bab4

Satu bulan berlalu begitu saja. Tidak ada yang istimewa dalam 1 bulan ini. Dia melakukan aktifitas seperti sebelumnya berburu, memancing, meditasi, dan melakukan gerakan-gerakan beladiri.

Di bawah pohon di dekat sungai sekarang terdapat sebuah gubuk kecil yang terbuat dari ranting dan dedaunan. Lue yi sekarang ada di depan gubuk itu, Dia sedang memukul-mukul batu dan membuatnya tajam. Di depannya terdapat abu dari api semalam yang ia padamkan.

Setelah mengira cukup tajam di mengambil tulang dan mengikatnya dengan kencang. Dan ahkirnya menjadi sebuah belati baru yang terbuat dari batu. Belati dari batu sangat tidak awet, Setelah di gunakan untuk berburu itu akan cepat rusak, terutama ketika kulit buruan cukup keras. Akibatnya dia harus mengganti belati itu setiap 3 atau 4 hari.

"Hehe, tidak buruk." Setelah memuji karyanya sendiri dengan bangga dia berdiri dan menggantungkannya di pinggang.

Lue Yi sekarang memiliki penampilan yang berbeda. Di banding tubuh kurusnya beberapa bulan yang lalu sekarang dia terlihat lebih berisi. Sedikit otot juga muncul memamerkan kegagahannya. Rambutnya tidak banyak berubah masih hitam pendek seperti dulu, hanya sedikit lebih panjang saja.

Dia masih telanjang dada, hanya saja celana pendeknya sudah di tutupi dengan bulu serigala dan sebuah tali rotan melingkar di pinggangnya sebagai ikat pinggang. Beberapa belati di selipkan di ikat pinggang itu. Dia juga memakai kalung yang terbuat dari beberapa taring binatang buas sebagai asesoris di lehernya. Itu memancarkan keganasan purba, menandakan berapa banyak binatang buas yang telah dia buruh. Di tangannya juga terdapat gelang yang terbuat dari bulu serigala untuk menghangatkannya.

Dia perlahan berjalan ke sisi pohon. Menarik nafas, tubuhnya secara aneh di lapisi cahaya misterius. Lalu dia memukul ke arah pohon itu dan meninggalkan lumbang sedalam 2 inci di sana. Dia menghembuskan nafas dan lapisan-lapisan cayaha misterius itu menghilang secara perlahan.

"Sudah 1 bulan aku disini dan aku ahkirnya berhasil mencapai tahap pertama." Lue Yi menghela nafas lega, usahanya selama ini tidak sia-sia.

Sekarang benang-benang qi di bawah perutnya sudah berubah, itu menjadi seperti pusaran air. Ini merupakan lumbang pertama yang telah terbuka. Selanjutnya dia hanya perlu membuka lumbang lainnya untuk naik ke tahap berikutnya.

Lue yi memperhatikan tangannya, sekarang itu bukan lagi tangan bocah kurus dan lemah. Tangannya saat cukup kasar dan berisi. Jelas menandakan seberapa keras hidupnya beberapa hari yang lalu. Sekarang tangan itu memancarkan semacam kekuatan bukan kelemaan seperti di masa lalu.

Dia menggenggam tangannya dan tersenyum puas. Setela itu dia mengambil belati di pinggangnya, bersiap untuk berburu.

Dia pergi ke dalaman hutan tampa membawah tali. Memang pada awalnya dia harus menggunakan cara licik untuk menangkap buruan. Namun setelah merasa cukup kuat dia lebih memilih untuk bertarung secara langsung.

Bukan berarti dia bersikap seperti seorang kesatria yang menginginkan pertarungan adil dan adil. Dia hanya ingin mengasa kemampuan bertarung, itu saja.

Kalo memang ada cara licik untuk mencapai sesuatu. Hue yi tidak akan sungkan untuk mengunakannya. Lagi pula kalo ada ungkapan 'mereka yang paling kuatlah yang dapat bertahan hidup di alam liar'.

Hue Yi adalah yang pertama yang akan menganggap ungkapan itu keliru. Yang benar adalah yang paling licik lah yang dapat bertahan hidup di alam liar. Bahkan jika ada raja hutan yang perkasa dan di kenal paling kuat. Itu masih bisa jatuh ke kematian jika harus berhadapan dengan sekelompok heina.

Itulah hukum alam sebenarnya makanya jika ada cara yang lebih mudah dia tidak akan sungkan-sungkan.

Lue yi mulai menghilang kedalam hutan.

...

Di kedalaman hutan sesosok 3 orang bediri sana. Satu orang adalah pria dewasa, dua yang lainnya seperti anak-anak bedanya yang saru sedikit lebih dewasa.

"Ayah, bagaimana sekarang?" Suara bocah paling kecil itu tampak gelisa. Dia berusia sekitar 11 tahun.

"Aku akan menghadang mereka, kalian segera kabur secepat mungkin." Pria dewasa itu hanya menjawab dengan mendesak kedua putranya untuk lari.

"Tapi...." Anak yang mungkin adalah kakak itu menyatakan keraguannya.

"Tidak ada tapi." Sebelum dia mengatakan sesuatu, dia hanya mendapatkan bentakkan keras dari ayahnya.

"Yakinlah aku akan baik-baik saja." Ayah itu meyakinkan anaknya dengan sunggu-sunggu. Melihat tekat ayahnya keduanya hanya bisa mengangguk dan segera pergi dari sana dengan ekpresi sedih.

Melihat anaknya sudah pergi pria itu mencengkram pedangnya kuat-kuat dan fokus ke arah tertentu. Di sana terdapat 3 serigala yang berlari kearahnya. Melihat serigala itu dia bisa mengetahui seperti apa masa depan yang akan terjadi. Tentu saja dia pasti berahkir di perut serigala lapar itu.

Dia hanya orang biasa untuk mengalakan 1 serigala saja sangat merepotkan. Dengan 3 serigala di sana, bukankah itu artinya kematian?

Dia benar-benar tidak berpikir hari seperti ini akan terjadi. Pada awalnya Dia mencoba untuk mengajari anaknya cara berburu. Namun dia benar-benar sial harus bertemu 3 serigala sekaligus.

"Hari yang sial." Dia menggertakan gigi dan bersiap untuk bertarung.

Serigala itu langsung melompat untuk menerkam pria itu secara bersamaan. Pria itu cukup berpengalaman jadi dia segera melompat ke belakang untuk menghindar.

Melihat tagetnya menghindar salah satu serigala langsung berlari dan berniat menerkam ke arah perut. Namun bagaimana pria itu membiarkannya begitu saja dia langsung menendang tenggorokan serigala itu, yang mengakibatkan serigala itu pusing sementara.

Serigala itu menggeram tidak senang setelah mengalami kerugian. Melihat serigala itu lengah pria itu langsung memanfaatkan untuk menebas secara vertikal ke arah kepala serigala. Namun sepertinya dia melupakan sesuatu serigala yang lain sudah melompat dan menerkam ke arahnya.

Hal ini membuat Dia terjatuh ke tanah di bawah terkaman serigala. Pedangnya juga terlembar tidak lagi dalam genggamannya. Kedua tangannya sekarang memegangi cakar serigala di atasnya yang berniat mencabik-cabiknya.

Mulut serigala itu terbuka lebar berniat memakannya dalam sekali teguk. Dia menghangi dan menghindari mulut itu agar tidak di makan. Air liur serigala itu menetes ke wajah pria itu. Bau tidak sedap dari mulutnya juga tercium sangat tajam.

Namun di bawah hidup dan mati dia tidak perduli dengan hal bodoh seperti memperhatikan bau mulut. Dia hanya berjuang agar tidak di makan serigala itu.

"Ahggg." Tiba-tiba rasa sakit keluar dari kaki dan pahanya. Dia melirik ke bawah, hanya untuk melihat serigala lainnya telah mencabik kakinya. Beberapa daging juga di kunya oleh serigala itu. Darah merah merembes keluar dari mulut serigala membuat visual penuh keganasan.

Apa aku akan mati di sini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!