Malam pun tiba, keduanya kini terdiam di dalam kamar. Ele tampak tegang dan takut sementara Alex sudah tidak sabar ingin bercinta dengan Ele.
"Sayang," panggil Alex.
"Hm," jawab Ele.
"Masa jawabnya begitu?" ucap Alex merajuk.
"Iya sayang," ucap Ele menjawab ulang.
Sebuah senyum terlihat di bibir Alex. Keduanya kini berada di atas ranjang yang sama dan saling berhadapan. Tatapan Alex semakin lama semakin dalam membuat Ele menelan ludahnya.
"Apa kita benar-benar harus melakukannya malam ini?" tanya Ele dengan gugupnya.
"Iya sayang, tenang saja aku tidak akan mengeluarkannya di dalam. Jadi, kau tidak perlu takut akan hamil," ucap Alex dengan suara lembutnya.
Tangan Alex mulai menyentuh pipi Ele dan mengusapnya pelan. Ingin sekali rasanya menepis tangan itu, dari wajahnya. Namun, ia tidak bisa Alex sudah menjadi orang yang berhak menyentuhnya.
"Tidak usah takut, aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Alex yang bisa melihat ketakutan dari raut wajah Ele.
Pelan namun pasti, Alex mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel sempurna di bibir Ele. Awalnya tidak ada pergerakan apapun. Alex memang sengaja, ia ingin merasakan bibir itu yang hanya menempel kemudian ia akan melahap bibir itu dengan rakusnya.
Dan ... bibir yang semula hanya menempel, kini sudah berganti menjadi l*matan dan saling memainkan lidah.
Tubuh Ele terkunci, karena Alex mendekapnya begitu erat. Sampai-sampai Ele bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana.
Setelah ciuman terlepas, Ele bertanya pada Alex.
"Kak, apa kau membawa kayu kemari? Kenapa rasanya keras sekali di bawah sana?"
Pertanyaan Ele yang terkesan polos itu membuat Alex tertawa. Ia gemas sampai mencubit pipi Ele.
"Is! Tolong kondisikan tangan ya kak!" kesal Ele.
"Hahaha, memangnya kenapa? Hanya mencubit padahal, belum lagi jika tanganku menjalar kemana-mana, ke buah dada mu mungkin?" goda Alex.
Membuat Ele refleks menutupnya dengan menghilangkan tangan di dadanya.
"Is, dasar mesum!" teriak Ele.
"Mesum ke istri sendiri itu tidak dilarang malah diperbolehkan. Kau mau tau apa yang mengeras di bawah sana?" Ele langsung mengangguk.
"Juniorku sudah menegang, jadi kau harus bisa menurunkannya," ucap Alex tanpa rasa malu.
Sementara Ele hanya bisa menganga. Alex pun lebih merapatkan tubuhnya dengan tubuh Ele agar Ele bisa merasakan tubuhnya.
Benar saja, Ele langsung panas dingin. Ingin sekali rasanya ia menendang benda keras itu, akan tetapi tidak mungkin. Jika ia menendang benda itu, takutnya ia tidak akan mendapat keturunan dari Alex karena sudah merusaknya.
Setelah merasakan kehangatan dari tubuh masing-masing. Pelukan itu pun terlepas. Kemudian posisi mereka berubah menjadi duduk.
"Sekarang apa lagi?" tanya Ele yang tidak tahu.
"Kita pemanasan dulu sayang," jawab Alex.
"Kemari, duduklah di pahaku!" pinta Alex.
Ele pun menurut. Alex memindahkan tangan Ele agar melingkar di lehernya. Sementara tangan Alex yang satunya mulai bergerilya di bagian belakang kacamata Ele. Mendapat sentuhan itu, membuat Ele lagi-lagi ingin menepisnya. Namun, tetap saja tidak bisa.
Seketika Ele merasakan sesuatu yang keluar dari area wanitanya.
"Stop! Jangan dilepas dulu!" ucap Ele mengentikan gerakan tangan Alex, "aku ke kamar mandi sebentar untuk mengecek sesuatu."
Ketika di cek di kamar mandi, tamu bulanannya datang membuat Ele jadi riang gembira karena malam menegangkan baginya akan terhindar untuk beberapa hari ke depan.
"Kak Alex tolong ambilkan pembalut di dalam koperku!" teriak Ele dari dalam kamar mandi.
"Hah? Pembalut?" Seketika Alex tersadar dan merasa lemas. Malam pertamanya akan tertunda. Dengan langkah yang lemas, Alex membawa satu pembalut dan memberikannya pada Ele.
Alex duduk termenung di atas ranjang, sementara juniornya sudah terbangun dengan sempurna.
"Hari ini kau bernasib sial. Kegiatan menyenangkan kita akan tertunda. Kau harus mengerti dan jangan merajuk ya," ucap Alex menasehati juniornya.
Ele keluar dari kamar mandi dan melihat wajah Alex yang bertekuk-tekuk seperti kertas.
"Tahan selama seminggu ya kak!" ucap Ele dengan senyum senangnya.
"Haish! Ele kau ini menyusahkan ku tahu! Gara-gara ulah mu dia sudah terbangun! Tanggung jawab!" perintah Alex.
"Em, kakak main sendiri ya, aku mau tidur," ucap Ele kemudian mengecup bibir Alex sekilas lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Ele sengaja memposisikan tubuhnya memunggungi Alex. Ia ingin tertawa puas karena penderitaan Alex. Meski tawa tanpa suara yang bisa Ele lakukan.
"Sial sekali! Harusnya hari ini akan jadi malam yang paling indah, kenapa jadi malam paling mengesalkan? Kalau begini jadinya, aku yang menderita," gumam Alex.
Ele masih terus tertawa tanpa suara. Meski Alex hanya bergumam, tapi Ele masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Sayang, kau sudah tidur?" tanya Alex. Tak ada jawaban dari Ele.
"Sepertinya dia benar-benar sudah tidur. Mimpi indah sayang," ucap Alex lalu mengecup kening Ele. Setelah itu ia beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya yang tertunda.
"Terima kasih Tuhan telah mengabulkan doaku. Aku berjanji, setelah selesai nanti, aku akan mempersembahkan kejutan untuknya."
Setelah itu, Ele benar-benar tertidur. Tak lama kemudian, Alex pun keluar dari kamar mandi dan langsung memeluk Ele dari belakang. Keduanya tertidur sambil berpelukan.
****
Paginya, Ele terbangun lebih dulu, ia berusaha untuk menjadi istri yang baik dengan mencoba menyiapkan sarapan. Sayangnya, bukannya menyiapkan sarapan dengan baik, Ele malah membuat dapur jadi berantakan dan hasil masakan yang tidak sesuai harapan.
"Aduh, bagaimana ini? Kenapa bisa sampai gosong pula? Mana sudah tidak ada apapun lagi di kulkas selain sayuran. Aku mana bisa memasak sayur seperti itu. Bakar roti saja, sampai gosong begini!"
Kesal Ele, ia merasa gagal untuk menyiapkan masakan pertamanya untuk sang suami. Tak lama, pelayan yang biasanya membuatkan sarapan pun datang.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanya si pelayan.
"Em, aku mencoba membuat roti bakar untuk Kak Alex. Tapi malah jadi roti gosong dan dapurnya malah berantakan Bi. Karena stok rotinya sudah tidak ada lagi, aku jadi bingung mau buat sarapan apa. Aku tidak bisa memasak apapun," ujar Ele dengan jujur.
"Ya sudah, sini biar bibi saja yang masak. Nona lebih baik ke kamar saja bantu Tuan Alex untuk bersiap. Saya akan menyiapkan sarapan untuk tuan dan nona." Ele pun pasrah.
"Bi, tolong buang saja roti gosongnya," pinta Ele.
Ia berjalan dengan lemas ke kamar sambil mempertanyakan apa yang bisa ia berikan sebagai istri pada suami. Masak tidak bisa, bersih-bersih tidak biasa. Ia merasa seperti istri yang tidak bisa melakukan apapun. Sebenarnya ia masih tidak mengerti Alex bisa jatuh cinta padanya yang kemampuan sebagai wanitanya di bawah rata-rata.
****
Yok ramaikan kolom komentarnya.
Jangan lupa like vote dan dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Lina Susilo
yg sabar ya lex 🤣🤣🤣
2023-03-25
0
Cucu Ulpah
ele ad ad aj doa nya minta s bulan datang kan kasian alex suamimu jadi g bisa enak enak🤣🤣🤣🤣
2023-02-12
0
Lubna Aysha
nasibnya sama kaya richard dulu hahahaha
2022-12-16
0