Suasana hati Rey semakin membaik selagi dia mendorong sedikit bahu Jason. "Minggu lalu dia nyaris tidak memberi lawan kesempatan untuk mencetak angka."
Jason mengangkat alis. "nyaris, tapi tidak benar benar berhasil."
"Musim tanding masih lama," sahut Rey.
Kikan senang mendengar kebanggaan dalam suara Rey. Ia pun merasakan kebanggaan yang sama. Tetapi saat ini, melanjutkan percakapan ini tugas utamanya. Karena untuk suatu alasan, selain dengan beberapa teman dekat yang dikenalnya semasa di penjara, Kikan tak banyak bicara. Ia tak menganggap dirinya pandai menyenangkan orang. Alasan lainnya, ia hanya Ingin duduk dan memandang, mengingat seluruh detail wajah anaknya. Foto- foto yang di kirimkan kepadanya tidak banyak dan tidak bisa menggambarkan Jason dengan tepat. Di foto terakhir, Jason memakai kawat gigi, foto yang Kikan terima bersama selembar kartu Selamat tahun baru dari Rey, satu tahun silam. Meskipun rey tidak melakukan nya dengan senang hati, Kikan tetap berterima kasih padanya karena telah bersedia mengirim kan foto dan juga kartu tersebut. Kedua nya merupakan barang yang dibawannya pulang dari penjara, yang jumlah nya sangat sedikit.
"Apa kau berencana main basket saat kuliah nanti?" Tanya nya.
"tentu saja," sahut Jason. "Ada beberapa Universitas yang tertarik padaku. Aku berharap mendapat beasiswa."
Ada begitu banyak yang bisa diraih Jason, begitu banyak yang bisa dibanggakan darinya. Kikan berhutang budi pada Rey untuk itu. "Hebat sekali!" katanya. "Aku yakin kau bisa mendapatkan nya."
Pelayan datang mencatat tambahan pesanan mereka, dengan cepat Kikan menghitung berapa jumlah yang harus di bayar nanti, setelah mereka meminta tambahan jus jeruk dan beberapa cemilan. Ia tak mau mempermalukan diri jika nanti uang nya tidak cukup.
" cuma itu yang kau pesan?" Tanya Jason.
"Aku tak bisa makan banyak saat sarapan." meskipun lapar, Kikan terlalu gugup untuk makan.
"Tak heran badanmu kecil sekali. Kebanyakan gadis di sekolahku lebih besar, kata remaja itu. Dan mereka masih akan tumbuh bertambah tinggi lagi."
"Badanku mungkin kecil, tapi aku kuat," ujar Kikan menggoda putra nya.
"Kudengar begitu, dirimu terlibat perkelahian beberapa kali ketika....
" Ayolah jangan bahas itu." ketika Rey menyela, Jason merona dan terdiam.
Tidak apa apa, dia boleh mengatakan apapun yang dia mau," Kikan berkata pada Rey sebelum menjawab Jason. "Aku terpaksa membela diri, tapi.... aku bisa bertahan." kadang lebih baik dibandingkan narapidana lainnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jason
Walaupun Kikan sedikit enggan menjelaskan, tapi ia mencoba memberi pengertian topik yang seharusnya dihindari ini. "Para wanita di penjara itu bisa..... Bersikap sok kuasa" jawabnya. "Ada saat dimana aku harus melawan, atau aku akan terus diperlakukan secara tidak adil selama tinggal disana, kau tahu kan? Mungkin kau pernah melihat jenis perilaku semacam itu di sekolah." kenyataan bahwa Kikan berkelahi untuk menyelamatkan nyawa sendiri, tidak mungkin ia ungkapkan pada putra nya. Hal tersebut akan terdengar mengerikan.
Jason mengerikan dahi, tampak ragu ragu dan mengamati Kikan sejenak. " Karena itukah mendapat bekas luka itu?"
Kikan otomatis memegang dahinya, ia memperoleh bekas luka itu, persis sebelum dibebaskan. Dua belas jahitan, bekasnya muncul kemudian. "Benar."
"Karena tinju?" Tanya Jason lagi.
"Bukan, sebuah batu kecil." Kikan begerak gelisah di kursi, sadar bahwa Rey tidak suka ia melukiskan adegan yang terlalu berbahaya dan mengerikan. Namun ia ingin memuaskan rasa Ingin tahu Jason. Tidak Ingin Jason merasa Kikan mengabaikan pertanyaannya.
Jason tampak prihatin, " Pasti sakit"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bzaa
sesuai janji aku, vote sudah terkirim ya tor😘
2022-12-24
1
ťeĐĎý🐻BeaŔ
aq dah mampir kk 👍
2022-12-24
2
Chikita Ratu Ayu
Suka jalan ceritanya, bikin terharu kak😭😭
2022-12-18
1