Caca duduk dengan wajah cemberut dan itu membuat Mama Ismia penasaran dengan ekspresi Sang putri kesayangannya.
“Caca, kamu mau cerita pada Mama?” tanya Mama Ismia sembari mengemudikan mobilnya.
Bagi Caca Mama Ismia adalah seorang Ibu yang sempurna. Hal itu, membuat Caca bahagia karena Mamanya akan selalu setia mendengarkan setiap curahan hatinya.
“Mama tahu, 'kan? Guru Olahraga yang sering Caca ceritakan ke Mama?” tanya Caca yang sangat antusias untuk curhat.
“Oh yang kamu bilang Guru Olahraga yang muda dan tampan itu?”
“Iya, Ma. Tadi itu Pak Adi mengobrol sambil tertawa bersama Bu Intan, Guru matematika yang menyebalkan itu,” terang Caca.
“Terus?” tanya Mama Ismia.
“Kira-kira Pak Adi dan Bu Intan membahas apa ya Ma?” tanya Caca penasaran.
“Kamu nanya?” tanya Mama Ismia dengan logat Alif cepmek.
Caca tertawa geli mendengar suara Mama Ismia yang persis dengan logat Dilan Kw.
“Mama, kok Mama bisa bicara seperti itu? Mama pasti korban aplikasi tok di ketok itu ya?” tanya Caca dengan terheran-heran.
“Ya mau bagaimana, Caca. Sekarang itu banyak yang begitu bahasanya dan agak lucu juga sih untuk di tiru,” jawab Mama Ismia.
“Mama serius dong. Caca sedang ingin curhat ke Mama mengenai Pak Adi dan Bu Intan. Bagaimana jika mereka menikah?” tanya Caca sedih.
“Caca sayang, kalaupun Pak Adi dan Bu Intan menikah itu sudah takdir Allah, Caca bisa apa?”
Caca menunduk sedih mendengar Mama Ismia berkata seperti itu padanya.
“Kamu jangan sedih sayang. Ayo kita makan siang di tempat biasa!” ajak Mama Ismia.
“Mama, Caca boleh makan banyak ya?”
”Loh, bukannya kemarin Caca bilang mau mengurangi porsi makan?”
Caca menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kecut.
“Dietnya besok aja, Ma. Suasana hati Caca sedang jelek,” pungkas Caca.
“Iya sayang, terserah kamu saja. Kita ke restoran yang biasa ya, Papa juga sedang menuju ke restoran untuk makan siang bersama.”
Caca menatap Mamanya dengan tatapan tak yakin.
“Mama serius? Bukannya Papa besok baru pulang dari luar kota?” tanya Caca memastikan.
“Alhamdulillah Papa kamu pulang pagi tadi sayang.”
“Horee, Papa pulang Papa pulang. Itu artinya Papa membawa sesuatu untuk Caca,” tutur Caca yang sangat bersemangat melihat hadiah dari Papa Rio.
***
Caca dan Mama Ismia telah tiba di sebuah restoran yang siang itu cukup ramai pengujung untuk menikmati makan siang mereka.
“Mama, ayo cepat!” panggil Caca karena Mama Ismia tak kunjung ke luar dari mobil.
Mama Ismia mengambil tas jinjing hitam miliknya dan tak lupa menggandeng tangan Caca.
“Ma, Papa duduk sebelah mana?” tanya Caca sembari terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran.
Dari kejauhan, Papa Rio dengan semangat melambaikan tangannya ke arah istri dan putrinya.
Caca yang melihat lambaian tangan Papa Rio, saat itu juga berlari menghampiri cinta pertamanya.
“Papa!” Caca berteriak dengan penuh kebahgiaan.
Papa Rio bangkit dari kursi sembari merentangkan tangannya.
“Papa!” Caca menangis bahagia karena akhirnya bisa memeluk Papa Rio setelah hampir 2 minggu tidak bertemu.
“Apa kabar kesayangan Papa? Papa dengar beberapa hari yang lalu kamu sakit,” ucap Papa Rio.
“Papa tahu dari Mama ya?” tanya Caca karena sebelumnya Caca meminta Mama Ismia untuk tidak memberitahu perihal Caca yang tengah sakit.
“Mama kasih tahu Papa pagi tadi, Sayang. Maafkan Mama ya karena memberitahu Papa,” sahut Mama Ismia.
Papa Rio mengecup kening Caca dan merekapun duduk di kursi untuk segera memesan makanan.
Di saat yang bersamaan, Adi Hidayatullah baru tiba di sebuah restoran karena Orang tuanya meminta dia untuk mampir ke restoran dan membeli ayam bakar. Karena menurut orang tuanya, ayam bakar di restoran itu cukup enak.
Guru olahraga itu bergegas masuk ke dalam restoran agar bisa segera memesan ayam bakar pesanan orang tuanya.
“Pesan apa, Pak?” tanya pegawai restoran.
“Ayam bakarnya masih? Saya mau pesan 1 ayam bakar dan tidak pakai nasi,” terang Adi.
“Baik, Bapak bisa tunggu di sebelah sana dan ini nomor antrian Bapak, setelah ayam bakar pesanan jadi saya akan memanggil Bapak dengan nomor antrian,” pungkas pegawai restoran.
“Terima kasih,” tutur Adi dan berjalan ke kursi tunggu.
Caca bersama orang tuanya makan dengan lahap dan ketika Caca ingin menuangkan saus tomat ke makanannya, saos itu malah tumpah ke seragam sekolahnya.
“Seragam Caca kotor deh kena saus,” tutur Caca.
Mama Ismia mencoba membersihkan saus itu dengan tisu, akan tetapi saus itu tidak sepenuhnya hilang.
“Bagaimana ini, Ma?” tanya Caca sedih.
“Mama anterin kamu ke toilet ya, kita bersihkan pakai air atau kamu tutupi dulu dengan blazer Mama ini?”
“Caca ke toilet sendiri aja, Ma. Mama sama Papa di lanjut makannya,” ucap Caca.
Caca bangkit dari duduknya untuk membersihkan seragam yang terkenal saus di toilet.
Pada saat Caca sedang melihat-lihat ke sekeliling restoran, Caca tak sengaja melihat Guru Olahraga yang menjadi idola para murid.
“Pak Adi, benarkah itu Pak Adi?” tanya Caca bermonolog.
Karena terlalu senang, Caca tidak bisa mengendalikan rasa penasarannya. Seketika itu juga, Caca berlari menghampiri Adi.
“Wah, ternyata benar Pak Adi. Caca pikir orang lain yang mirip Pak Adi,” ucap Caca dan mencium punggung tangan Gurunya dengan hormat.
Adi saat itu masih bingung melihat Caca di hadapannya.
“Caca ke sini sama siapa?” tanya Adi penasaran.
“Sama Mama dan Papa. Pak Adi mau bertemu calon mertua?” tanya Caca dengan semangat.
Adi mengangkat kedua alisnya dan hanya menganggap ucapan Caca sebagai candaan belaka.
“Nomor 47,” ucap pegawai restoran yang kebetulan itu adalah nomor antrian Adi.
Adi bangkit dan bergegas menuju kasir untuk mengambil pesanannya.
“Pak Adi mau pulang sekarang? Tidak ingin menemui calon mertua Pak Adi?” tanya Caca yang begitu serius dengan ucapannya.
“Caca, Bapak buru-buru mau pulang. Salam untuk Mama dan Papa Caca ya,” balas Adi dan berlari kecil meninggalkan Caca.
Caca tersenyum lebar dan berlari menghampiri orangtuanya.
“Caca kenapa lari-lari? Kenapa seragam kamu masih kotor?” tanya Papa Rio.
“Caca tidak berani ke toilet sendirian? Ayo Mama anterin!”
Dengan napas terengah-engah Caca memberitahu orang tuanya mengenai guru olahraganya itu.
“Tadi Caca bertemu Pak Adi dan mereka menitip sama untuk Mama dan juga Papa,” terang Caca.
Caca kembali mendaratkan bokongnya di kursi dan perlahan meminum jus jeruk miliknya.
Mama Ismia dan Papa Rio hanya menganggukkan kepala mereka dengan kompak.
“Papa dan Mama sudah tahu, 'kan? Seperti apa wajah Pak Adi. Pokoknya Pak Adi itu tampan, sangat cocok jadi suami Caca,” tutur Caca sambil membayangkan ketika Adin tersenyum padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
abdan syakura
Darah muda ya Caca....
Semangat banget siihh...
😊💪💪
2023-02-11
0
Pipit Sopiah
masih hadir
2023-02-10
0
Adila Ardani
mampir thor 😍
2023-02-07
0