Drrssssss
Hujan terus mengguyur bumi, menghilangkan jejak pria itu setiap langkah baru tercipta. Diatas tanah yang bau dingin cupingnya hidungnya sudah memerah, sepenggal nafasnya yang berat memberitahu medan cukup sulit untuk di lalui tapi ia tak mau menyerah.
Akhirnya senyumnya mengembang saat ia melihat sebuah gubuk dekat hulu sungai, tanpa menunda lagi segera ia menuju gubuk itu dan masuk ke dalamnya.
Kreeeettt
Derak pintu menyambut kedatangannya serta bau apek yang kentara dengan debu, tapi itu lebih baik karena setidaknya tempat itu tidak bocor.
"Halo!" serunya sambil berjalan lebih dalam lagi.
Tak ada yang menyahut, hanya suara gemuruh hujan yang dapat ia dengar. Ia pun memutuskan untuk menyalakan perapian agar ada sedikit kehangatan diruangan itu, tapi baru saja ia hendak berjalan tiba-tiba matanya menangkap sebuah bayangan hitam dari arah kamar.
"Halo?" serunya lagi sambil mencoba mendekat.
Whuuuusss
Tiba-tiba bayangan gelap itu menghilang begitu saja, panik ia mundur beberapa langkah sambil menatap waspada ke sekitar.
"Jonah!" seru seseorang tepat dibelakangnya.
"Ah! hhhhhh hhhhhh Damien," balasnya kaget.
Seringai Damien menunjukkan betapa senangnya ia mendengar degup jantung Jonah yang begitu kencang, juga aroma keringat yang mengalahkan bau dingin air hujan.
"Kenapa kau kemari?" tanya Damien.
"Raja butuh pertolongan mu," sahut Jonah.
Ia pun menceritakan apa yang menimpa putri Agrarta, menurut pengalamannya Damien pasti tahu penyakit apa yang di derita putri dan dia mampu untuk menyembuhkannya.
Senyum Damien mengembang, ia mengangguk setuju untuk membantu.
Hanya sekali lihat saja Raja mengerti maksud Jonah saat memberitahunya bahwa Damien bukanlah manusia, dia adalah makhluk malam dengan keabadian hitam yang menyertainya.
Meski lebih terkenal sebagai sosok monster penghisap darah manusia tapi Raja sama sekali tak keberatan asalkan ia benar-benar bisa menyembuhkan putri.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya pangeran Thodor setelah Damien memeriksanya.
"Dia terkena kutukan," sahutnya.
Seketika pangeran teringat akan wanita yang mereka usir, jika di telaah kembali memang putri tiba-tiba sakit setelah wanita itu marah pada mereka.
"Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?" tanya pula Sang Raja.
"Hanya ada satu cara, habisi pemilik kutukan."
Menurunkan mantelnya Damien bergerak dengan kecepatan tinggi, saat mantelnya jatuh ke lantai ia sudah menghilang dari pandangan semua orang.
Mengikuti bau sihir dari putri mudah bagi Damien menemukan jejak sang pelaku, apalagi hujan sudah reda yang membuat indra penciumannya jauh lebih baik.
Dalam waktu singkat ia berhasil menemukan wanita itu di tepian sungai, sedang tidur dibawah naungan pohon yang melindunginya dari hujan bukan darinya.
Berjalan perlahan Damien mengeluarkan sebuah belati siap untuk menyerang, tapi tiba-tiba.
Zaashh
"Ah!" pekik Damien saat tubuhnya terkena sebuah cairan yang membuat tubuhnya mengeluarkan asap.
"Aku tahu kau akan datang," ujar wanita itu dengan posisi sudah bangun dan tangan yang masih memegang botol bekas menyiram Damien.
"Ck, kalau begitu kau juga meramalkan kematianmu."
Tak memperdulikan ucapan Damien wanita itu segera mengeluarkan botol kedua, siap menyiram sampai seluruh tubuh Damien habis terbakar.
"Dasar penyihir!" ketus Damien.
Tak mau bermain-main Damien segera berlari secepat kilat hingga mata wanita itu tak mampu mengikuti pergerakannya, sedikit berputar-putar sambil menyerang begitu ada celah.
"Aarrrrrrggghhhhh.... sialan!" teriak wanita itu kesal sambil menyemprotkan air dalam botol ke segala arah.
Zhaaasss
Sialnya tindakan tak terduga itu membuat Damien terkena tepat di tangannya, melepaskan sarung tangan ia memeriksa kulitnya yang melepuh cukup parah.
"Ck," gumamnya kesal.
Ia harus mengakhiri ini sebelum lukanya melebar dan infeksi, mengeluarkan jati dirinya perlahan matanya berubah menghitam seiring taring yang mencuat keluar.
Whuuussss
Dalam satu hentakan saja ia meluncur tepat kedepan dimana wanita itu kini tanpa perlindungan.
Aaaaaaaaaa
Jeritan penuh keputusasaan yang tak pernah Damien kira, saat ia mulai menghisap setiap masa yang telah lalu itu meluncur dalam benaknya bagai air yang mengalir.
Bola matanya semakin menghitam bersamaan dengan derita wanita itu yang kini menjadi miliknya, sekarang ia mengerti mengapa di hatinya hanya ada kebencian.
Sungguh dia hanya wanita malang yang tak pernah merasakan bahagia, hanya karena wajahnya tidak secantik wanita lain bahkan sejak kecil ia sudah tak diterima keluarganya.
Berkelana dalam cacian dan hinaan tubuhnya tumbuh bersama dengan kekuatan kebencian yang hanya akan mengutuk hingga di penghujung nafasnya.
Perlahan Damien melepaskan cengkeramannya saat ia selesai menghisap, taringnya telah lenyap begitu juga dengan mata hitamnya.
Raungan kecil dari wanita itu menandai akan ketimpangan hidup, merasa kasian Damien mendekap wanita tak berdaya itu.
"Siapa nama mu?" tanyanya.
"Jesi.. ca... " sahutnya pelan.
"Nama yang bagus, apa yang kau ingin aku lakukan dengan jasadmu?" tanyanya lagi.
"Maukah kau... menguburnya? menandai dengan bunga... di tepi sungai ini... " jawabnya lagi.
"Aku akan melakukannya," janji Damien.
Wanita itu tersenyum, perlahan tangannya terangkat untuk membelai pipi Damien. Dalam hitungan detik sebelum nafas terakhirnya berhembus satu penglihatan membuatnya berkata, "Kau tidak beruntung dengan gadis."
Whuuussss
Entah mengapa angin tiba-tiba berhembus, seolah membawa serta ruh ke alam baka agar tenang dalam dunianya.
Menghembuskan nafas panjang Damien segera menggali dan menguburkan jasad wanita itu sesuai permintaan, setelah semua selesai ia pun kembali ke istana.
Fajar hampir tiba dan ia harus segera menyelesaikan urusannya sebelum terbakar dalam cahaya.
"Yang Mulia," sapanya.
"Oh Damien! putriku sudah sembuh! dia sudah sehat kembali!" seru Raja memperlihatkan bagaimana putri kini dapat tertawa dan bicara.
Damien hanya mengangguk, membiarkan haru sejenak pada keluarga bahagia itu.
"Ah, Damien. Sekarang katakan apa yang kau inginkan? aku pasti akan mengabulkannya," ujar Raja tak lupa akan sumpahnya.
"Benar! kau sudah menyelamatkan ku jadi kau berhak mendapatkan hadiah," timpal putri.
"Bagaimana dengan perhiasan? kami akan memberi sebanyak yang kau mau," tawar pula pangeran.
"Tidak Yang Mulia, aku tidak membutuhkan harta seperti itu."
"Lalu apa yang kau inginkan?" tanya Raja.
"Anak kejutan," jawab Damien.
Sejenak suasana tiba-tiba menjadi hening, mereka menatap Damien yang serius akan permintaannya.
Hoeeeekkk..
Tiba-tiba putri muntah yang membuat semua orang kaget begitu juga dengan Damien, ia tak mengira akan mendapatkan anak kejutan secepat itu.
"Aku akan kembali saat bayi itu telah lahir," ujar Damien sebelum kemudian menghilang.
"Ayah," panggil putri Agrarta pelan.
Tak ingin mati penasaran Raja segera memerintahkan tabib untuk memeriksa, sementara semua orang menunggu dengan harap-harap cemas tabib pun mengungkapkan hasil pemeriksaannya.
"Saat ini putri sedang hamil."
Para pelayan bersorak kegirangan sementara mereka hanya diam membisu, entah harus senang atau sedih sebab saat bayi itu lahir dia tak ditakdirkan untuk meneruskan tahta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments