"Ada apa? Apa yang ingin kau katakan?" aku sungguh tidak tahan melihat tingkah lakunya ini.
"Sebentar.. Kita harus mencari tempat lain untuk mengobrol" sahutnya.
"Hei.. Bukan kah kau yang membawaku kesini!!".
"Benar" sahutnya lagi, lalu dengan sangat tiba tiba tangannya mulai memegang dan menarik tangan ku dengan lembut.
Sembari membawa ku berjalan sedikit menjauh dari gang sempit itu. Ia terus mengandeng tanganku dan berjalan di depan ku seperti ini hingga sampailah kami di sepertigaan jalan.
Kami menemukan sebuah tempat yang cukup nyaman untuk kami singgahi dan saling mengobrol satu sama lain di sana, suasananya yang tidak terlalu ramai dan terasa sejuk setelah hujan ini membuat perasaan ku semakin membaik
Aku duduk di sana, di salah satu kursi yang ada di depan minimarket sekarang.
"Tunggu di sini.. Aku akan segera kembali" ucapnya sembari mempersilahkan ku untuk duduk.
Tidak lama setelah itu dia keluar dari minimarket dengan membawa dua minuman kotak susu dan satu roti coklat di tangannya.
"Ini minumlah."
"Hei kau!! Jangan membuang-buang waktu ku!! Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Aku tidak punya banyak waktu sekarang!!" celetuk ku sambil terus menatap tajam matanya.
Untuk sesaat aku sedikit terkejut, karena pasalnya aku baru menyadari bahwa matanya berwarna coklat terang, sangat indah, sungguh.
"Maaf jika aku membuang buang waktumu tapi ada hal yang setidaknya harus kau ketahui, sekarang jiwamu sedang terancam."
"Apa maksud mu, hei bicaralah yang jelas!!".
"Aku melihat ada banyak sosok yang sering mengikuti mu bahkan selalu berada di samping mu."
"Namun, ada satu yang menarik perhatian ku, sosok itu memiliki aura berbalut kan hitam pekat yang baru pertama kali aku lihat seumur hidup ku dan itu ada pada dirimu" jelasnya.
"Benarkah? Apa sekarang kau sedang mencoba menunjukkan sebuah trik sulap padaku atau pendekatan dengan seorang wanita?".
"APA.. HEI AKU TIDAK BERCANDA, KAU HARUS BERHATI HATI KARENA SEPERTINYA INI AKAN TERUS MENGGANGGU MU" teriaknya yang membuat ku cukup terkejut mendengarnya.
"Tahu apa kau tentang ku.. Aku bahkan tak mengenal mu, jangan bicara ku seolah olah kita adalah teman!!".
"Kita memang tidak saling mengenal, tapi coba pikirkan lah, apa menurutmu seseorang mau mengikuti mu hanya untuk mengatakan hal ini? Apakah mereka akan sama pedulinya denganku?".
"Untuk apa kau peduli padaku.. Urus saja urusan mu sendiri."
"Lihat.. Aku bahkan dapat melihatnya, kau merasa tertekan dan lelah.. Bukankah aku benar? Maksud ku jika kau memang membutuhkan seseorang untuk membantu mu maka libatkan lah aku, jangan terlalu menanggung semuanya sendiri. Sesekali cobalah untuk berdiskusi dengan orang lain."
"Aku akan kembali sekarang."
"Tunggu, bawa lah ini" ia menyodorkan minuman dan roti coklat itu.
"Terima kasih tapi maaf aku tidak bisa menerimanya, untuk mu saja" sahutku sembari berdiri dari kursi dan mulai beranjak menjauh darinya.
****
Sungguh aku sangat mengerti setiap kata bahkan kalimat yang dia ucapkan dan sekarang aku pergi meninggalkan nya juga bukan bermaksud untuk tidak mempercayai nya atau apa pun itu.
Aku hanya tidak ingin berinteraksi dengan siapapun sekarang.
Meski saat mendengarkan apa yang sudah ia ucapkan sebelumnya itu membuatku sedikit terharu, karena pasalnya semua hal yang ia katakan hampir benar adanya dan untuk seketika akhirnya aku merasa ada orang yang bisa memahami keadaanku.
Namun, entah kenapa hal itu malah semakin membuat ku merasa sakit.
Saat aku memalingkan wajah ku kebelakang untuk sekedar melihat apakah ia masih di sana atau tidak, namun fakta yang ku lihat adalah sosoknya yang sekarang sudah menghilang dan tidak ada jejaknya itu semakin membuatku seperti di permainkan.
Apa dia mempermainkan ku? Apa dia hanya membual padaku? Apa dia bermaksud untuk bermain-main denganku? Semua pertanyaannya itu seketika muncul di otak ku.
Di rumah.
Sesampainya di rumah aku mencoba membuka pintu perlahan dan hal yang sama sekali tidak pernah ku duga akan terjadi padaku ternyata bisa terjadi begitu saja.
Dan aku adalah orang yang pertama kali menyaksikan nya.
Seolah olah sekarang Tuhan juga ikut mempermainkan ku, menguji bahkan menghantam jiwaku untuk jatuh lebih dalam lagi.
Hukuman apa yang sedang ku lalui ini dan kesalahan apa yang pernah ku perbuat hingga Tuhan sendiri menghukum ku bertubi-tubi seperti ini.
