Surprise Child
Drap Drap Drap
"Pelan-pelan Putri... saya mohon!" teriak seorang pelayan dengan nafas sepenggal yang hampir habis, diikuti pelayan lain dibelakang yang kondisinya tak jauh berbeda.
Hahahahahaha
"Ayolah... kejar aku!" teriaknya dengan tawa riang.
Bruk
"Ah! hhhhhhh hhhhhhh hhhhhhh ayah," panggilnya dengan senyum yang memudar.
"Yang Mulia," sapa para pelayan itu segera menundukkan tubuh saat melihat Sang Raja berdiri tepat dihadapan putrinya.
Hanya dengan sekali lihat ia tahu putrinya telah membuat para pelayan kerepotan, menggelengkan kepala ia benar-benar tak mengerti mengapa semua Putri gemar membuat keributan.
"Sepertinya pendidik mu belum mengajarkan bahwa seorang putri dilarang berlarian di istana," ujarnya pelan namun dengan nada tajam yang langsung membuat Sang Putri menunduk.
"Sudah ayah," jawabnya pelan.
"Kalau begitu jangan melupakannya."
Itu adalah sebuah perintah yang harus diikuti.
"Kemarilah! pangeran sebentar lagi akan pulang dari perburuannya."
Mereka berjalan menyusuri koridor, melewati para penjaga yang segera memberi hormat saat mereka lewat. Tepat di muka pintu istana mereka berdiri tegak, memperhatikan Sang Pangeran yang baru pulang bersama para prajuritnya.
Menuntun kuda jantannya Pangeran tak lupa memberi hormat kepada Sang Raja, menerima pujian kecil atas hasil buruannya yang cukup memuaskan.
Waktu makan malam sebentar lagi akan tiba, Raja memberi titah agar hewan buruan itu segera di bawa ke dapur untuk di masak sementara mereka akan bersiap.
Dibantu para pelayan Pangeran membersihkan dirinya, menghilangkan bau lumpur dari tubuhnya sebelum kemudian berpakaian.
"Tersenyumlah ratuku, jangan sambut bintang dengan muka masam agar mereka tak sembunyikan diri dibalik awan," tegur Pangeran.
Tapi putri masih merajuk, ia bahkan enggan menampilkan wajahnya.
"Ada apa? katakan padaku!" pintanya dengan lembut.
"Kau sangat beruntung! ayah memberimu ijin untuk melakukan segala hal yang kau mau sementara aku harus berhadapan dengan buku dan kain setiap hari," keluhnya.
"Owh ratuku, mungkin kau melakukan hal yang membosankan setiap hari tapi masa depanmu sangat cerah. Sepeninggal Raja anak kita akan segera naik tahta dan kau seketika menjadi Ratu, mengapa harus merajuk untuk hal yang tidak perlu?" tanyanya.
Putri membalas dengan tatapan dingin, membuat Pangeran menyesal telah mengatakannya.
"Kita bahkan tidak tahu kapan aku akan hamil," ketusnya.
"Pasti sebentar lagi, bersabarlah. Ah baiklah, aku akan meminta ijin kepada Raja untuk membawamu jalan-jalan besok."
"Sungguh?" tanya Putri kembali sumringah.
Pangeran menganggukkan kepala, menerima ucapan terimakasih serta pelukan yang hangat.
Hanya kepada Pangeran Thodor Raja selalu berbaik hati, apa pun yang dimintanya pasti akan ia berikan. Usut punya usut Pangeran Thodor adalah anak dari sepupu jauh Sang Raja, hanya dengan mengetahui itu semua orang sudah tahu Raja tidak menginginkan darah campuran untuk keturunannya.
Ia percaya tahta hanya akan aman selama berada dibawah naungan garis keturunannya, itulah mengapa ia menikahkan putrinya Agrarta kepada pangeran Thodor.
Selain dari itu pangeran Thodor adalah sosok pria sejati yang pintar dan selalu mengutamakan kepentingan istana, karena itu kepadanya ia berikan tanggungjawab mengayomi putri Agrarta yang masih belum dewasa secara pemikiran.
Raja selalu berharap putri mau belajar agar kelak menjadi Ratu yang hebat, namun sayangnya putri masih suka bermain seperti saat ini. Ia bersorak kegirangan saat Raja memberi ijin kepada mereka, meski dengan satu syarat yaitu hanya berlaku selama satu hari yang artinya besok pagi mereka harus sudah berada di istana.
Tak masalah bagi putri Agrarta, meski hanya sehari tapi ia sudah senang bisa melihat dunia luar secara bebas. Dari dalam kereta kuda ia melihat banyak jenis pepohonan yang hijau dan rindang, udaranya yang sejuk dan angin yang menyebarkan serbuk bunga.
"Kita akan pergi kemana?" tanya putri.
"Kastil, kau bisa bermain dengan kelinci disana."
"Sungguh? ada hewan apa lagi disana?" tanyanya lagi bersemangat.
"Tidak banyak, tapi aku yakin kau akan bersenang-senang."
Putri tersenyum, percaya kata-kata itu akan terwujud sebab ia sudah mengenal baik suaminya itu.
Iiiihhhhhaaaaa...
"Pergi! dasar makhluk hina!" teriak seseorang tiba-tiba.
Kereta berhenti, membuat mereka penasaran apa yang telah terjadi. Pangeran segera turun untuk memeriksa diikuti oleh putri yang dibantu pelayannya, tepat di depan mereka melihat seorang wanita bertudung.
Jendral yang memimpin iringan itu segera turun dari kudanya saat melihat pangeran mendekat diikuti oleh yang lain.
"Ada apa ini? kenapa berhenti?" tanya pangeran.
"Mohon maaf pangeran, wanita ini tiba-tiba keluar dari semak-semak dan mengagetkan kuda ku."
"Dasar bajingan! kau yang hampir menabrak ku dengan kuda sialan mu!" bantah wanita itu dengan kesal.
"Beraninya kau bicara seperti itu dihadapan Yang Mulia! tunjukkan rasa hormat mu!" perintah Jendral segera mengambil tindakan.
"Aarh!" pekik wanita itu saat tubuhnya di paksa untuk menunduk.
Dari balik tudungnya ia menatap bagaimana pangeran dan putri menatap jijik padanya, sungguh sebuah penghinaan yang tak bisa ia terima.
"Hanya karena kau diatas kereta dan aku beralaskan sandal bukan berarti derajat mu lebih tinggi dariku! dasar murahan!" teriak wanita itu.
"Diam!" perintah Jendral semakin menekan tubuhnya kebawah.
"Cepat singkirkan dia!" perintah putri tak tahan.
"Baik!" jawab para prajurit.
"Tidak! lepaskan aku! lepas!" jerit wanita itu sambil meronta.
Tapi tangan para prajurit sangatlah kuat sehingga ia tak bisa melepaskan diri, semakin ia meronta tubuhnya semakin ditarik dengan kencang.
Kebencian pun tak dapat terelakkan, penuh dendam wanita itu merapalkan mantra sambil menatap sang putri. Semakin ia menjauh dari mereka mantra itu semakin bekerja hingga pada perlahan membuat putri merasakan sakit, awalnya dari perut kemudian merambah hingga keseluruh tubuh.
Pangeran yang panik sebab putri tiba-tiba menjerit kesakitan memutuskan untuk kembali ke istana, setelah sampai tabib pun di panggil namun anehnya tabib tak menemukan penyakit apa pun.
Siang dan malam putri terus menjerit kesakitan di atas ranjang, setiap hari tabib baru yang terkenal hebat di panggil untuk memeriksa. Tapi mereka semua menggelengkan kepala, tak ada yang tahu putri mengidap penyakit apa.
Tiga hari lamanya bagai di neraka, semua sudah tak tahan bahkan hampir putus asa.
Dalam untaian doa dan air mata tiba-tiba seorang pelayan berkata, "Yang Mulia mohon maaf atas kelancangan hamba, jika Yang Mulia berkenan ijinkan saya mengenalkan seseorang."
"Siapa? bawa saja dia kemari dan suruh memeriksa putri!" perintahnya.
"Sebelum itu Yang Mulia harus berkenan akan satu hal."
"Apa itu? sebanyak apa pun harta yang kau inginkan pasti akan kuberi."
"Bekerja menjadi pelayan anda sudah merupakan rahmat bagi saya, ini adalah tentang sesuatu yang lain. Orang yang hendak saya kenalkan bukanlah seseorang melainkan sesuatu, jika dia berhasil menyembuhkan sang putri anda harus berkenan mengambulkan apa pun permintaannya."
"Pasti akan aku kabulkan, sebagai Raja aku tidak akan mengingkari sumpahku! siapa dia?" tanya Raja.
"Damien."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments