Tiga tahun kemudian.
Seorang pemuda blesteran Indonesia-Turki berjalan menggunakan setelan jas rapi dan begitu formal. Dia masuk ke sebuah ruangan yang akan diadakan sebuah acara fashion show. Pemuda itu berjalan dengan gagahnya, wajahnya yang tampan dengan hidung mancung dan tetap memiliki garis tegas di wajah, menarik beberapa staf wanita yang ada di ruangan itu.
“Siapa dia, tampan sekali.” Seorang staf penanggung jawab acar fashion show terkagum-kagum dengan tampang pemuda yang baru saja melintas di depannya.
“Dia adalah direktur utama perusahaan permodelingan yang digunakan desainer kita,” bisik staf wanita lain.
“Astaga, modelnya cantik-cantik dan memukau, direkturnya lebih tampan dan memukau.” Staf wanita itu sangat mengagumi pemuda bernama Zayn Adzriel, putra pertama dari pemilik perusahaan Adz modeling.
Zayn datang ke acara itu untuk memastikan modelnya bekerja dengan baik. Dia memang terbiasa memantau semuanya sendiri. Zayn duduk di kursi deretan paling depan sebelah panggung, menunggu para tamu lain hadir dan acara dimulai.
Saat sedang duduk menunggu, ponsel Zayn berdering. Dia lantas merogoh saku jas dan melihat nama temannya terpampang di sana. Tanpa pikir panjang, Zayn pun langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.
“Ha ….” Baru saja akan menyapa, Zayn sudah mendengar suara temannya dari seberang panggilan bicara sedikit keras.
“Di mana kamu?” Suara teman Zayn terdengar dari seberang panggilan.
“Luar kota, ngapain telepon galaknya kek kucing beranak!” Zayn terkekeh setelah mengatai teman yang dikenalnya karena sebuah balap liar ketika masih belum mengurus perusahaan.
“Sialan! Memangnya aku kucing betina!” Teman Zayn terdengar emosi karena perkataan pemuda itu.
Zayn tergelak mendengar temannya kesal.
“Ada urusan apa nyari?” tanya Zayn kemudian.
“Ada yang ingin aku tanyakan, kapan pulang?” tanya teman Zayn dari seberang panggilan.
“Lusa, begitu sampai aku kabari,” jawab Zayn.
Panggilan itu berakhir setelah teman Zayn membalas. Zayn sendiri memasukkan kembali ponsel ke saku jas, lantas menatap beberapa kursi yang mulai terisi oleh tamu undangan acara fashion show itu.
“Pak Zayn.” Seorang wanita menyapa pemuda itu.
Zayn menoleh dan melihat seorang wanita sudah berdiri di samping kursinya.
“Saya Meghan.” Wanita itu memperkenalkan diri.
Zayn langsung berdiri mendengar nama wanita itu, menatap wanita yang berpakaian begitu modis dan terlihat begitu elegan.
“Senang bertemu dengan Anda, Nona.” Zayn langsung membalas sapaan wanita itu.
“Saya tak menyangka jika direktur utama Adz Modeling masih sangat muda. Pantas saja model-modelnya juga muda dan sangat cocok dengan busana yang saya ciptakan,” ujar wanita bernama Meghan itu dengan tatapan terus tertuju pada Zayn.
Zayn mengulas senyum tipis, lantas mengajak wanita yang ternyata seorang desainer untuk duduk bersamanya. Meghan adalah desainer yang menyewa model dari perusahaan Zayn, wanita berumur dua puluh sembilan tahun itu terlihat begitu anggun dengan bola mata berwarna biru.
“Anda terlalu memuji, saya sudah berumur cukup tua untuk menjadi seorang direktur,” seloroh Zayn saat sudah duduk bersama Meghan.
Meghan tertawa, lantas membalas candaan Zayn. “Ya, mungkin tua jika di kalangan para model Anda, tapi muda di kalangan kita sebagai pengusaha.”
Zayn lagi-lagi tersenyum tipis mendapat pujian itu.
“Saya berpikir, jika tak mungkin orang penting seperti Anda akan datang ke acara sederhana saya. Namun, siapa sangka Anda sangat rendah hati hingga menyempatkan datang kemari,” ujar Meghan.
“Saya ke sini hanya untuk memastikan semua lancar. Saya tak ingin ada kesalahan dari para model perusahaan saya. Bagi saya, kepuasan konsumen adalah yang utama,” balas Zayn panjang lebar.
Meghan memperhatikan Zayn, merasa kagum dengan sikap profesional pemuda itu dalam mengurus perusahaan.
“Saya benar-benar tersanjung Anda ada di sini. Saya harap kelak kita bisa terus menjalin hubungan dalam urusan bisnis, mungkin juga merambah ke urusan lain,” ujar Meghan.
“Saya juga merasa istimewa karena telah dipercaya oleh desainer terkenal seperti Anda, untuk menjadi salah satu bagian dari acara mewah ini,” balas Zayn dengan senyum di wajah.