Tangan ku mulai bergetar hebat, air mata yang tidak bisa ku tahan lebih lama ini mulai mengalir dengan sendirinya, kaki ku seakan mati rasa dan sekarang tidak bisa bergerak.
Mulut ku yang tidak bisa bungkam serta lidah ku yang seolah-olah kaku dan tidak bisa di gerakkan ini semakin membuat hatiku hancur tanpa bisa di jelaskan.
Dengan sangat perlahan aku mulai menghampiri sosoknya yang mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya aku melihat wajahnya.
"HUAAAA TIDAKKKK HIKS.. HIKS.. KU MOHON JANGAN SEPERTI INI.. HUWAAA."
Aku menangis sejadi jadinya. Hatiku hancur, terkikis, tersayat dan remuk. Di telinga ku sekarang hanya terdengar raungan histeris tangisan ku sendiri yang menggema di rumah ini.
Aku sungguh tidak bisa menahannya lagi, hati ku benar benar hancur berantakan. Aku berniat untuk pulang cepat agar aku bisa menemui sosoknya lebih awal dan mengajaknya untuk menjalani hari hari kami yang sebelumnya pernah kami lewatkan karena kesedihan ku sendiri yang baru di tinggalkan oleh Chin Sun dengan penuh tanda tanya itu.
Tapi kenyataannya yang sedang ku hadapi sekarang adalah bahwa aku sedang melihat sosoknya yang sudah berlumuran darah ini sedang terkapar membiru di lantai yang dingin.
Terdapat bekas cekik kan di lehernya dan sayatan pisau di pipi kiri dan kedua pahanya, hal itu membuat ku semakin meraung dengan gilanya.
"YA TUHAN.. MENGAPA? MENGAPA HAL INI TERJADI PADAKU? MENGAPA KAU TERUS MENGUJI KU SEPERTI INI. BAHKAN KAU TIDAK MENGIZINKAN KU UNTUK BERBICARA DAN MENATAP MATA NYA UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA. INI SANGAT MENYAKITKAN UNTUK KU."
Aku berteriak sekencang yang ku bisa, aku tak peduli jika orang lain mendengar dan terganggu dengan itu.
"IBU.. JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRIAN!! YA TUHAN.. JANGAN SEPERTI INI PADA KU, AKU MASIH INGIN HIDUP BERSAMA IBU KU, SETIDAKNYA BERIKAN AKU KESEMPATAN UNTUK MENGHABISKAN LEBIH BANYAK WAKTU LAGI DENGANNYA."
Air mata yang terus mengucur tanpa henti ini semakin membuat ku kelelahan serta pusing. Aku sedikit merasakan bahwa kesadaran ku hampir hilang.
Namun, tiba tiba hal yang tidak pernah ku sadari mulai menyadarkan ku lagi.
"Apa.. Apa yang harus ku lakukan..."
Darah Ibu yang tercium menyengat di hidung ku membuat jantungku berdebar-debar tak karuan.
Rasa takut, gelisah, was was, putus asa, semuanya seakan bercampur menjadi satu. Namun, aku harus segera membawa Ibu ke rumah sakit sekarang untuk bisa di tindaklanjuti lagi karena sekarang aku benar-benar mulai tidak bisa berpikir dengan jernih.
Apa yang akan orang lain lakukan jika ia seusia ku dan mengalami hal atau kejadian seperti ini? Apa mereka juga akan melakukan hal yang akan aku lakukan sekarang.
Aku meraih telepon rumah yang tidak jauh berada dari tempat ku tersungkur sekarang, aku menelpon rumah sakit dan memberitahu kan alamat rumahku dan memintanya untuk mengantarkan ambulance nya kemari untuk menjemput Ibuku. Dan tak lupa aku juga meminta mereka untuk membawa polisi ke kemari.
Dan hal yang aku sadari adalah bahwa aku akan menindaklanjuti ini juga di kantor polisi, aku tidak boleh menghancurkan semua barang bukti ini mungkin saja ini adalah sebuah rencana pembunuhan dan aku mungkin akan mengetahui siapa pelakunya.
Aku hanya bisa berharap dan berharap, itu lah yang sering manusia lakukan bukan?
Namun jika ini semua bukan ulah manusia lantas apa yang bisa ku lakukan dan bagaimana aku mengatasinya. Apa aku harus meminta bantuan pada orang lain.
Sekitar 5 menit kemudian suara ambulance terdengar dari luar, langkah kaki orang orang yang akan segera membuka pintu itu semakin membuatku berusaha mencoba menguatkan diri ku lagi.
Karena ini lah kenyataan yang benar benar harus ku hadapi, ini lah akhir cerita kehidupan indah yang sudah ku jalani, dengan Ibu yang sekarang telah meninggalkan ku sendiri.
Tapi aku harus tetap hidup karena aku tidak ingin semua kejanggalan yang aku alami ini pada akhirnya akan membawa ku pada jurang kematian ku sendiri.
Aku harus kuat dan menyakini diriku sendiri bahwa aku mampu melawan semua ini serta mengungkap semua teka teki ini, aku yakin ada cerita di balik kejadian yang terus menimpa kehidupan ku selama ini.
Aku hanya perlu bersabar dan menunggu jawaban yang akan membawa ku pada akhir cerita ku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Badut
Buat makhluk hidup emang ada ajah cobaan nya/Sweat/
2024-02-18
0
Lisa Z
indigo kah Diaaa??
2023-11-17
0
Lisa Z
terancam dari siapa tuhh
2023-11-17
0