Lusy begitu terkejut dengan yang terjadi, kedua tangan gemetar bahkan kaki tidak sanggup digerakkan karena begitu takut. Dia pun membuka pintu mobil, turun dengan tubuh gemetar dan wajah masih basah karena sejak tadi terus menangis.
Lusy langsung membungkam mulut saat melihat apa yang tidak sengaja diperbuatnya.
“Ya Tuhan.”
Kedua kaki Lusy terasa lemas, hingga tubuh wanita itu terduduk di aspal yang berselimut salju. Dia melihat wanita tua yang terbaring di jalanan bersimbah darah dan sudah tidak bergerak, karena tidak sengaja ditabrak olehnya.
“Kenapa nasibku begitu buruk?” Lusy menangis dan menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan.
Hancur dunianya saat mengetahui kekasih sudah beristri, kini masa depannya semakin kelam saat dirinya tidak sengaja menabrak seorang pejalan kaki.
**
“Dasar sialan! Kamu harus mati seperti Nenek kami!”
Seorang wanita mengumpat, bahkan mendorong tubuh Lusy hingga terhuyung dan jatuh ke lantai.
Lusy mencoba menahan tekanan yang didapat, sakit hati belum hilang karena ditinggal kekasihnya, kini dirinya harus berhadapan dengan keluarga wanita tua yang ditabraknya sampai meninggal.
Lusy mencoba bangun, perawat yang ada di sana membantu Lusy karena melihat jika wanita itu begitu syok dan tertekan. Lusy kemudian diminta duduk, sedangkan pria dan wanita keluarga korban yang ditabrak Lusy, menatap bengis ke wanita itu.
Lusy mendapatkan ancaman juga makian. Dia sendiri sudah tidak bisa mendengarkan orang-orang itu bicara karena tekanan yang terus menerus diterima. Tatapannya begitu kosong, hingga tanpa sadar Lusy menyentuh perut.
“Polisi akan datang dan bersiaplah mendapat pengadilan!”
“Kamu harus dihukum mati juga!”
Lusy masih terdiam mendengar semua cacian dan ancaman itu, merasa jika hidupnya sudah hancur, jika semakin hancur pun dia sudah pasrah.
Joya—teman Lusy datang ke rumah sakit setelah Lusy menghubungi dan berkata kalau dirinya menabrak orang sampai meninggal. Teman Lusy itu langsung duduk di samping Lusy, kemudian memeluk erat Lusy yang begitu syok.
Joya memaki wanita dan pria yang sejak tadi mengancam Lusy, meminta mereka tenang sampai polisi datang.
Lusy masih diam, bahkan kini tidak menangis seperti tadi. Dunianya sudah luluh-lantah, tidak ada lagi yang bisa diharapkannya.
Joya terus mengajak bicara Lusy, bahkan mengusap wajah dan merapikan rambut Lusy. Namun, Lusy masih bergeming dalam dekapan Joya.
“Apa aku akan mati di penjara?” tanya Lusy yang akhirnya membuka suara. Dia begitu putus asa dan kehilangan harapan.
Joya mencoba menghibur, berkata jika akan membantu mengatasi masalah Lusy.
Lusy berkata jika begitu menyesal karena telah terbujuk rayuan Max. Kenapa dirinya mau diajak bercinta, hingga akhirnya hamil dan kini malah dibuang. Lusy benar-benar tidak sanggup menghadapi hidup yang kini dijalaninya.
“Joy, aku ingin mati saja. Atau aku gugurkan saja bayi ini, Joy. Aku tidak sanggup. Aku tidak ingin dia merasakan dinginnya dinding penjara, aku tidak sanggup!”
**
Lusy akhirnya harus mendekam di penjara karena kelalaian hingga mengakibatkan nyawa orang lain melayang. Namun, Joya tidak tinggal diam dan meminta bantuan perusahaan untuk memberikan perlindungan hukum ke Lusy, terlebih Lusy dalam kondisi hamil.
Lusy duduk di sel yang begitu dingin, tidak ada alas untuk duduk, hanya ada lantai dan dinding yang terasa dingin. Dia memandang ke arah celah tembok yang terdapat di sisi sel, melihat sinar matahari masuk dari sana.
“Jika aku harus mendekam di sini, seharusnya bayi ini tidak ikut bersamaku. Kenapa kamu harus hadir saat aku terpuruk, kenapa?” Lusy memukul perutnya sendiri, tidak sanggup jika harus hamil kemudian melahirkan di tempat itu. Bagaimana nasib bayinya jika lahir di tempat yang gelap dan mengerikan itu.
**
Lusy divonis penjara hanya tiga tahun, sebab salah satu cucu wanita yang ditabraknya meminta keringanan hukuman untuk Lusy, karena wanita itu tidak sengaja, serta keluarga juga lalai dalam menjaga wanita tua yang sudah pikun itu.
Joya sendiri mencoba memberi kabar ke Max tentang kejadian yang menimpa Lusy, tapi ternyata pria itu tidak acuh serta mengatakan jika tidak peduli lagi dengan Lusy.
“Lu, makan yang banyak, ya.” Joya datang hari itu untuk menjenguk Lusy, gadis itu datang setiap hari untuk memastikan Lusy baik-baik saja.
Wajah Lusy terlihat begitu pucat, mungkin karena sedang hamil muda dan sering mual di pagi hari. Lusy mengangguk, kemudian mengambil alat makan untuk bisa menikmati makanan yang dibawakan Joya.
“Kamu harus makan banyak, agar kamu dan bayimu sehat,” ucap Joya yang senang karena Lusy mau makan.
Lusy berhenti makan, lantas memandang Joya yang tersenyum.
“Joy, aku tidak sanggup menghadapi ini. Bagaimana kalau aku menggugurkan saja janin ini?” tanya Lusy dengan tatapan penuh keputusasaan.
Joya sangat terkejut mendengar ucapan Lusy, hingga kemudian menggenggam erat telapak tangan Lusy.
“Kamu jangan bicara seperti itu, dia tidak bersalah jangan membunuhnya,” pinta Joya.
Lusy menunduk dan buliran kristal bening mulai luruh dari kelopak mata. Kedua pundak bergetar hebat atas permintaannya yang terdengar begitu jahat.
“Tapi aku tidak sanggup melihatnya lahir dan hidup di penjara, Joy. Dia terlalu lemah untuk hidup di tempat gelap seperti ini.” Lusy bicara sambil menangis sesenggukan.
Joya kini menggenggam telapak tangan Lusy dengan kedua telapak tangan, mencoba menyalurkan kekuatan untuk Lusy agar tidak menyerah dengan takdir yang dijalani.
“Dengarkan aku, kamu masih memiliki aku, Lu. Aku akan merawat bayimu jika dia lahir, akan aku berikan dia cinta dan kasih sayang sampai kamu keluar dari sini. Percayalah kepadaku, aku akan merawatnya seperti merawat anakku sendiri!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
beruntungnya Lusy punya sahabat seperti Joya
2023-01-01
1
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
sudah jatuh kegencet itu lah Lusy
udh hamil di luar nikah mana nabrak orang Smpe meninggal lagi
2022-12-29
1
Noffi
Lusy yg kuat ya,selama menjalani hukumannya.
2022-12-28
0