Aku dengan gugup duduk di sebelah ayah, dan mencoba melihat situasi sekitar. Ternyata lebih tenang dari yang kupikirkan! Aku pikir ayah akan berteriak memarahiku, dan Yolan akan menatapku dengan aneh.
Yolan tersenyum kecil, "Saya pikir, putri anda mempunyai pikiran yang sama seperti saya."
"Ya, siapa sangka dia juga meminta hal yang sama" tutur ayah sambil meminum tehnya.
"Apa maksudnya? Apakah Pangeran kemari untuk membatalkan pertunangan ini?" ucapku.
"Yah, begitulah," wajah Ayah mendadak menjadi serius, dia berdiri lalu mengambil sebuah kertas, "ini adalah surat perjanjiannya, tanda tangani lah!" meletakan surat ke sebelah Yolan.
"Wah, bukankah putri anda dengan sukarela membatalkan pertunangan kami. Kenapa saya harus memberikan kompensasinya?" Yolan mendorong surat itu sedikit menjauh darinya.
Ayah mendorong kembali surat itu mendekat ke arah Yolan, "bagaimanapun anda duluan yang mengajukan pembatalan ini, jadi bukankah anda harus bertanggung jawab?!" jelas ayah sambil tersenyum licik.
Yolan terkekeh, "Hahaha, baiklah. Saya memang tak bisa menang melawan anda," tutur Yolan sembari mendatangani surat itu.
Aku yang masih mencerna situasi itu hanya bisa terduduk diam, "apa artinya pertunangan ini dibatalkan dengan tenang? Aku....aku bebas?" batinku gembira.
"Walaupun kita batal bertunangan, semoga kita masih bisa berteman akrab ya. Putri." Yolan mengulurkan tangannya.
Aku menyambut salaman itu dengan senyum bahagia, "tentu saja, aku sangat berterima kasih padamu."
"Baiklah, karna permasalahan sudah selesai. Saya pamit undur diri, terima kasih atas waktu teh yang menyenangkan ini." Yolan memberi salam perpisahan, lalu pergi melangkah menjauhi kami.
Di Ruang Kerja ini, hanya tersisa Aku dan Ayah. Suasana nya mulai terasa canggung, Ayah sedang fokus membaca surat yang tadi ditandangani oleh Yolan. Surat itu terlihat seperti akan sobek, begitu usang.
Aku memberanikan diri untuk bertanya, "Ayah, surat apa itu? Apakah itu surat pembatalan pertunangan?"
"Ini adalah surat pemindahan kepemilikan tanah," tuturnya sambil memberikan surat itu padaku, "ini adalah harga dari pembatalan pertunanganmu."
"Wah, berarti pembatalan ini sangat menguntungkan kita?" Ucapku.
Ayah menatap mataku, "Rose, ayah tak mengerti mengapa sikapmu bisa berubah-ubah. Tapi satu hal yang harus kamu tau, ayah dan ibu akan selalu menerimamu." suaranya begitu lirih.
Kami bertatap-tatap, "Ayah, apakah sikapku berubah-rubah semenjak terkena penyakit tidak diketahui ini?" aku menggigit bibirku pelan, "bisakah ayah menceritkan semuanya?"
"Baiklah." Ucap Ayah dengan raut wajah sedih.
Awalnya Rose terkena demam 4 bulan yang lalu, semua orang mengira itu hanya demam biasa saja. Namun sudah 1 bulan demam itu tak kunjung turun, malah semakin parah. Semua usaha sudah Duke kerahkan, memanggil dokter, memanggil Tabib terbaik, bahkan dokter terbaik dari kerajaan lain.
Semakin lama tubuh Rose semakin kehilangan berat badan, bahkan untuk minum saja Rose tak sanggup. Semua orang hanya bisa berdoa kepada tuhan agar keajaiban muncul. Setelah 2 minggu doa itu akhirnya terkabul, Rose tiba-tiba ter bangun. Namun Rose bersikap aneh, dia seperti 'bukan Rose yang dulu'. Sikapnya berubah total, dari kebiasan kecil, sampai selera makan nya.
Namun keluarganya tak terlalu mempedulikan itu, meraka bersyukur Rose bisa bangun dan beraktivitas seperti biasanya, walaupun tubuhnya masih lemah. Dan setelah jalan 2 bulan lebih, Rose kembali terbaring lemah dikasur. Badannya panas kembali, seperti kembali ke kondisi awal.
"Lalu kamu sehat kembali seperti sekarang." jelas ayah panjang lebar.
Aku termenung sejanak, "Apa ada orang lain yang masuk ke dalam tubuh Rose sebelum aku? Kalo benar, mengapa dia hanya bertahan kurang dari 3 bulan? Apa aku juga akan berakhir seperti itu? Lalu setelah itu aku akan mati?" begitu banyak pertanyaan yang berputar di otakku.
"Rose, wajahmu mulai pucat. Sebaiknya kamu istirahat, dan jangan terlalu memikirkan apa yang telah terjadi, jalani hidupmu dengan bahagia." Ayah tersenyum, tatapannya terlihat begitu lembut.
Aku mengangguk pelan, air mataku rasanya ingin mengalir keluar dengan deras. Sebelum air mataku tumpah, aku bergegas meninggalkan ruangan Ayah.
Dikamar aku merenung memikirkan banyak hal, sebenarnya apa yang tuhan inginkan? Mengirim aku kemari, pasti ada alasannya kan. Dan tentang 'Rose dulu' yang bersikap aneh, itu mengganguku.
"Dia pasti sama denganku, dia pasti roh yang tersesat sepertiku. Tapi kenapa? Kenapa dia menghilang? Apa karna ada batas waktu?" semakin dipikirkan, semakin banyak pertanyaan bermunculan di kepalaku.
"Oh benar! Aku harus bertemu Sabrina, siapa tau aku akan menemukan petunjuk." Aku bangkit dari kasur, dan langsung mencari Luno.
Terlihat Luno sedang berbincang dengan seseorang, "Sir Luno." Panggilku dengan nada sedikit tinggi.
"Nona, sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan 'Sir'," Luno memegang kepalanya dengan wajah khawatir.
"Baiklah, baiklah." aku tertawa kecil
"Jadi ada perlu apakah Nona?" Tanya Luno.
"Aku mau pergi ketempat Sabrina, antar aku kesana!" Titahku.
"Baiklah Nona." Luno langsung mengangguk, dan berpamitan kepada seseorang yang ada disebelahnya.
Orang itu adalah Pria muda berambut hitam, dia lebih pendek dariku, matanya berwarna merah gelap, bibirnya pucat seperti mayat. Anak itu terus menatapku, tatapannya sangat membuatku tak nyaman, aku merasa seperti diawasi.
Namun aku memilih untuk mengabaikannya, aku juga tak suka anak kecil.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 7 Episodes
Comments
chiby
benci ank kecil, wah sya sih suka ank kcil. apalagi sd
2023-02-18
4
Snow
yg ditnggu update jga, saya kira bkln kya mnhwa, itu cwonya gk jdi batal tunangan hehe
2023-02-18
4
Sana
up lg yeyyyy
2023-02-18
4