Jatuh Cinta Dengan CEO

Jatuh Cinta Dengan CEO

Malam tahun baru

Entahlah, kenapa aku memutuskan untuk ada di sini. Mengiyakan saja ajakan ketemuan teman kencan ku yang ku kenal dari hasil chat-ku di sebuah sosial media yang tengah naik daun saat ini. Pasti kalian mikir, apa istimewanya? Ya ku jawab aja, enggak ada istimewanya sih, cuma aku enggak nyangka aja, ternyata teman chating-ku itu CEO aplikasi start up tersebut.

"Hawanya di sini dingin yach, dek?" Suara berat itu tiba-tiba saja mengagetkanku yang sedari tadi hanya duduk melamun di tepian ranjang.

"Iya." Jawabku singkat dan sedikit gugup. Pria itu baru saja dari kamar mandi tadi.

Pria itu bernama Keynan, panggilannya Key, aku memanggilnya dengan sebutan, Kak. Dan dia sebaliknya memanggilku dengan sebutan, dek. Perlahan ia mendekat dan duduk di dekatku. Aku benar-benar merasa gugup waktu itu. Ini pertama kalinya kita bertemu setelah hampir beberapa bulan kami berkenalan lewat chating. Dan kalian tahu di mana tempat kami ketemu? Di vila, ya... Vila yang ada di puncak, Bogor. Tidak perlu di ceritakan lagi kan? Kemungkinan apa yang akan terjadi jika sepasang muda-mudi pergi ke sana, dengan alasan malam tahun baruan. Banyak yang bilang sih, pulangnya pasti ceweknya langsung enggak perawan.

Aku merasa ini keputusan gila yang ku ambil seumur hidupku, aku bahkan sempat bertanya pada diriku sendiri berulang kali, apa yang sebenarnya sedang aku lakukan disini? Dengan seorang laki-laki, yang jelas-jelas mesum, dan lebih parahnya lagi sudah punya calon istri. Lalu apa yang ku harapkan lagi dari hubungan ini?

"Kita masih FWB-an kan, dek?" Ucap Key lagi sambil membelai rambut panjang sebahu ku dengan lembut, tapi itu cukup untuk membuat tubuhku meremang.

FWB(Friend Whit Benefit), istilah yang lagi ngetrend di kalangan anak muda saat ini. Yang artinya tidak jauh beda dengan HTS(Hubungan tanpa status) atau sejenisnya.

Aku diam, aku tidak menjawab, aku hanya mengangguk ragu sambil memilin ujung bajuku, kebiasaanku kalo sedang gugup, aku juga suka menggigit bibir bawahku sendiri.

Pelan, aku merasakan dia mulai mengelus punggungku, lagi. "Kok kamu tegang gitu kelihatannya, kenapa? Kalo di chat kamu agresif, kenapa giliran ketemu diam aja?"

Ya... itu salah satu kebodohanku juga, kenapa di chat aku dengan agresif-nya godain cowok ini? Mungnkin karena aku saking exited-nya, pas tahu, kalo jabatan dia adalah CEO.

CEO....!

Ya... mungkin bagi sebagian kalian itu enggak terlalu wow... mungkin. Tapi bagiku, yang cewek dari keluarga sederhana, yang seharusnya enggak bermimpi bisa dekat dengan orang kalangan atas, karena kata orang-orang pasti jatuhnya akan sakit pada akhirnya. Tapi karena belum membuktikannya sendiri, jadi aku memutuskan untuk ngeyel. Atau hanya ingin sekedar coba-coba saja, demi memenuhi obsesiku tentang ingin memiliki hubungan dengan seorang CEO. Jadi ku pikir, kapan lagi, ya kan? Mumpung gayung itu sedang bersambut.

"Kamu pasti malu, ya?" Key meraih tanganku yang sudah berkeringat dingin, kemudian bibirnya segera mengecup pipiku mesra, mungkin juga dengan sedikit nafsu. Terbukti dari deru nafas pria itu yang mulai tak beraturan berhempus menerpa telinga dan wajahku. Nafasnya hangat dan beraroma mint, sangat menggoda, bau parfum yang menguar dari tubuhnya pun, seperti mengeluarkan aura ketertarikan yang kuat.

"Kak... kita pulang aja, yuk!" Kataku mulai memberanikan diri, tapi aku masih takut untuk mendongak dan menatap matanya, aku takut tersihir dengan tatapan matanya yang saat ini pasti sedang menatapku dengan intenst.

"Kenapa? Kok tiba-tiba ngajak pulang, bahkan kita aja belum sempet ngapa-ngapain?"

Mendengar dia bicara begitu, sepertinya ia sudah sangat berhasrat, dengan cepat Key merenggut bibirku dan ********** dengan rakus, seolah-olah ia sudah menahannya sejak bertahun-tahun lamanya.

Keinan, aku akui dia lumayan tampan, keren dan yang pasti masih muda, cocok banget jadi icon mileneal anak muda zaman sekarang. Hampir semua artikel yang memuat tentang dirinya, menjadi tranding topik head line di berbagai media online di internet. Tapi aku tidak menyangka, di balik pribadinya yang suple dan menyenangkan, juga idealis. Ternyata dia semesum ini. Dan sebenarnya, aku belum benar-benar jatuh cinta juga padanya, aku hanya baru sekedar ... suka saja.

Ada perasaan ingin merasakan yang lebih dari sekedar ciuman, tapi aku takut, di kepalaku aku masih bisa memikirkan takut dosa, lalu bagaimana masa depanku nanti kalo aku melakukan ini sekarang, apakah nanti masih ada yang mau menikah denganku? Karena berharap Key bertanggung jawab, sepertinya itu tidak mungkin. Karena pria itu sudah memiliki tunangan.

Sudah tahu cowok berengsek, mesum dan enggak setia, tapi kenapa aku tetap terpesona? Di mana otakku?

Tapi dia tampan, keren, juga seorang CEO. Dia terkenal. Kapan lagi punya hubungan dengan orang seperti itu? Kamu mau melepaskan kesempatan sebagus itu? Emang masih mau nungguin Reyhan yang enggak jelas jeluntrungannya? yang juga udah pergi, tanpa kabar dan cuma bisa menyisakan air mata?

Tapi ini kan dosa? Kalo hamil gimana? Siapa yang tanggung jawab?

Ya... siapa tahu nanti Key putus sama tunangannya dan lebih milih kamu? Bisa saja kan?

Nafsu dan logikaku masih terus saja beradu. Aku bingung harus mendengar yang mana, sementara bibir Key sudah mulai merambah ke leher dan tengkukku. Ada gelayar nikmat yang perlahan mulai merayap ke sekujur tubuhku. Apakah aku akan menyerah pada nafsuku kali ini?

Bayangan Reyhan tiba-tiba melintas di benakku, pria itu yang ku inginkan, bukan pria mesum ini. Cuma Reyhan yang bisa membuat hatiku berdebar, tapi cuma Key yang bisa memenuhi kriteria standart obsesiku. Karena kenyataanya, Aku tidak pernah benar-benar bertemu dengan pria bernama Reyhan. Yang diam-diam telah mengambil seluruh hatiku.

Reyhan teman chatingku yang lain. Yang entah siapa? Yang orang-orang bilang dia hanyalah cowok fake(palsu). Semua tentang dirinya adalah palsu.

Tapi, tak bisa ku pungkiri, hatiku hanya tertambat padanya. Aku enggak bisa begini, enggak bisa ... Aku sudah punya janji untuk menuggu Reyhan sampai kapanpun juga. Jadi aku harus menghentikan diriku sendiri, cukup sampai disini.

"Kak, aku takut." Aku mendorong dada bidang Keynan pelan sebagai tanda penolakan.

Matanya masih terlihat sayu dan begitu meminta, sebenarnya ada rasa tidak tega karena telah mengecewakannya.

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara parau.

Aku terdiam dan hanya bisa menggeleng, tidak tahu harus menjelaskan apa padanya, kalo bukan karena aku yang menggodanya duluan saat chating, pasti cowok itu juga tidak akan begini, dan juga tidak akan menghianati tunangannya. Di dalam hati, aku merasa begitu bersalah. Kata-kata itu kembali terngiang dalam kepalaku.

Sebenarnya apa yang aku lakukan di sini?

Kenapa aku jadi cewek kayak gini?

Di mana ahlakku yang dulu?

Ini semua pasti karena tulisanku, yang berujung pada obsesiku. Entahlah. Yang pasti aku harus segera membereskan apa yang telah ku mulai hari itu.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!