Selesai berkeliling, Ele memasuki kamar Alex. Kamar yang akan menjadi kamarnya juga. Kini desain kamarnya sudah berubah, berbeda sekali dengan ketika Ele berkunjung terakhir kali. Saat itu desain interior nya berwarna gelap, kini berubah menjadi warna yang cerah yaitu biru. Warna kesukaan Ele. Seketika senyum Ele mengembang.
Matanya menelusuri kamar Alex dan mencari dimana laki-laki itu berada. Rupanya Alex kini sedang memasukan baju-baju Ele ke dalam lemari yang sama dengan Alex. Sontak saja Ele langsung berlari dan melarang Alex untuk melakukan hal tersebut.
"Stop! Biar aku saja kak!"
"Memangnya kenapa jika aku yang melakukan ini? Lagian kita kan suami istri," ucap Alex dengan entengnya.
Namun bagi Ele, meski mereka adalah suami istri, ia tetap saja malu jika barang pribadinya di pegang-pegang dan dilihat oleh suaminya. Apalagi mereka masih belum bercinta, jadi masih amat sakral bagi Ele.
"Pokoknya tidak boleh! Lebih baik kakak bereskan barang ku yang lain saja! Pokoknya yang ini biar aku saja."
Alex pun mengalah dan memilih mengeluarkan sepatu-sepatu Ele dan alat-alat make-up Ele.
"Untung saja, baru baju yang kak Alex keluarkan. Kalau sampai ia melihat barang pribadiku, bisa malu aku!" gumam Ele kemudian memasukan satu per satu pakaiannya ke dalam lemari. Untungnya, meski dalam satu lemari, akan tetapi pintunya berbeda, jadi aman bagi Ele.
"Sudah beres, setelah ini apalagi yang harus aku bereskan ya?" ujar Ele.
Sementara Alex, ia masih meletakkan alat make-up Ele di meja rias yang baru beberapa hari kemarin ia beli.
"Nah, sudah selesai. Semuanya sudah tertata dengan sempurna."
Setelah semuanya sudah selesai dibereskan, Ele dan Alex bersantai di ruang bermain, yang dimana semasa Alex muda dulu, tempat ini menjadi tempat untuk bermain game bersama Richard dan Ethan. Namun, kini disulap oleh Alex menjadi tempat untuk bersantai.
"Lelah?" tanya Alex pada Ele. Ele pun mengangguk.
"Biasanya jika aku pindahan, aku selalu dibantu oleh mama ataupun mami. Tapi, sekarang tidak lagi."
"Makanya mulai dari sekarang kau harus belajar melakukan semuanya seorang diri. Tapi, aku akan tetap menyewa pelayan untuk membantumu. Ketika aku masih tinggal sendiri disini, aku hanya menyewa mereka di pagi hari saja untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah, tapi sekarang aku akan menyewanya untuk tinggal di rumah ini."
"Jadi, kakak terbiasa melakukan semuanya sendiri?" tanya Ele. Alex pun mengangguk.
"Untuk segala keperluan pribadi ya, tapi jika urusan rumah tentu tidak."
Ele pun mengangguk-angguk mengerti.
Keduanya bersantai sambil menonton serial drama thriller kesukaan Ele. Sebenarnya Alex agak sedikit takut, hanya saja ia gengsi mengatakan hal itu pada Ele. Apalagi mengingat kejadian dirinya pingsan di rumah hantu. Rasanya harga dirinya merasa turun hingga ke dasar danau. Jika sekarang ia menolak untuk menonton itu, Ele pasti akan mengejek Alex.
"Sebenarnya apa yang kau sukai sih dari nonton drama genre ini? Pembunuhan, psikopat, detektif, biasanya kebanyakan wanita suka menonton yang romantis," tanya Alex.
"Aku juga suka nonton drama romantis kak, akan tetapi aku lebih suka nonton horror, action, dan thriller. Aku suka sensasi ketika menontonnya. Terkadang kita dibuat takut, terkejut atau dibuat bertanya-tanya. Kita jadi bisa ikut berpikir siapa dalang dari kejahatan yang sebenarnya. Ya, walaupun kadang tebakanku salah, karena biasanya di episode-episode akhirnya selalu ada plot twist yang tidak terduga. Berbeda dengan cerita romantis, endingnya pasti bisa ketebak, antara sebuah pasangan bersatu atau malah berpisah. Terlalu klise bagiku," jelas Ele.
Dari sini Alex bisa melihat sisi lain dari Ele, sisi yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Lalu menurutmu bagaimana akhir dari cerita kita?" tanya Alex.
Ele mengangkat bahunya tidak tahu.
"Yang aku tahu, kita baru saja memulai awalnya," ucap Ele setelahnya.
Alex mengangguk-angguk setuju. Kini ia hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama Ele sebelum adanya anak di antara mereka.
"Mengenai ucapan papi kemarin, turuti saja ya kak," ucap Ele membuka pembicaraan.
"Iya, aku kan sudah berjanji pada papi juga. Mana bisa aku melanggar janjiku sendiri. Tapi, aku berjanji untuk tidak membuatmu hamil, bukan tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi, siapkan dirimu nanti malam ya," ucap Alex sambil tersenyum devil.
Seketika bulu kuduk Ele berdiri, ucapan Alex begitu horror terdengar di telinganya. Apalagi ketika ia membayangkan sentuhan-sentuhan yang akan ia terima dari Alex, membuat pikiran Ele berjalan-jalan kemana-mana. Hingga tanpa sadar, Ele menggelengkan kepalanya.
"Jangan-jangan kau sudah tidak sabar menunggu nanti malam ya?" goda Alex, "Atau jangan-jangan kau sedang memikirkan apa saja yang akan kita lakukan nanti malam?" goda Alex lagi.
"Is! Sudah diam kak, jangan bicara itu lagi! Horror sekali!"
Ucapan Ele membuat Alex tertawa. Ia agak tidak percaya bahwa ucapan itu terasa horror bagi Ele. Setahu Alex, Ele sering berkata asal tentang hal-hal seperti itu ketika bersama Richard. Namun, kenapa ketika dengannya jadi seperti yang tidak tahu apa-apa.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, padahal kau sudah tahu sayang."
"Apaan sih! Buat kesal saja!" Ele pun bangkit dari duduknya dan langsung pergi ke kamar.
Alex tertawa lagi. Bersama Ele sepertinya akan membuatnya awet muda. Bagaimana tidak, tingkah Ele selalu menyenangkan baginya hingga ia selalu merasa bahagia setiap waktunya.
Rupanya di dalam kamar, Ele menelpon Richard.
"Halo Kak Icad."
"Apa?"
"Belum sehari disini, aku sudah takut dengan Kak Alex, dia seperti penjahat yang mengejar buronan," ucap Ele.
"Memangnya Alex melakukan apa padamu?" tanya Richard.
"Masa dia bilang, tunggu nanti malam. Membuatku merinding saja."
Seketika tawa Richard terdengar.
"Ya wajar lah, kalian kan belum malam pertama. Lagian siapa suruh kemarin berbohong. Makanya kalau bertindak itu dipikir-pikir dulu apa akibatnya."
"Ish! Kenapa jadi marah-marah ke aku sih kak? Aku tuh takut, kata teman-teman ku wanita yang tidak pernah melakukan itu, akan keluar darah di area wanitanya. Dan rasanya sangat sakit. Aku kan jadi takut dan merinding."
"Ya sakit diawalnya tapi enak di akhir. Sudah ya, nikmati saja nanti malam. Kau pasti akan kewalahan menghadapi Alex. Jadi, siapkan stamina ekstra ya Ele. Bye."
Sambungan telepon pun berhenti. Ele merasa ia salah dengan bercerita pada Richard yang justru membuatnya semakin takut. Selama ini Ele hanya berpura-pura tahu segalanya, padahal ia masih sangat pemula dan polos.
"Ya Tuhan, semoga si merah datang. Jadi, aku tidak perlu melayaninya malam ini juga. Aku masih belum siap."
Ele berdoa semoga, takdir memihak padanya malam nanti. Bukannya mau jadi istri durhaka, hanya saja ia memang masih belum siap.
****
Yok ramaikan kolom komentarnya.
Jangan lupa like vote dan dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Lina Susilo
ele ele 🤣🤣🤣🤣
2023-03-25
0
Lubna Aysha
🤣🤣🤣
2022-12-16
0
Iis Sulis
orang bar bar ada takutnya juga 🤣🤣
2022-11-23
3