Ayah Mia dan Mia pun segera pergi menuju tenda untuk membahas semua tindakan yang telah putrinya itu lakukan pada Claudia. Ayah Mia bahkan tak segan segan menghukum anaknya itu dan menampar pipinya yang mulus dengan sangat keras.
"Apakah kau tak punya otak Mia!? Melakukan hal ini pada salah satu siswa di saat pelajaranku sedang berlangsung! Kau sungguh anak tak tahu diuntung dan sangat menyusahkan. Kau bahkan bodoh! Dan tak memiliki otak yang jernih seperti Claudia"
Mia yang marah dan tak terima dirinya dibandingkan pun mulai mengatakan semua keluh kesah dihatinya yang selama ini ia pendam sendiri. Ia benar benar muak dengan ayahnya yang hanya peduli dengan prestasi serta gelar yang harus ia dapatkan dari bidang akademis maupun non akademis.
Ia bahkan sudah sangat lelah dan kecewa dengan ayahnya yang selalu menjadikan Claudia sebagai emas di kelasnya ketika pelajarannya sedang berlangsung. Padahal semua orang tahu bahwa Mia adalah putrinya dan ia lah yang paling populer disekolah.
"Apa yang ayah inginkan hah?! Apa ayah ingin aku mencarinya ke dalam hutan dan ikut tersesat di sana!? Apa ayah benar benar tak sayang padaku dan lebih menyayanginya? Ayah itu selalu saja membandingkan aku dan dia. Aku sungguh jijik melihat gadis itu sebab ia seorang penjilat! Aku yakin ayah pun tertarik padanya bukan!"
Tamparan keras kembali mendarat dipipi Mia. Ia tertawa dan mulai mendekatkan tubuhnya pada ayahnya tersebut.
" Tampar yah! Tampar! Ayah benar benar membela jal**ng itu dibandingkan aku!"
"Cukup! Cukup Mia! Ayah hanya melakukan tugas sebagai pengajar. Didikmu selama ini yang kuberikan benar benar salah. Ayah bahkan tak pernah mengajarkanmu untuk berkata kasar dan kotor seperti itu. Apalagi kau bertanya pada ayahmu ini tentang hal demikian dan mengatakan orang tuamu ini menyukai gadis itu. Hah, yang benar saja. Kau benar benar bukan putri kecilku yang kukenal dulu Mia"
Atah Mia pun segera pergi berlalu meninggalkan Mia seorang diri di dalam tenda. Sebagai ayah, ia benar benar telah merasa gagal mendidik putri semata wayangnya itu sehingga putrinya tersebut berani mengatakan hal yang tak pantas sebagai anak katakan.
Kini ia harus banyak berpikir tentang bagaimana agar putrinya itu bisa terbebas dari semua masalah dan ia pun harus tetap memiliki reputasi yang baik dimata masyarakat setelah kejadian hilangnya Claudia.
Hanya dengan uanglah ia bisa membungkan orang tua Claudia dan menyuruhnya agar tak melaporkan semua hal ini pada awak media. Selain itu beberapa siswa yang menjadi teman Mia pun harus ia sogok agar bungkam dan tak melaporkan semua tindak bullying yang dilakukan Mia pada Claudia.
********
Disisi lain saat ini Claudia sudah melangkahkan kakinya cukup jauh, berlari menyusuri hutan dengan sandal yang terlepas serta baju yang mulai kotor akibat dedaunan yang basah mengenai tubuhnya. Hingga pada akhirnya ia pun jatuh tersungkur ke atas tanah dan mulai merangkak mencoba menjauhi serigala yang kini tepat berada di depan matanya.
"Hush hush! kumohon pergilah!" Claudia terus melempari serigala itu dengan bebatuan yang ia ambil dari atas tanah.
Hingga saat Ia menemukan batu yang cukup besar, Claudia pun melempar serigala itu dengan batu tersebut tepat mengenai kepalanya hingga terluka.
