sering ketika berinteraksi dengannya. Karena Ren lebih suka menggoda Antsres lebih dari apapun. Antares sendiri, tidak begitu mempedulikannya karena statusnya. Night Watcher, ada hanya untuk melayani Ren. Dan segala jenis emosi yang menolaknya, akan menghilangkan begitu saja.

"Kematian... rasa takut akan kematian... atau mungkin sesuatu yang jauh lebih mengerikan daripada itu..."

"Rasa takut karena dianggap tidak pernah ada. Itu yang kamu takutkan. Segala sesuatu yang baik itu hanya sementara, begitu juga segala sesuatu yang buruk juga hanya sementara. Kadang aku heran, mengapa kita perlu diperhatikan orang lain?" Kata Ren dengan ekspresi serius.

"Memang benar, satu-satunya yang aku takutkan ialah, dilupakan oleh orang-orang disekitar. Ketakutan itu tidaklah salah, namun target ketakutan tersebut yang tidak benar." Antares menyentuh dahi Ren menggunakan dahinya sendiri. "Terimakasih karena kalian selalu berada di sisiku."

"Itu aneh karena seakan-akan posisiku setara dengan si Dia."

"Yeah, kita bukanlah siapa-siapa. Dan itu tidak masalah."

"Tenggelam lebih jauh lagi, dan kamu akan bunuh diri. Kamu tahu itu?"

"Itu tidak mungkin, hidupku sudah menjadi milikmu, master. Jadi, kapan kita akan melakukannya, "that thing"?"

Ren segera cekikikan, membayangkan sesuatu yang berbahaya. Sementara Antares penasaran dia akan mengambil bentuk anak kecil atau Onee-san dengan buah besar. Setelah itu mereka melakukan obrolan panjang dengan topik yang melompat satu sama lain.

♦♦♦

Angin malam melolong melewati menara kayu. Sang penjaga menaikkan kerah bajunya, dengan kedua tangan saling digosokkan. Beberapa saat sekali dia akan meniupnya, setidaknya untuk menghilangkan sedikit kekakuan di tangannya.

Pemuda itu mendongak keatas, dia tidak habis pikir, "Bagaimana anak itu menahan udara dingin semacam ini setiap hari? Apakah kulitnya terbuat dari besi atau semacamnya?"

Dia mendengar sedikit keributan diatas sana beberapa saat yang lalu, namun itu bukanlah sesuatu yang aneh. Antares sering melakukan hal semacam itu.

"Bre, kamu ngapain?"

Seorang pemuda lain baik keatas menara. Dia mengenakan pelindung kulit seperti penjaga lainnya. Badannya tegap, kekar, dengan sedikit rona merah diatas batang hidungnya.

"Oh, tangguh juga ya lu, nggak kedinginan bang?"

"Ya kagaklah, aku aku pakai pakaian ini. Jangan-jangan, lu gak tahu ya kalau pelindung ini bisa menghangatkan badan?"

"Beneran?"

"Masa bo'ong. Coba aja alirkan Mana lu ke dalem baju pelindung."

Si pemuda segera menyalurkan mana nya kedalam baju pelindung seperti yang rekannya itu instruksikan. Sesaat kemudian dia merasa angin malam tidak lagi menggigitnya.

"Gile, sejak kapan nih pelindung punya sihir macam ini? Kok gw gak tahu ya."

"Kan tadi siang Antares mainin nih barang. ah, lu gak ada dimari sih saat Steve dan yang lainnya ngomongin itu."

"Buset dah, tuh anak monster apa ya? Kayak bisa ngelakuin apa aja."

"Lu masih nanya soal itu? situ lupa dengan kejadian tahun lalu? Ah, dia juga yang udah bangkitin talent anak-anak ya."

"Bener juga ya. Nasib baik dia tetap jadi anak yang baik hati tidak sombong. Mengingat semua kekuatan yang tu bocah miliki."

"Bener juga, rasanya kaya ada belenggu yang menahannya. Nah, lupain soal itu. Apa bakat lu?"

"Haa... Guardian, ningketin daya tahan gue."

"Oh, lumayan juga. Gimana kalau mulai gunain perisai, armor besi seluruh tubuh, dan semacamnya."

Si Guardian hanya bisa menghela nafas berat, kemudian menyandarkan kedua sikunya di menara. Menatap hutan Astera yang gelap dan kuno.

"Gue dengar perang tahunan antara Isin san Aramik akan segera dimulai."

Pada faktanya, nama desa ini sendiri diambil dari nama hutan tersebut. Yang berarti tempat tersembunyinya misteri.

"3 bulan lagi kurasa."

Tiba-tiba saja percakapan tersebut menjadi berat. perang tersebut bukanlah sesuatu yang asing hingga orang-orang bisa membicarakannya secara terbuka. Hanya saja, masalah dimulai ketika setiap pemuda di tempat tersebut akan dipanggil untuk berpartisipasi didalamnya.

"Apa lu takut mati?"

"Siapa yang kagak takut mati?" Dia terdiam cukup lama, hingga akhirnya berkata, "Jika itu tahun lalu, aku akan pergi tanpa ragu sedikitpun. Tapi sekarang... apa yang akan terjadi pada Anna jika aku meninggalkannya sendirian?"

