Part 3

Aldara menatap anak-anak yang ingin keluar gerbang dan beradalih ingin membeli sesuatu di luar sekolah dan menjadi suruhan guru itulah alasannya.

Tentunya sang satpam itu tak percaya begitu saja dan sangat marah ketika tahu kebohongan mereka. Satpam itu baru beberapa hari bekerja dan Aldara baru tahu karena ia jarang masuk sekolah.

Tapi ia mendengar desas-desus jika sang satpam sangat galak dan dibenci oleh banyak siswa dan siswi. Aldara tak ambil pusing akan hal itu apalagi satpam tersebut sangat tegas. Aldara malah kagum karena tak ada rasa takut sama sekali di diri satpam itu kepada mereka dan juga anti sogok-menyogok.

Memang seperti itulah karakter satpam yang seharusnya. Ia pun berusaha untuk mengabaikan dan melewati satpam tersebut, tapi Aldara terhenti dan menatap ke arah sang satpam lagi karena ia merasa penasaran apakah satpam itu sangat tampan atau tidak seperti yang juga ramai di kalangan para siswa.

Ia menatap dengan seksama dan Aldara terkejut karena ketampanannya. Hal itu jugalah yang membuat sang satpam populer di kalangan siswa. Di balik mereka yang sangat membenci sang satpam ternyata juga menyimpan rasa kagum kepada satpam tersebut.

Aldara juga merasa jika dirinya turut menjadi korban dari sang satpam. Wajahnya tersipu malu dan segera pergi setelah membenarkan letak kacamatanya.

Baru kali ini Aldara merasa jika dadanya kembang kempis dengan sangat cepat. Aldara menyentuh dadanya tersebut seraya bergumam, "ada apa dengan diriku oh Tuhan?" tanya Aldara sembari berusaha untuk menahan senyum di wajahnya.

Sementara itu sang satpam mendengar suara seseorang berlari sontak menatap ke arah sumber suara.

Ia diam memandang tubuh seorang wanita yang tengah berlari kencang. Ia tersenyum tipis karena merasa gemas dengan tingkah anak murid tersebut.

"Kenapa kami tidak boleh keluar? Padahal kan kami diminta Guru untuk membeli makanan."

Sang satpam tersebut menggelengkan kepalanya. Ia berkacak pinggang dan menatap para siswa yang tak bertanggung jawab itu dengan galak.

"Meminta dibelikan sesuatu? Apakah di kantin tak ada dijual? Jika disuruh oleh guru mana surat izinnya?" tagih sang satpam.

Satpam baru mereka kali ini benar-benar susah ditaklukkan tak seperti satpam sebelumnya yang sangat ramah.

Mereka hanya mendengus keras dan kemudian pergi dengan kekecewaan karena tak berhasil mengelabuhi sang satpam.

"Dasar anak zaman sekarang ada-ada saja kelakuannya," ujarnya dan duduk di pos.

Sementara itu Aldara di dalam perpustakaan terus terbayang dengan wajah sang satpam yang ia lihat di depan gerbang.

Dia sangat tampan. Aldara bahkan tak bisa berpikir jernih dan fokus kepada novelnya. Aldara berusaha untuk meyakinkan jika dirinya sedang tak jatuh cinta.

"Bagaimana mungkin aku jatuh cinta hanya karena tampang?" tanya Aldara kepada dirinya sendiri. "Kau mandang fisik, Aldara. sudahlah hentikan pikiran konyol mu ini."

Aldara memukul kepalanya menggunakan buku novel yang dipegangnya.

"Auuu sakit juga ternyata," ujar Aldara yang baru sadar jika memukul kepala sendiri juga terasa sakit.

Ia menghela napas kasar dan merenung di depan meja. Aldara tak sadar jika ada petugas perpustakaan yang datang dan mencolek bahunya.

"Hoy!"

"Hah? Ada apa?" tanya Aldara terkejut dan menatap petugas perpustakaan yang berjenis kelamin pria tersebut yang sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa kau melamun dan memukul kepala mu sendiri?" tanyanya membuat Aldara terkejut. "Wajah mu juga memerah. Hayo cerita ada apa?" tanyanya pada Aldara membuat Aldara terpojok kali ini.

"Ishhh bukan apa-apa. Muka Aldara juga tidak merah," ujar Aldara seramah mungkin kepada petugas perpustakaan itu.

"Kau berbohong Aldara. Ayolah cerita." Aldara merasa tak nyaman dengan kehadiran sang petugas perpustakaan tersebut.

Bukan rahasia umum lagi jika sang petugas perpustakaan tertarik kepada Aldara. Hanya Aldara yang tak menyadarinya. Bahkan banyak orang merasa heran kepada Niko yang menyukai Aldara. Karena Aldara adalah cewek nerd dan juga susah bersosialisasi sementara itu Niko adalah anak yang ceria dan juga pria itu sangat tampan dan populer di kalangan para siswa.

"Maaf tapi aku harus pergi," ujar Aldara dan kemudian pergi.

Niko terdiam dan ia menghela napas panjang karena tak bisa menaklukkan Aldara. Akan tetapi itulah yang menjadi tantangan baginya tak seperti kebanyakan wanita yang mabuk dengan pesonanya.

"Benar-benar gadis yang menarik."

____________

Aldara merasa terkejut ketika rantai sepedanya terbuka. Ia dengan susah payah membenarkan rantai sepedanya.

Hingga seseorang datang menghampiri Aldara lalu memberikan bantuan untuk Aldara.

"Apa aku bisa membantu mu?" Aldara menatap ke arah orang yang baru saja menawarkan bantuan kepadanya.

Tapi tatkala sudah melihat wajah sang objek malah ia terdiam dengan wajah yang tersipu. Aldara berusaha untuk menahan dirinya mati-matian agar tak terbawa dengan pesona sang satpam.

"Hah? A...apa?" tanya Aldara terbata-bata dan lekas menjaga jarak karena jika berdekatan maka tak baik untuk jantungnya.

"Aku ingin membantu mu," ujarnya dan berjongkok lalu membenarkan rantai sepeda Aldara.

Aldara menatap sang satpam dengan pandangan penuh memuja dan juga menyimpan kesakitan karena ia merasa jika tak mungkin Aldara bisa mendapatkan seorang satpam.

"Ji... jika bo..***..eh tahu si..siapa nama mu?" tanya Aldara dengan suara terdengar jelas sangat bergetar.

Aldara merutuki dirinya yang tak bisa menahan diri di depan sang empu. Tangannya saling meremas memohon bantuan kepada Tuhan agar dirinya bisa diselamatkan olehnya.

Sang satpam itu berhenti memperbaiki rantai sepeda Aldara. Saat ia menoleh kepada Aldara, Aldara tak bisa menahan napasnya karena ketampanan sang satpam yang menurutnya sangat di luar nalar.

Aldara menjadi terbata-bata jika di hadapan satpam itu. Ia menggaruk kepalanya dan berusaha untuk mengalihkan wajahnya agar tak ketahuan jika saat ini ia tengah salting berat.

"Ah ya nama ku adalah Samuel," ucapnya dan sangat dingin.

Dari suaranya saja Aldara merasa sangat meleleh. Tapi nada dingin yang terdengar jelas dari pria itu membuat Aldara untuk mundur. Lebih baik mengagumi sang satpam bernama Samuel itu secara diam-diam saja. Mungkin itu lebih baik untuk dirinya.

"Huh, dia sangat dingin. Pantas saja anak-anak banyak mengatakan jika dia sangat galak dan mengerikan. Ternyata memang seperti itu."

"Sudah selesai. Kau bisa pulang."

Aldara mengangguk dan menunggangi sepedanya. "Terima kasih."

"Hm."

___________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

memori zaman sekolah, kalau bisa keluar itu rasanya bahagia tak terkira 🤭.. pokoknya berbagai alasan dibuat untuk dapat izin.. ciee..ciee..Aldara suka sama Samuel..
apa Samuel a.k.a Satpam sekolahnya adalah polisi yang menyamar untuk menjaga Aldara 🤔

2022-11-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!