Claudia segera bangkit berlari menjauhi serigala yang saat ini tengah merintih kesakitan menuju samping kiri hutan. Dengan sekencang mungkin Claudia berlari menjauhi serigala itu sampai ia pun kembali terjatuh ke sebuah jurang yang untungnya tak terlalu dalam.
Tangannya terluka dan kakinya sedikit terkilir. Ia pun merintih kesakitan sampai akhirnya ia pun hilang kesadaran sebab kelelahan serta kehausan.
Malam kian larut, berganti dengan fajar yang mulai mengintip dari balik awan dan mengenai wajah Claudia yang saat ini masih memejamkan matanya. Rasa silau yang ia rasakan membuatnya terbangun dan perlahan mulai membuka matanya.
"Ahh" Claudia merintih kesakitan memegang kakinya yang sakit.
Ia berusaha untuk bangkit dan membenarkan jam tangannya yang mati.
"Aku harus bertahan" gumam Claudia pelan.
Ia berusaha untuk bangkit dan mulai menapakan kakinya yang terkilir. Bengkak di kakinya semakin parah hingga membuatnya sangat sulit untuk berjalan. Claudia mengambil sebuah ranting pohon yang cukup kokoh agar bisa dijadikan sebagai penopang tubuhnya untuk berjalan.
Gadis lugu itu kini bisa berjalan walaupun sedikit demi sedikit, menyusuri hutan dengan bantuan tongkat dari ranting yang ia bawa.
"Haus sekali" Claudia yang merasa kehausan mulai berusaha menajamkan indra pendengarannya agar bisa mendengar sumber mata air di dekatnya.
Dan benar saja, ia mendengar suara air mengalir yang tak jauh dari dirinya. Claudia yang merasa sangat senang, mulai berjalan menuju sumber suara dan akhirnya menemukan aliran sungai yang airnya cukup jernih untuk diminum.
Rasa haus yang ia rasakan seketika hilang ketika ia meneguk air yang sangat sejuk dari aliran sungai. Namun, belum puas ia minum akhirnya ia harus dihadapkan dengan masalah lain yaitu serigala yang semalam ia lempari batu, kini berada tepat di depannya dengan tatapan yang sangat tajam.
Terlihat kebencian di mata serigala itu pada Claudia mungkin karena dirinya yang melukai kepala serigala tersebut dengan batu.
"Kumohon jangan!" Claudia yang saat ini sangat sulit berjalan hanya bisa pasrah kala srigala itu perlahan lahan mulai mendekati dirinya.
Mata Claudia mulai terpejam kala menunggu terkaman serigala itu pada tubuhnya yang kaku.
Hingga suara air yang cukup keras mengenai serigala itu berhasil membuat Claudia membuka matanya.
Claudia hanya bisa terdiam menyaksikan aksi yang dilakukan pria di hadapannya terhadap srigala buas itu.
"Ikutlah denganku"
Tiba tiba saja tubuh Claudia dipeluk erat oleh pria asing di depannya dan akhirnya Claudia pun dibawa pergi berlari dengan sangat kencang oleh pria asing yang saat ini tengah menggendong dirinya.
Antara terkejut dan lelah, Claudia akhirnya kehilangan kesadaran tepat di pangkuan pria asing yang saat ini membawanya entah kemana.
Samar samar wangi tubuh dari pria yang saat ini tengah menggendong tubuhnya mulai bisa tercium oleh hidung Claudia. Namun tetap saja, wajah pria di hadapannya tak mampu terlihat olehnya sebab memakai penutup wajah berwarna hitam pekat.
Baju yang digunakan pria itu pun tampak aneh sebab disaat mentari sedang bersinar dengan terik seperti ini, pria itu mengenakan pakaian serba hitam yang sangat tebal.
Hingga detik kemudian juga, Claudia baru sadar bahwa pria yang saat ini tengah menggendong dirinya, berlari cukup kencang bahkan dirinya seolah berjalan tak menapak tanah.
"Kau sangat cantik" gumam pria itu dengan pelan.
Claudia yang masih lemas dan lelah bahkan tak mampu mendengar ucapan pria itu dengan jelas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments