Claudia terus saja mencari Mia yang tak kunjung ia temui. Ia bahkan mulai meneteskan air mata meratapi kebodohannya yang percaya bahwa Mia memang benar benar membutuhkan bantuannya.
"Andai saja aku terlahir sebagai anak pintar, mungkin saja aku tak akan semalang ini" Claudia mulai menangis sesegukan di balik semak semak hutan belantara.
Keadaan gelap dan dingin membuatnya sangat takut dan kini terpaksa berlindung di balik pohon yang rindang.
Claudia berpikir bahwa ini mungkin adalah akhir dari hidupnya. Inilah tempat kematian untuknya yang sudah menjadi doa terbaik dari ibu angkatnya kemarin.
"Aku akan mati sekarang dan ku harap semua orang akan bahagia atas kematianku"
Claudia mulai duduk dan terdiam ditengah hutan yang gelap dan sepi. Ia bahkan sudah mulai merasa sangat lelah dan ketakutan sebab tak ada sedikitpun cahaya yang meneranginya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang" Claudia mulai duduk dan memeluk lututnya seraya mulai menangis.
Ia bahkan menangis dengan tersedu sedu sebab tak pernah terbayangkan sebelumnya, aksi bullying yang dilakukan teman sekelasnya bisa sefatal ini.
Gadis itu bahkan tak mendapatkan dukungan dari kedua orang tua angkatnya disaat para siswa di kampus Claudia melakukan tindakan bullying di sekolah. Padahal ibu serta ayahnya masih berada di kalangan menengah ke atas, namun mereka tak sedikitpun mengupayakan agar tindak bullying yang menimpa Claudia.
Bayang bayang tindak kekerasan yang dialami di kampusnya bahkan kini terngiang ngiang di kepalanya. Pukulan, jambakan, serta lemparan sampah dari Mia serta teman teman di kampusnya membuat Claudia semakin menangis dengan sangat kencang.
Kini Claudia sudah tak peduli dengan hidupnya lagi. Ia mulai pasrah dan membiarkan dirinya saat ini di dalam hutan yang masih rawan binatang buas sebab ia pun tak sanggup jika harus terus mendapatkan perlakuan yang sangat membuatnya tertekan.
"Kini aku pasrahkan semuanya tuhan. Jika kau mau membuatku sengsara dan tak berdaya maka aku akan terima. Aku bahkan tak mempunyai pundak untuk bersandar. Dan aku pun tak memiliki tempat nyaman untuk mengeluhkan semua sesah yang aku derita selama ini"
Claudia mulai menatap langit yang tampak hitam pekat dengan taburan bintang yang begitu indah dipandang. Suara angin bertiup lembut di telinganya serta suara gesekan ranting pohon yang saling beradu mulai menenangkannya.
Rasa takut yang sejak tadi ia rasakan kini perlahan mulai sirna oleh rasa pasrah yang ia alami. Namun, tiba tiba saja semak semak di dekatnya kembali bergoyang dan tak lama kemudian seekor serigala hutan tengah menatap ke arahnya dengan tatapan yang sangat mengerikan.
Sontak saja Claudia terkejut dan perlahan lahan mulai berjalan mundur untuk menghindari terkaman serigala yang tengah menatapnya sebagai mangsa.
"Pergilah! Kumohon pergilah!" Claudia mengibaskan tangannya berharap serigala itu menjauhi tubuhnya yang mulai terasa sangat lelah.
Tatapan tajam dari sang pemangsa, membuat Claudia ketakutan dan kembali bertekad untuk bisa keluar dari hutan dengan selamat. Tanpa menunggu waktu yang lama, Claudia pun berlari sangat kencang, menghindari sosok serigala yang saat ini tengah mengejarnya dari arah belakang.
Beberapa kali gadis itu bahkan memungut kerikil yang cukup besar dan melemparkan kerikil tersebut pada seekor srigala yang tengah mengejarnya. Lelah, dan takut sudah jelas terlihat diwajah Claudia saat ini.
Bahkan kakinya yang tadi memakai sendal, kini tak beralaskan apapun sebab tanah di dalam hutan ini benar benar membuat sendalnya terasa sangat berat. Mantel serta celana yang ia kenakan bahkan kini mulai terselimuti oleh lumpur yang sangat kotor sebab Claudia terus berlari walaupun genangan air harus ia injak dan lalui.
"Aku tarik kembali kepasrahanku tuhan. Aku masih ingin hidup dan membalaskan rasa sakit yang aku alami selama ini" Claudia terus memohon pada tuhan agar nyawanya bisa terselamatkan.
Deru nafasnya mulai sangat cepat seiringan dengan gerakan larinya yang begitu kencang menembus jalanan hutan. Claudia benar benar tak peduli dengan bajunya yang mulai sangat kotor serta rambutnya yang acak acakan sebab yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana ia bisa hidup dan selamat dari terkaman binatang buas yang saat ini tengah mengejarnya.
"Tolong! tolong aku! kumohon selamatkan aku!" Claudia terus berlari seraya berteriak dengan sangat kencang.
Suaranya begitu menggema sehingga terdengar oleh salah satu panitia patroli yang menjaga di batas area camping.
Petugas itu berlari menuju panitia lainnya untuk mengecek semua anggota mahasiswa yang ada.
"Ada suara minta tolong dari dalam hutan! segera absen seluruh murid yang ada untuk memastikan siapa yang sudah hilang dan melewati batas!"
Panitia pun segera berpencar dan menyuruh semua mahasiswa untuk berkumpul di dekat api unggun. Dalam keadaan seperti ini, sekelompok gadis yang memang sudah merencanakan jahat untuk Claudia hanya diam seolah acuh dan tak tahu apapun.
Mereka hanya diam dan tak menanggapi kepanikan para panitia saat ini sebab mereka tak peduli akan nasib malang yang akan menimpa Claudia saat ini.
Para panitia tengah mengabsen semua siswa hingga giliran nama Claudia di panggil, Claudia tak nampak terlihat di antara kerumunan para siswa.
"Claudia Mirae! Claudia Mirae!" beberapa kali panitia memanggil Claudia sampai akhirnya mereka sadar bahwa Claudia lah yang telah hilang dan kemungkinan suara minta tolong dari dalam hutan adalah suaranya.
"Gawat pak, mahasiswi yang bernama Claudia sudah hilang. Dan kemungkinan ia berada didalam hutan sana"
Dosen sekaligus pemilik kampus itu pun terdiam. Ia tak menyangka bahwa rencanya untuk membangun kerja sama antara siswanya malah menjadi sebuah bencana. Hingga akhirnya ia yang tak mau disalahkan pun membisikan rencana jahat pada panitia tersebut agar reputasinya tidak hancur.
Dosen yang merupakan ayah dari Mia pun menatap putrinya penuh dengan pertanyaan. Ia yakin bahwa putrinya terlibat dalam kasus ini sebab beberapa kali putrinya itu menjadi dalam pembullyan pada Claudia.
Kali ini kelakuan anaknya benar benar sudah sangat kelewatan. Ia sebagai dosen sekaligus pemilik kampus ternama di kota akan mendapatkan reputasi buruk jika semua irang tahu bahwa anaknya telah membuat salah satu siswi di kampusnya hilang dan tersesat. Selain itu dia dia juga pasti akan mendapatkan cacian bahkan makian dari orang orang yang tahu bahwa anaknya melakukan tindak kekerasan di sekolah atau yang sering dibilang dengan tindakan bullying.
Ayah Mia pun berjalan mendekati anaknya dan memegang tangannya dengan sangat kencang. Ia bahkan sangat muak dengan tingkah laku putrinya tersebut yang selalu membuat onar di sekolahnya sejak kecil.
"Ikuti ayah dan kau katakan semua dengan jujur" ayah Mia berbisik dengan pelan tanpa membuat kecurigaan pada seluruh siswa yang saat ini tengah panik dengan tragedi Claudia yang menghilang tiba tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments