Kala itu aku masih berpikir positif, dan aku membalas secara diplomatis saja.
To : Keynan Jehan
"Aku enggak suka nonton, aku sukanya nulis, ckck."
Jawabanku itu jujur, aku akhir-akhir ini memang suka nulis tentang genre adult romance. Ya... yang kata orang-orang, ada adegan ena-enanya gitu deh.
Ting...
Bunyi balasan masuk secepat kilat.
From : Keynan Jehan
"Kamu nulis kayak gituan, tapi kamu enggak nonton. Kamu dapat imajinasi dari mana?"
Dia mulai kepo. Yaudah aku balas aja gini.
To : Keynan Jehan
"Aku inspirasinya dari bacaan orang lain aja kak, sama baca komik, kan banyak juga tuh."
Aku enggak suka bohong. Aku kalo jawab suka apa adannya dan enggak pake ja'im. Dan tanpa ada maksud terselubung apapun.
Dia malah makin kepo.
From : Keynan Jehan
"Tapi kan di komik, enggak terlalu terbuka dek. Kok bisa?"
Hadeh... nih orang, kayaknya semangat banget ngomongin gituan. Batinku.
To : Keynan Jehan
"Ya bisa lah kak, kan ada komik yang begitu-begitu di platfoarm lain. Ya... walaupun enggak terbuka semuanya. Lagian aku enggak suka yang terlalu terbuka. Malah jijik."
Dan kalian tahu apa balasan dia? Kalian pasti akan geleng-geleng kepala setelah tahu.
From : Keynan Jehan
"Aku daripada baca komik, mending langsung main sama orangnya aja."
Ngik... Ngok.... Seketika aku tertegun. Hah... maksud dia apa ngomong kayak gitu.
To : Keynan Jehan
"Tapi aku enggak suka adegan yang terlalu vulgar, aku sukanya pake diksi yang lembut."
Jawabku lagi apa adanya.
From : Keynan Jehan
"Diksi yang lembut tuh kayak apa dek, contohin dong."
Halah... aku tahu dia itu pasti lagi modus. Aku enggak sepolos yang Ferguso bayangkan. Enggak...
Okelah kalo begitu, aku ladenin aja. Aku mikirnya enggak masalah. Cuma temen ini. Iya kan?
To: Keynan Jehan
"Ya... misalnya gini kak : Seorang pria mendorong gadis itu ke dinding, bibirnya kini menempel pada bibir gadis itu. Rasa nyeri di punggung akibat benturan di dinding pun mulai tersamarkan oleh gejolak dalam jiwa. Gigi pria itu terasa menggigit bibir bawah sang gadis agar mau terbuka. Dengan begitu lidah sang pria bisa dengan leluasa menjamah perkakas mulut sang gadis. Gadis itupun terdengar mendesah ketika ciuman pria itu pindah ke leher dan tengkuknya.
Pokoknya yang gitu-gitu deh kak. Hehe."
From : Keynan Jehan
"Kalo adegan ranjang, kamu nulis juga dek?"
Aku sangat sadar dengan sesadar-sasadarnya. Ini orang pasti pikirannya mulai kotor.
To : Keynan Jehan
Aku balas aja "Iya."
Dia balas lagi. "Coba contohin, aku kan enggak tahu dek."
Hah... Dari sini aku sudah bisa mencium bau-bau aroma kemesuman yang menguat. Ya... kali aku contohin gitu. Yaudah karena aku males ribet. Akhirnya aku copy paste saja penggalan adegan ranjang di salah satu novelku.
From : Keynan Jehan
"Baca punya kamu bisa bikin punya cowok berdiri."
What...? Emang novelku sevulgar itu ya? Perasaan aku masih ngerasa biasa aja, emang dasar dia-nya aja yang mesum. Apa coba yang berdiri? Keras mungkin iya, Eh....
To : Keynan Jehan
"Masa' sih kak, hehe?"
Pura-pura bego aja aku jawab gitu. Sebenernya aku tahu maksudnya. Tapi males aja gitu. Entar di kira cewek berpengalaman lagi.
From Keynan Jehan
"Iya... bikin pingin, pikiran aku jadi kemana-mana."
Emang pikirannya kemana bang? Sahutku dalam hati. Nyangkut di pohon? Apa lagi parkir di bulan? Wkwkwk. Oke... aku tahu ini pasti garing banget. Entah, aku enggak bisa lihat sih ekspresi dia pas lagi ngomong kayak gitu. Apa mungkin mata sayu, nafas terengah-engah. Emang abis ngapain? Kenapa aku mendadak jadi stand up komedi gini yach... wkwkwk.
To : Keynan Jehan
"Emang pikiran KK kemana? Wkwkwk"
Iseng aku bertanya.
From : Keynan Jehan
"Ya... coba kamu deket, aku pasti udah di atas kamu."
Berat, udah mulai berat nih kayaknya bahassannya. Ah... udah ah, dari pada pikiran aku ikut kemana-mana. Mending aku sudahi saja percakapan tidak jelas ini. Sebenernya jelas sih. Cuman ya gitu. Aku males aja ngeladenin lebih jauh lagi.
Satu hal saja yang terpikirkan oleh otakku saat itu juga, aku beneran enggak nyangka, orang yang kelihatannya idealis dan mengundang simpati banyak orang ini. Punya sisi yang seperti ini. Ya ... wajar sih, semua cowok pasti gitu. Tapi harusnya dia pengecualian, harusnya dia lebi bisa ngendaliin diri sedikit, karena misi dia itu adalah membangun bangsa lewat generasi muda, menghidupkan literasi yang sehat dan aman bagi kawula muda. Aku rada kesentil sih di sini. Karena aku nulis yang gitu-gitu. Tapi aku kan butuh duit juga. Udah ... enggak usah heran, aku emang suka jujur orangnya. Ckckck.
Ya... balik lagi ke topik. Ya... enggak nyangka aja, cowok dengan misi semulia itu, ternyata dia orang yang seperti itu. Atau dia bisa begitu, karena sudah merasa nyaman sama aku. Emang sih. Kata orang-orang yang pernah dekat sama aku. Mereka bilang aku emang selalu bisa bikin nyaman. Tanpa aku minta atau paksa, mereka dengan nyamannya bercerita, bahkan berani curhat tentang aib mereka sendiri ke aku. Coba kalo aku kuliah. Pasti aku udah milih jurusan sikolog. Hehe.
Ngomongin soal nyaman, aku jadi keinget sama temen chat ku yang lain. Teman chat yang lebih dulu mengisi hari-hariku. Namanya Reyhan Caw. Blesteran cina. Eh... Tapi sebelum masuk pembahasan tentang dia. Aku tutup dulu cerita tentang Keynan Jehan tadi.
Sampai lupa, udah sampai mana tadi ya?
Oh... iya, aku inget sekarang. Dan akhirnya aku kirim pesan balasan gini sama dia.
To : Keynan Jehan
"Maaf kak, aku ngantuk, kita lanjutin besok lagi ya chat'nya, enggak apa-apa kan?"
Aku kira dia bakal kesel atau gimana tapi dia balas gini.
From : Keynan Jehan
"Iya dek... enggak apa-apa dek. Met bobo ya, good nite :)"
Sebenernya aku lebih seneng dengan perhatian kecil kayak gini-gini. Tapi sebisa mungkin aku masih berusaha untuk enggak baper alias bawa perasaan. Meskipun rasa tertarik itu ada, suka itu ada. Tapi jangan sampai terlalu dalam seperti yang sudah-sudah. Seperti perasaanku pada Reyhan.
Kalian mungkin mikir, kok bisa sih jatuh cinta online? Justru aku cerita begini mau kasih tahu ke kalian semua jatuh cinta online itu ada, rasa itu nyata. Karena rasa sakitnya benar-benar terasa. Seperti kutipan ini.
"Jatuh cintanya online, sakit hatinya Real live."
Dan itu nyata, karena aku udah ngerasain sendiri. Dan rasa itu untuk Reyhan Caw. Yang kini entah ada di mana.
Seandainya dia lelah berlari, dia boleh berhenti, dan boleh menoleh ke arahku, berlari ke arahku, dan bahwa aku masih disini. Menunggu dengan hati dan perasaan yang masih sama :)
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments