Aldara membuka matanya dan menatap ruangan yang serba putih. Awalnya ia bingung kenapa bisa berada di tempat ini, tapi memorinya pun kembali berputar pada saat kejadian ia hampir kehilangan kesadaran. Aldara menarik napas panjang. Kenapa bisa-bisanya ia berpikir ingin tidur di kuburan tadi. Memalukan.
"Aldara!" Aldara menatap k arah pintu dan ia tersenyum melihat jika teman-teman satu sekolahnya yang datang.
Mereka sangat khawatir kepada Aldara dan Aldara merasa bahagia karena masih memiliki orang yang amat peduli padanya seperti mereka.
"Kalian datang?" tanya Aldara merasa bahagia. Ia pun berusaha untuk bangun dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang rumah sakit.
"Aldara. Kami turut berdukacita. Kami tahu apa yang sudah terjadi pada kamu adalah sesuatu yang tidak ringan. Tapi kami yakin kau pasti bisa melewatinya." Aldara mengangguk beberapa kali dan ia juga merasa jika dirinya suatu hari nanti akan kuat.
"Terima kasih. Kalian sudah datang ke sini dan aku tak bisa menyediakan apapun."
"Hey kau ini sedang sakit kenapa kau bisa-bisanya berpikir ingin menyediakan sesuatu kepada kami. Seharusnya kami yang membawakan sesuatu untuk mu. Nih kami bawakan pisang kesukaan kamu."
Aldara tertawa melihat pisang satu sisir yang dibawa mereka untuknya. Memang Aldara sangat menyukai pisang dan itu bukanlah sebuah rahasia umum lagi.
"Terima kasih. Kalian benar-benar membuat ku terharu. Baru kali ini aku diberi suprise yang sangat wow."
Maya dan Indri pun memutar bola mata mereka. Apa yang sedang dibicarakan oleh Aldara? Padahal hadiah mereka hanyalah sesisir pisang dan juga buah-buahan yang tak ada apa-apanya.
"Kau ini! Padahal sangat sederhana."
"Baiklah, sederhana tapi juga sangat berharga buat ku."
Mereka pun saling tersenyum lebar dan tertawa. Inilah persahabatan yang sangat erat. Mereka saling menguatkan satu sama lain.
"Aldara. Apakah kau juga menginginkan sesuatu?" tanya Indri yang duduk di samping Aldara. Ia memijat tubuh Aldara.
Aldara yang merasakan pijatan itu merasa terkejut dan langsung berpindah tempat duduk.
"Apa yang kau lakukan Indri? Tidak usah, aku baik-baik saja."
Maya menghela napas panjang dan meraih tangan Aldara. Tangan tersebut amatlah pucat dan juga terasa sangat dingin. Maya bahkan menahan napasnya melihat kondisi Aldara yang benar-benar buruk.
"Kau tahu kau sedang tidak sehat begini dan masih saja keras kepala."
"Tapi aku benar-benar tidak ingin."
Aldara pun terdiam sejenak. Pijatan yang dilakukan Indri mengingatkannya pada suatu kebersamaan dengan sang ibu. Di mana saat itu Aldara sangat kekalahan dan ibunya akan membantu memijat tubuhnya. Kenangan itu sangat manis dan Aldara bahkan tak pernah berpikir jika dirinya akan kehilangan sosok tersebut di hidupnya.
Tanpa sadar ia kembali menangis yang membuat kedua temannya merasa bingung dan panik.
"Apa yang terjadi pada mu Aldara? Apakah kami menyakiti mu?" tanyanya pada Aldara.
Aldara menggeleng lemah. Bukan mereka yang membuat Aldara sedih tapi sesuatu yang kembali teringat di kepalanya lah yang membuat Aldara menangis.
"Aku hanya merindukan Mama."
Aldara menarik napas panjang dan menghapus air matanya. Ia menatap teman-temannya dengan pandangan yang kuat tanpa ada maslaah apapun di wajahnya.
"Kau tahu, kau sangat menyedihkan jika seperti itu. Sudahlah, sini kami peluk." Mereka dengan kompak memeluk tubuh Aldara penuh kasih sayang.
Aldara tak bisa menahan air matanya yang meledak-ledak membuat Aldara merasa jika penderitaannya berkurang dengan hadirnya mereka.
Tapi di tengah rasa kesedihan itu Aldara merasa jika ada sesuatu yang sangat mengganjal. Di mana merasa jika dirinya diselamatkan oleh seseorang sebelum pingsan dan bangun sudah berada di tempat ini.
Akan tetapi siapa yang sudah melakukan hal tersebut? Aldara merasa bingung dengan dirinya sendiri karena ia pun tak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang sudah membantunya tersebut.
Aldara ingin berterima kasih tapi sudahlah, karena dirinya baik-baik saja dan orang itu yang niatnya membantu sudah tak ada, Aldara hanya membiarkan saja semoga Tuhan lah yang membalas kebaikan laki-laki yang telah menolongnya.
____________
Setelah mengalami penderitaan yang sangat panjang, Aldara sudah bisa masuk sekolah kembali. Anak itu mengawali hidup dengan lembaran baru dan ingin dirinya tak lagi hidup dengan kesedihan.
Berminggu-minggu Aldara sakit hingga ia akhirnya bisa kembali bersekolah. Tak ada yang mengurus Aldara di rumah karena setelah paska perampokan yang terjadi di rumahnya ia tak lagi memiliki siapa-siapa.
Ayahnya sudah lama meninggal dan ibunya menjadi korban pembunuhan.
"Aldara!" sapa teman-teman sekelasnya saat melihat Aldara kembali masuk ke sekolah.
Ah ya Indri dan Maya tak sekelas dengannya dan kelas mereka juga sangat jauh. Hingga Aldara tak memiliki teman yang banyak. Ia memang anak yang tipe introvert, sedangkan Indri dan Maya adalah temannya semasa kecilnya hingga besar dan satu sekolah tapi sayangnya dia tak satu kelas.
Mereka semua di dalam kelas ini juga tahu jika hal buruk telah menimpa Aldara. Mereka juga turut berduka cita dan mengirimkan bantuan untuk Aldara.
"Hay!" sapa Aldara balik dengan ramah. Sapaan nya begitu kaku karena Aldara memang sedikit susah untuk bersosialisasi.
Aldara duduk di kursi paling belakang dan melemparkan senyum kepada semua teman-temannya yang tampak sangat peduli padanya.
Mereka menghampiri Aldara dan memberikan beberapa hadiah untuk membantu Aldara.
"Apa yang kalian lakukan? Ini tidak perlu," ujar Aldara dan menolak pemberian mereka.
Mereka memasak agar Aldara tetap menerimanya.
"Hey rezeki tidak boleh ditolak," ucap mereka dan kemudian pergi.
Aldara menatap beberapa kado yang mereka berikan. Aldara tersenyum dan menyimpan kado mereka.
Aldara memang tak memiliki teman dekat di kelas ini tapi kelasnya sangat peduli kepada sesama. Bukan tak ada yang ingin berteman dengan Aldara akan tetapi perempuan tersebut lah yang sedikit susah untuk berteman.
Sembari menunggu guru masuk ke dalam kelas, Aldara menghabiskan waktunya untuk membaca novel kesukaannya. Hanya novel itu yang menjadi penghibur Aldara di saat kesendirian.
Hingga terdengar suara derap langkah kaki yang Aldara tahu jika itu adalah gurunya. Ia menatap ke depan dan melihat jika orang itu benar adalah gurunya. Ia pun berhenti membaca novel dan menyimpannya ke kolong meja.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Selamat pagi Buk."
____________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Defi
lanjut thor
2022-11-12
1