"Kalau gitu pulanglah dengan selamat. Jujur saja, semua kegilaan ini membuatku berfikir untuk melakukan pemberontakan." Kata si pemuda sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak kusangka akan datang hari dimana aku menaruh harapanku pada anak kecil..."

"Tanggung jawan tersebut terlalu berat untuknya."

"Aku juga tidak yakin dia bisa membuat perubahan dengan para bangsawan bangsat itu disekitarnya. Kandidat utama penerus tahta sudah pasti jatuh ke tangan anak pertama."

"Dan itu berarti kehancuran kerajaan ini..."

"Yah, gak peduli gimana kita memperdebatkannya tidak akan ada yang berubah. Kita terlalu lemah untuk melakukan sesuatu."

"Haa, aku harap akan datang keajaiban."

Tepat pada saat itu, mereka berdua mendengar suara dari arah hutan. Keduanya terpaku kepada asal suara tersebut, tidak membiarkan satupun pergerakan terlepas dari pandangan. Tidak lama kemudian, mereka bisa melihat mahkluk kecil setinggi anak-anak dengan kulit berwarna hijau keluar dari balik semak satu demi satu.

"Bersiaplah, aku merasakan keberadaan dalam jumlah besar."

"Uwaaa!"

"Buset etdah, sejak kapan kamu turun mari?"

Antares tidak mengindahkan kedua pemuda tersebut. Dia segera mengambil busur yang berdiri sendirian di pojokan, kemudian melepaskan 3 anak panas secara beruntun.

"Whoaa, tepat sasaran seperti biasa." Si pria berkomentar ringan dengan pose khas.

"Panggil orang-orang dibawah, dan kirim peringatan ke regu yang lain."

"Siap ndan!"

Salah seorang segera turun tanpa berfikir dua kali. Sementara salah satu pria hanya melihatnya dalam diam, sebelum kembali mengamati gerombolan Goblin yang keluar saru demi satu. Mereka mengerubungi rekannya yang tumbang untuk sejenak lalu menatap kearah menara kayu.

"Mungkin kamu terlalu terburu-buru?" tanya si pria dengan agak tidak yakin. Tergantung jumlah kelompoknya, mereka bis langsung menembak begitu Goblin menampakan dirinya. Namun ada situasi dimana seorang petarung jarak dekat dibutuhkan untuk menahan invasi Goblin.

Antares tidak memberikan jawaban apapun, karena yang terjadi setelahnya sudah menjelaskan semuanya.

"Angka mereka dengan mudah mendekati ratusan! Jangan bilang kalau ini akan seperti tahun lalu?"

Benar, sesuatu yang serupa bisa terjadi kembali. Insiden dimana desa itu sendiri hampir lenyap masih membekas jelas di ingatan semua orang, terutama Antares. Itu adalah hari dimana ia kehilangan kedua orang tuanya ketika melarikan diri dari kejaran gerombolan Goblin.

"Apa yang harus kita lakukan?! Haruskah kita pergi mulai melarikan diri?! Benar, aku harus segera mengabari Anna! --"

Antares melihat pria yang mondar-mandir itu dengan senyum ringan.

"Tenanglah, belum saatnya untuk panik. Jika mereka hanya datang dari sisi ini, kita masih bisa mengatasinya dengan aku sebagai ujung tombak. Untuk itu kita harus menunggu sebentar sebelum membuat keputusan."

Pria itu akhirnya menghela nafas panjang. Dia tahu kalah Ren bukanlah anak biasa, namun melihatnya masih bisa tenang dalam situasi semacam itu membuatnya merasa sedikit malu.

Setelah beberapa saat, gerombolan besar goblin mencapai angka 300an dengan 2 Goblin Warrior sebagai pentolan. Jika itu dirinya dimasa lalu, Antares akan merasa frustasi dan ketakutan hingga lututnya lemas. Namun itu berbeda dengan saat ini, tidak, alasan mengapa hari berbeda ialah kemampuan yang ia dapat dari pemiliknya.

Oleh sebab itu, ia berniat memenangkan pertempuran ini seperti seharusnya, dan mendapatkan pujian dari Ren. Memikirkannya saja sudah membuat Anatares tertawa kecil.

♦♦♦

Episodes
1 Prolouge
2 Ch. 1 Antares Oliviera
3 Ch. 2 Menjelang Malam
4 Ch. 3 Makan malam
5 Ch. 4 Menjelang Pertengahan Malam
6 Ch. 5 Tarian dibawah rembulan
7 Ch. 6 Puncak moment krisis
8 Ch. 7 Dusk
9 Ch. 8 Fajar
10 Ch. 9 Kebebasan
11 Ch. 10 Kurang teliti
12 Ch. 11 Mystical Item
13 Ch. 12 Pembaharuan setiap saat
14 Ch. 13 Menyembuhkan sekaligus mematikan
15 Ch. 14 Life is Constant Adventure
16 Ch. 15 Gua para Goblin
17 Ch. 16 Red subspesies
18 Ch. 17 Mimpi dan Harapan
19 Ch. 18 Mimpi dan Harapan.
20 Ch. 19 Night Watcher
21 Ch. 20 Bentrok
22 Ch. 21 Cahaya
23 Ch. 22 Keputuasaan
24 Ch. 23 Fallen
25 Ch. 23 Kekalahan
26 Ch. 24 Suffer
27 Ch. 25 Dunia dalam mimpi
28 Ch. 26 Penguasa Mimpi dan Tidur
29 Ch. 27 Ren Marik
30 Ch. 28 Cerita sang petualang
31 Ch. 29 Counter Strike
32 Ch. 30 Night Watcher
33 Ch. 31 Insignia inside Altar
34 Ch. 32 Falldown
35 Ch. 33 Kemenangan yang menyedihkan
36 Ch. 34 Empty
37 Ch. 35 Selamat Jalan
38 Ch. 36 Astera
39 Ch. 37 Kembali mengunjungi Gua Goblin
40 Ch. 38 Pertemuan Kedua
41 Ch. 39 Persembahan untuk yang Terakhir
42 Ch. 40 Rencana Masa depan
43 Ch. 41 Seribu satu Malam
44 Ch. 42 Menuju dunia baru
45 Ch. 43 Noir
46 Ch. 44 Gustav sang saudagar
47 Ch. 45 Kartu identitas
48 Ch. 46 Rimun
49 47. Penginapan Merak Hijau
50 Ch. 48 Divine Item
51 Ch. 49 Epidemic
52 Ch. 50 Sightseeing
53 Ch. 51 Stella Fordin
54 Ch. 52 Distrik Timur
55 Ch. 53 Perjanjian Favonius
56 ch. 54 Jiwa untuk Luke Croissant
57 Ch. 55 Kegaduhan di toko
58 Ch. 56 Saran dan bantuan
59 Ch. 57 Pintu terbuka
60 Ch. 58 Sarang Serigala
61 Ch. 59 Box Kayu
62 Ch. 60 Gadis Aneh
63 Ch. 61 Keanehan diantara keanehan
64 Ch. 62 Roda gigi yang terus berputar
65 63. Cahaya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Prolouge
2
Ch. 1 Antares Oliviera
3
Ch. 2 Menjelang Malam
4
Ch. 3 Makan malam
5
Ch. 4 Menjelang Pertengahan Malam
6
Ch. 5 Tarian dibawah rembulan
7
Ch. 6 Puncak moment krisis
8
Ch. 7 Dusk
9
Ch. 8 Fajar
10
Ch. 9 Kebebasan
11
Ch. 10 Kurang teliti
12
Ch. 11 Mystical Item
13
Ch. 12 Pembaharuan setiap saat
14
Ch. 13 Menyembuhkan sekaligus mematikan
15
Ch. 14 Life is Constant Adventure
16
Ch. 15 Gua para Goblin
17
Ch. 16 Red subspesies
18
Ch. 17 Mimpi dan Harapan
19
Ch. 18 Mimpi dan Harapan.
20
Ch. 19 Night Watcher
21
Ch. 20 Bentrok
22
Ch. 21 Cahaya
23
Ch. 22 Keputuasaan
24
Ch. 23 Fallen
25
Ch. 23 Kekalahan
26
Ch. 24 Suffer
27
Ch. 25 Dunia dalam mimpi
28
Ch. 26 Penguasa Mimpi dan Tidur
29
Ch. 27 Ren Marik
30
Ch. 28 Cerita sang petualang
31
Ch. 29 Counter Strike
32
Ch. 30 Night Watcher
33
Ch. 31 Insignia inside Altar
34
Ch. 32 Falldown
35
Ch. 33 Kemenangan yang menyedihkan
36
Ch. 34 Empty
37
Ch. 35 Selamat Jalan
38
Ch. 36 Astera
39
Ch. 37 Kembali mengunjungi Gua Goblin
40
Ch. 38 Pertemuan Kedua
41
Ch. 39 Persembahan untuk yang Terakhir
42
Ch. 40 Rencana Masa depan
43
Ch. 41 Seribu satu Malam
44
Ch. 42 Menuju dunia baru
45
Ch. 43 Noir
46
Ch. 44 Gustav sang saudagar
47
Ch. 45 Kartu identitas
48
Ch. 46 Rimun
49
47. Penginapan Merak Hijau
50
Ch. 48 Divine Item
51
Ch. 49 Epidemic
52
Ch. 50 Sightseeing
53
Ch. 51 Stella Fordin
54
Ch. 52 Distrik Timur
55
Ch. 53 Perjanjian Favonius
56
ch. 54 Jiwa untuk Luke Croissant
57
Ch. 55 Kegaduhan di toko
58
Ch. 56 Saran dan bantuan
59
Ch. 57 Pintu terbuka
60
Ch. 58 Sarang Serigala
61
Ch. 59 Box Kayu
62
Ch. 60 Gadis Aneh
63
Ch. 61 Keanehan diantara keanehan
64
Ch. 62 Roda gigi yang terus berputar
65
63. Cahaya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!