“Ya, saya harap hubungan ini bisa terus berlanjut, Pak Zayn. Atau haruskah aku panggil Tuan Zayn, mengingat Anda tak setua yang saya bayangkan.” Tatapan Meghan tak teralihkan dari Zayn.
Zayn yang awalnya menatap ke arah panggung, lantas menoleh Meghan yang duduk di sebelahnya. Pemuda itu mengulas senyum dan berkata, “Terserah Anda, selama itu membuat Anda nyaman.”
**
Paris-Prancis
Lusy terlihat memandang celah di dinding di mana ada cahaya bulan yang masuk menelusup di sana. Lusy menghitung hari, menunggu kebebasannya sebentar lagi.
“Cheryl, Mommy rindu,” lirih Lusy.
Lusy masih mendekam di penjara, sedangkan bayi yang dilahirkannya kini dibawa dan dirawat oleh Joya. Bayi yang dilahirkan Lusy berjenis kelamin perempuan, bayi mungil dan cantik itu diberi nama Cheryl Fernandez oleh Joya.
Joya sendiri tidak memutus hubungan antara Cheryl dan Lusy. Setiap Minggu Joya akan membawa Cheryl ke penjara agar Lusy bisa melihat bayinya. Namun, beberapa minggu yang lalu, Joya berkata jika dipindah tugas dan harus kembali ke Indonesia, membuat Lusy begitu sedih karena tidak bisa bertemu dengan putrinya lagi sebab Cheryl dibawa Joya ke Indonesia.
“Kami menunggu kebebasanmu, jika saat itu tiba, datanglah ke Indonesia dan kamu bisa bertemu serta membawa Cheryl bersamamu.”
Begitulah Lusy mengingat ucapan Joya saat terakhir mendatanginya dan memperlihatkan Cheryl untuk yang terakhir kali.
“Tunggu Mommy, Cheryl. Setelah ini kita bisa hidup bersama.”
Buliran kristal bening luruh dari ujung kelopak mata, janin yang dulu ingin dibunuhnya, kini lahir dan tumbuh menjadi bayi menggemaskan dan begitu cantik.
**
Hari berikutnya. Lusy dipanggil oleh sipir karena ada orang yang hendak menjenguknya. Lusy merasa heran karena selama ini selain Joya, tidak ada yang mendatanginya di penjara.
“Siapa yang mencariku?” tanya Lusy saat sipir membuka pintu ruangan khusus menjenguk tahanan.
“Maximus.” Sipir menjawab sambil membuka pintu ruangan itu.
Lusy membulatkan bola mata lebar, untuk apa pria itu menemuinya setelah dua tahun lebih tidak peduli.
Max melebarkan senyum saat melihat Lusy, tapi tidak dengan wanita itu yang sudah mati rasa dengan Max.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Lusy dengan tatapan dingin.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Max balik.
“Apa itu penting untukmu?” Lusy menanggapi ucapan Max dengan nada ketus.
Max menghela napas kasar, kemudian terlihat berpikir seolah ada yang ingin disampaikan.
“Lu, aku tahu sudah salah karena telah menelantarkanmu bahkan tidak peduli saat kamu dipenjara. Tapi percayalah jika semua itu karena aku masih syok dengan yang terjadi, serta belum siap mengungkap semua ke istriku,” ucap Max sambil menatap lekat Lusy.
Lusy tertawa ironi, setelah sekian tahun kini Max datang dan mengatakan jika syok, munafik sekali.
“Apa kamu pikir aku percaya? Katakan, apa yang sebenarnya kamu inginkan!” perintah Lusy karena tahu betul bagaimana sifat Max.
Max menatap tajam Lusy, ternyata tidak bisa membujuk dan merayu wanita itu lagi seperti dulu.
“Baiklah, tampaknya aku tidak bisa berbasa-basi denganmu.”
Tebakan Lusy benar, pria itu datang dengan maksud tertentu.
“Aku ingin bayi kita.”
Lusy membulatkan bola mata lebar mendengar permintaan Max.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
enak aja kamu ngomong begitu Max,ga ingat apa kamu menyuruh Lusy untuk menggugurkan kandungannya😡
2023-01-07
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ngomong kok saenak udele dewe' 🙄🙄🙄 dulu kau suruh Lusi menggugurkan, sekarang malah minta anak nya... bilang aja sudah digugurin Lu...
2022-12-29
1
📴🦋⃟🍾⃝ ʜͩᴀᷞᴍͧɪᷠᴅͣ✿᭄ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠ᴸᴷ
dih si max ga tau malu banget,,
udah nyuruh gugurin tuh bayi,, bikin lusi hampir gila, sampe nabrak orang berakhir dipenjara,, gada pedulinya sama sekali sama lusy,
setelah bertahun2,, tiba2 datang minta bayinyaa,,
SITU WARAS MAX 😒😒???
2022-12-29
2