Di saat sang mantan suami galau di seberang sana, Chaca terlihat sangat bahagia karena sang suami sangat memahaminya.
Baru saja sang suami mengatakan bahwa mantan suami Chaca menelpon, dia terlihat sangat cuek.
Meskipun Chaca merasa tidak enak hati dan takut sang suami akan marah.
"Sayang? Kau pasti kesal karena suamiku menelpon ya?" ucap sang istri dengan memeluk dari belakang tubuh sang suami.
Dia sedang merayu sang suami agar tidak marah meskipun sang istri paham jika sang suami memang orang yang jarang marah.
Sejak pertemuan dengannya satu bulan lalu, perangai sang suami sangat baik dan selalu menjaganya.
Kegagalan dalam menjalin kehidupan rumah tangga, membuat sang suami belajar bahwa sesuatu yang manis dan baik-baik saja, tidak selamanya akan baik hingga pada saatnya kau akan mendapatkan hal yang sangat mencengangkan di luar sana, sebuah kisah tak sempurna tentang kasih putih yang harus terhina oleh perselingkuhan yang nyata.
Sang istri juga memahami hal ini, dia selalu mendukung apapun keputusan sang suami, karena pernah suatu saat ketika keduanya masih bersama, mantan istri Samuel, melabrak Chaca.
Sang wanita dengan tidak tahu diri mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pelakor.
Mana ada pelakor sudah merebut suami ketika status pernikahan Sam dan mantan istri telah bercerai?
Tuduhan tidak masuk akal yang selama ini masih menjadikan dia kesal karena sang wanita juga sempat menampar pipinya hingga merah.
...
"Aku tidak marah sayang, kenapa harus marah? Kau masih berada dalam genggamanku dan kita akan terus bersama, kau tidak perlu merasa bersalah. Dia hanya ingin rumah tangga kita hancur, padahal aku tidak akan membiarkan dia menganggu kehidupan kita. Tetaplah fokus pada hubungan ini kita harus segera memiliki anak."
Sang pria mengkode istrinya agar mau mempercepat mendapatkan momongan.
"Kau sangat cantik." Sang suami memang pandai merayu.
Dua jam kemudian ...
Keduanya masih saja berada dalam cinta yang membara.
"Bayi kembar, aku suka baby."
"Iya, tetapi aku lebih suka bayi kembar 3."
"Waw, sangat luar biasa."
Kedua kini berada di dalam peraduan yang indah serta lampu kamar yang redup.
Kisah cinta yang singkat tetapi penuh dengan perasaan yang tidak kaleng-kaleng.
Kegagalan dalam pernikahan dan kasus perselingkuhan membuat keduanya lebih waspada dan tahu trik mengatasi kesenjangan itu.
Bahkan sang istri memilih untuk menjadi ibu rumah tangga agar sang suami lebih ada waktu di rumah dan dia tidak akan kesepian.
Padahal sang suami tidak pernah melarang sang istri untuk tetap di rumah, dia ingin sang istri berada dalam kegiatannya dahulu.
"Aku tidak mau bekerja."
"Aku lebih suka kau bekerja, itukan cita-citamu, menjadi wanita karier. Aku tidak akan membatasimu."
"Aku lebih suka menjadi ibu rumah tangga."
"Terserah kau saja, jika sudah menjadi keputusanmu, aku sangat menghargainya."
.
.
.
"Sayang?" panggil sang suami mesra.
"Ada apa sayang?" jawab sang istri.
Dia tidak pernah menyangka kehidupannya akan mendapatkan cerita lain yang lebih bahagia.
"Aku ingin mengajak kau pergi ke luar negeri. Kebetulan aku ada proyek di sana, bagaimana? Apa kau mau ikut?" ungkap sang suami berharap istri yang sangat dia cintai, mau ikut dengannya.
"Hm, aku ikut apapun yang kau mau karena apapun itu, jika kau yang memberikan perintah, pasti akan menjadi sesuatu yang baik ke depannya."
"Oke, kita setelah ini mandi dan bersiap-siap?"
Satu jam kemudian ...
keduanya sudah bersiap, cukup cepat untuk merapikan dan mempersiapkan segalanya karena duda dan janda itu sangat mandiri.
Semua hal bisa dia lakukan tanpa bantuan siapapun, hanya satu yang tak bisa keduanya lakukan, yaitu, membuat diri sendiri menjadi lebih berwarna dengan cinta, semula tidaklah mudah karena pengkhianatan merupakan satu hal yang sangat tidak diinginkan keduanya justru datang dan menghancurkan hidup mereka.
"Kamu siap?"
"Siap!"
"Gas!"
Keduanya terlihat sangat bahagia dengan sang suami yang menyetir.
Sepanjang perjalanan, keduanya terlihat perbincangan.
"Baby, apa kau tahu bagaimana rasanya aku menjadi istrimu?"
"Hm bagaimana rasanya?"
"Sangat bahagia."
"Baby, tak akan pergi ke mana?"
"Tempat yang pernah kau sebutkan ketika kita perkenalan."
"Astaga, tempat itu? tempat itu sangat jauh! Apa kau tidak lelah menyetir?"
"Oh tidak, tidak sama sekali, aku masih menjadi orang yang sangat kuat."
"Ya ya, dengan badan sebesar itu pasti kau sangat enteng mengatakannya, ya ya, aku paham."
Sang istri mencubit lengan sang suami, dan membuatnya terkejut.
"Hey! nanti aku nabrak lho beib."
"Iya, maaf. Kau sangat menggemaskan, jadi aku gemas."
"Hehe, okelah."
Saat keduanya saling pandang dan tersenyum, tiba-tiba saja sang istri teringat akan Bram.
Dia ingin memperjelas siapa Bram sebenarnya.
"Baby, aku masih merasa bersalah jika tak memberikan informasi mengenai, Bram."
Sang istri menatap separuh wajah sang suami yang kini tengah fokus menyetir, dia terlihat tidak menengok.
"Baby, dengarkan saja ya? aku tidak mau kau tahu dia dari orang lain."
"Iya, cerita saja. Aku akan mendengarkan."
Sang istri menghela nafas dan memulai kata pertamanya.
"Bram dan aku menikah karena cinta, hubungan kami sangat bahagia karena dia adalah kakak tingkatku saat kuliah dulu. Aku dan dia saling mengenal karena saat pengenalan mahasiswi baru, aku mendapatkan julukan gadis baru tercantik."
"Ya, aku tidak meragukannya. Next."
"Baby! jangan menggodaku!"
"Aku tidak menggodamu, hanya saja kau memang cantik. Lanjutkan ceritanya."
"Oke, setelah itu, pernikahan adalah suatu hal yang sangat membahagiakan hingga satu kesempatan, Bram meminta waktu untuk pergi ke kota kelahirannya, entah apa yang dia ingin lakukan. Aku tidak boleh ikut bersamanya. Nah setelah itu, baru semuanya berubah. Bram jarang pulang awal, dia pasti pulang jam 1-4 pagi, so pasti dia tidur, aku pergi bekerja. Seperti itu terus, tidak ada waktu untuk mengobrol hingga aku melihat sebuah foto di ponsel yang tergeletak diatas meja, awalnya aku tidak kepo, tetapi karena seringnya Bram menunda untuk memberikan waktu kami bicara, pada akhirnya aku tahu jika Bram telah mendua. Sejak saat itu, aku langsung minta cerai. Dia memohon agar memaafkannya, tapi sorry ku tidak bodoh! aku memilih menyerahkan harta bersama dan memulai segalanya dari nol."
Sang istri terlihat sedih dan meneteskan air matanya.
Dia teringat akan kesedihan di masa lalu, ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai merupakan penderitaan yang nyata.
Chaca sudah merasakannya hingga benar-benar tak tersisa lagi cinta untuk pria lain.
Saking sakitnya perasaan yang dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjaga dirinya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments